Married With Duda
" Dek Aku dapat kabar dari Ibu katanya Ibu masuk rumah sakit," ujar Adnan dia bicara sangat lemah lembut sekali kepada istrinya.
" Terus ..." Jawab Tia santai seakan tidak merasa terkejut mengenai kabar mertuanya yang masuk rumah sakit.
" Aku harus ke rumah sakit untuk menemui ibu." Adnan meminta izin kepada istrinya.
Dia langsung menunjukkan ekspresi tidak suka, dengan wajah masam dia menatap suaminya begitu tajam.
" Terus kamu ke sana ninggalin aku sama anak kamu gitu? Paling juga cuman alas-alasan ibu kamu aja Mas, ujung-ujungnya juga minta duit kan," katanya dengan nada ketus.
Tia sama sekali tidak suka jika Adnan membicarakan Ibu mertuanya itu.
" Astaghfirullahaladzim." Adnan mengelus dadanya sabar.
" Bukan begitu dek, yoga tadi sudah mengirim foto jika ibu benar-benar masuk rumah sakit. Jantungnya kambuh jadi aku harus ke sana sekarang juga, aku takut terjadi sesuatu kepada ibu," tegas Adnan.
Tidak mungkin bagi seorang anak tidak menemui ibunya di saat sangat membutuhkan. Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini dan sebagai anak harus siap siaga.
" Kok gitu sih, lagian ibu kamu kan nggak hanya sendiri di sana. Ada adik kamu, ada bapak kamu dan ada kakak kamu juga kan. Terus ngapain kamu juga mau ikut-ikutan ke sana. Memangnya kamu pikir aku dan anak kamu di sini tidak membutuhkan kamu?" Dia langsung sangat marah dia berucap dengan nada tinggi.
" Aku anaknya Dek. Sudah Seharusnya aku berada di sana untuk menyemangati Ibu supaya cepat sembuh. Jika kamu nggak mau aku tinggal ya udah kamu dan juga Adam ikut bersama aku dan untuk sementara tinggal di rumah ibu menginap di sana," ujarnya.
Tia spontan membelalakkan kedua matanya tinggal di rumah kumuh jelek dan kotor menurutnya itu rasanya tidak mungkin akan terulang untuk kedua kalinya. Dia sudah terbiasa hidup mewah dengan rumah bagus dan sangat nyaman untuk tempat tinggal sementara rumah orang tua Adnan jauh di atas rata-rata dari kemewahan, hanya karena dirinya sangat mencintai suaminya itu sehingga tidak mempedulikan jika keluarga Adnan begitu sangat miskin dan saat menikah baru satu malam dia tinggal di rumah itu sudah tidak betah dan merengek minta pulang.
Adnan pun dipaksa untuk ikut bersamanya dan tinggal di kediaman mertuanya yang serba ada itu. Karena Adnan tidak ingin istrinya merasa tidak nyaman tinggal di rumah orang tuanya. Dia pun terpaksa menyetujui tinggal di kediaman kedua orang tua istrinya dan rela bolak-balik dari Jakarta Selatan ke Jakarta pusat untuk bekerja.
Dan sekarang pernikahan mereka sudah berlangsung 3 tahun serta memiliki seorang putra bernama Adam rahmadan yang begitu sangat tampan. Namun sayangnya kedua orang tua Adnan belum pernah melihat cucu semata wayangnya itu, mereka hanya bisa melihat dari foto-foto dan video call saja.
Dan saat hari raya idul Fitri Adnan hanya pulang ke rumah orang tuanya seorang diri tanpa anak dan istri itu pun hanya beberapa jam saja setelah itu Adnan harus kembali kediaman mertuanya untuk berkumpul kembali dengan keluarga kecilnya. Adnan menyimpan semua kesedihan itu demi istri yang ia cintai.
Semua apa yang diucapkan oleh istrinya Adnan selalu menuruti, bahkan apa kata mertuanya dia pun ikut menurut. Namun kali ini kesabarannya sudah habis orang tuanya sekarat di rumah sakit namun istrinya lagi-lagi tidak mau mengerti bahkan marah dan memaki dirinya untuk tidak datang menemui orang tuanya itu.
" Aku tidak peduli pokoknya. Jika kamu berani pergi menemui ibu kamu, jangan harap kamu kembali lagi ke rumah ini. Dan kita cerai saat itu juga!" Dia mengancam Adnan. Dia benar-benar begitu egois sekali tidak memperbolehkan suaminya itu pergi menemui ibunya.
" Oke mulai sekarang kau aku talak!" Tanpa pikir panjang Adnan langsung mengucapkan talak kepada istrinya itu.
Iya membalikkan tubuhnya menatap sang suami tidak percaya mulutnya menganga matanya melotot lebar.
" Apa kau sudah gila hah? Kamu menceraikan aku hanya demi dia?" Katanya begitu sangat marah.
" Benar ... sekarang kau aku ceraikan! Aku benar-benar tidak Sudi memiliki istri yang tidak berbakti kepada mertuanya? Selama ini aku sudah terlalu sabar menghadapi mu, Tia." Adnan begitu sangat serius dengan ucapannya ekspresinya begitu sangat dingin berbeda dari sebelum-sebelumnya.
" Selama ini kalian selalu meremehkan aku merendahkan keluargaku Aku hanya bisa diam dan berusaha menutup kupingku. Aku terlalu bodoh dan terlalu buta, seharusnya sudah aku lakukan sejak dulu." Kemudian Adnan berjalan menuju arah lemari dan dia mengeluarkan baju-bajunya lalu memasukkannya ke dalam tas ransel.
Dia menganga dia benar-benar tidak percaya jika suaminya sudah menolak dirinya, padahal tadi ucapannya hanya sekedar ancaman saja. Kemudian dengan raut wajah yang kesal dia menarik suaminya hingga laki-laki itu menghadap ke arahnya.
" Baik jika kau ingin pergi dari sini pergilah tapi jangan harap kau bisa menemui anakmu selamanya. Tapi jika kau memilih kami, tinggalkan mereka selamanya dan jangan pernah mempedulikan mereka lagi." Dia memberi pilihan dengan sangat percaya diri sekali.
Adnan menggeleng kepalanya dia sungguh benar-benar tidak menyangka jika istrinya itu sangat keji terhadap mertuanya sendiri entah apa salah ibu bapaknya sehingga istrinya benar-benar sangat membenci mereka. Adnan ingin sekali menampar wajah istrinya itu namun dia tidak tega melakukannya karena masih sangat mencintainya sehingga dia hanya bisa menahan amarah dan rasa sakitnya dalam hati.
Tanpa kata Adnan kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam tas ransel kemudian mengambil berkas-berkas penting di dalam laci dompet dan seluruh miliknya kemudian dia pergi keluar dari kamar meninggalkan dia yang mematung menatapnya dengan mulut menganga.
Adnan memilih pergi meninggalkan istri dan anaknya daripada harus meninggalkan keluarganya. Anton memang sangat menyayangi istri dan anaknya namun dia tidak bisa melupakan cinta kasih dari orang tuanya, mungkin suatu saat nanti dirinya akan bertemu kembali dengan anaknya karena tidak ingin menyesal jika suatu saat akan kehilangan ibu yang sudah mengandung dan melahirkan dirinya.
" Mas Adnan, Mas ..." Teriak dia kencang hingga isi seluruh rumah keluar mendengar teriakan dia yang memanggil Adnan.
Namun Adnan tidak peduli dia menyalahkan motornya kemudian berlalu begitu saja pergi meninggalkan rumah tanpa pamit kepada anak dan juga mertuanya itu.
Sejak saat itu Adnan tidak mengetahui lagi kabar istri dan anaknya, surat cerai sudah ia urus dan sekarang dia sudah menduda selama 2 tahun. Laki-laki itu kini merindukan anaknya. Dia tetap foto anaknya yang masih berusia 3 tahun terakhir kali dia ambil foto, wajah polos terlihat sangat tampan itu Adnan meneteskan air mata Karena sangat merindukan darah dagingnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ninik
ada namanya mantan istri/suami tapi tidak ada yg namanya mantan anak/ibu atau mantan ayah,anak perempuan kalau dah nikah jd Milik suami tp kalau laki2 adalah milik ibu langkah Adnan bener menurutku dia hrs tegas sebagai laki2
2024-02-25
0
Diana Susanti
Alhamdulillah,,,bukan kok aku sok baik,,,,,jngkan mertua adik adik iparku merasakan jerih payah suamiku yg notabene kakak kandungnya,,,,, Alhamdulillah karena IKHLAS sekarang semuanya dimudahkan dan dikembalikan
2023-03-20
0