" Dek Aku dapat kabar dari Ibu katanya Ibu masuk rumah sakit," ujar Adnan dia bicara sangat lemah lembut sekali kepada istrinya.
" Terus ..." Jawab Tia santai seakan tidak merasa terkejut mengenai kabar mertuanya yang masuk rumah sakit.
" Aku harus ke rumah sakit untuk menemui ibu." Adnan meminta izin kepada istrinya.
Dia langsung menunjukkan ekspresi tidak suka, dengan wajah masam dia menatap suaminya begitu tajam.
" Terus kamu ke sana ninggalin aku sama anak kamu gitu? Paling juga cuman alas-alasan ibu kamu aja Mas, ujung-ujungnya juga minta duit kan," katanya dengan nada ketus.
Tia sama sekali tidak suka jika Adnan membicarakan Ibu mertuanya itu.
" Astaghfirullahaladzim." Adnan mengelus dadanya sabar.
" Bukan begitu dek, yoga tadi sudah mengirim foto jika ibu benar-benar masuk rumah sakit. Jantungnya kambuh jadi aku harus ke sana sekarang juga, aku takut terjadi sesuatu kepada ibu," tegas Adnan.
Tidak mungkin bagi seorang anak tidak menemui ibunya di saat sangat membutuhkan. Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini dan sebagai anak harus siap siaga.
" Kok gitu sih, lagian ibu kamu kan nggak hanya sendiri di sana. Ada adik kamu, ada bapak kamu dan ada kakak kamu juga kan. Terus ngapain kamu juga mau ikut-ikutan ke sana. Memangnya kamu pikir aku dan anak kamu di sini tidak membutuhkan kamu?" Dia langsung sangat marah dia berucap dengan nada tinggi.
" Aku anaknya Dek. Sudah Seharusnya aku berada di sana untuk menyemangati Ibu supaya cepat sembuh. Jika kamu nggak mau aku tinggal ya udah kamu dan juga Adam ikut bersama aku dan untuk sementara tinggal di rumah ibu menginap di sana," ujarnya.
Tia spontan membelalakkan kedua matanya tinggal di rumah kumuh jelek dan kotor menurutnya itu rasanya tidak mungkin akan terulang untuk kedua kalinya. Dia sudah terbiasa hidup mewah dengan rumah bagus dan sangat nyaman untuk tempat tinggal sementara rumah orang tua Adnan jauh di atas rata-rata dari kemewahan, hanya karena dirinya sangat mencintai suaminya itu sehingga tidak mempedulikan jika keluarga Adnan begitu sangat miskin dan saat menikah baru satu malam dia tinggal di rumah itu sudah tidak betah dan merengek minta pulang.
Adnan pun dipaksa untuk ikut bersamanya dan tinggal di kediaman mertuanya yang serba ada itu. Karena Adnan tidak ingin istrinya merasa tidak nyaman tinggal di rumah orang tuanya. Dia pun terpaksa menyetujui tinggal di kediaman kedua orang tua istrinya dan rela bolak-balik dari Jakarta Selatan ke Jakarta pusat untuk bekerja.
Dan sekarang pernikahan mereka sudah berlangsung 3 tahun serta memiliki seorang putra bernama Adam rahmadan yang begitu sangat tampan. Namun sayangnya kedua orang tua Adnan belum pernah melihat cucu semata wayangnya itu, mereka hanya bisa melihat dari foto-foto dan video call saja.
Dan saat hari raya idul Fitri Adnan hanya pulang ke rumah orang tuanya seorang diri tanpa anak dan istri itu pun hanya beberapa jam saja setelah itu Adnan harus kembali kediaman mertuanya untuk berkumpul kembali dengan keluarga kecilnya. Adnan menyimpan semua kesedihan itu demi istri yang ia cintai.
Semua apa yang diucapkan oleh istrinya Adnan selalu menuruti, bahkan apa kata mertuanya dia pun ikut menurut. Namun kali ini kesabarannya sudah habis orang tuanya sekarat di rumah sakit namun istrinya lagi-lagi tidak mau mengerti bahkan marah dan memaki dirinya untuk tidak datang menemui orang tuanya itu.
" Aku tidak peduli pokoknya. Jika kamu berani pergi menemui ibu kamu, jangan harap kamu kembali lagi ke rumah ini. Dan kita cerai saat itu juga!" Dia mengancam Adnan. Dia benar-benar begitu egois sekali tidak memperbolehkan suaminya itu pergi menemui ibunya.
" Oke mulai sekarang kau aku talak!" Tanpa pikir panjang Adnan langsung mengucapkan talak kepada istrinya itu.
Iya membalikkan tubuhnya menatap sang suami tidak percaya mulutnya menganga matanya melotot lebar.
" Apa kau sudah gila hah? Kamu menceraikan aku hanya demi dia?" Katanya begitu sangat marah.
" Benar ... sekarang kau aku ceraikan! Aku benar-benar tidak Sudi memiliki istri yang tidak berbakti kepada mertuanya? Selama ini aku sudah terlalu sabar menghadapi mu, Tia." Adnan begitu sangat serius dengan ucapannya ekspresinya begitu sangat dingin berbeda dari sebelum-sebelumnya.
" Selama ini kalian selalu meremehkan aku merendahkan keluargaku Aku hanya bisa diam dan berusaha menutup kupingku. Aku terlalu bodoh dan terlalu buta, seharusnya sudah aku lakukan sejak dulu." Kemudian Adnan berjalan menuju arah lemari dan dia mengeluarkan baju-bajunya lalu memasukkannya ke dalam tas ransel.
Dia menganga dia benar-benar tidak percaya jika suaminya sudah menolak dirinya, padahal tadi ucapannya hanya sekedar ancaman saja. Kemudian dengan raut wajah yang kesal dia menarik suaminya hingga laki-laki itu menghadap ke arahnya.
" Baik jika kau ingin pergi dari sini pergilah tapi jangan harap kau bisa menemui anakmu selamanya. Tapi jika kau memilih kami, tinggalkan mereka selamanya dan jangan pernah mempedulikan mereka lagi." Dia memberi pilihan dengan sangat percaya diri sekali.
Adnan menggeleng kepalanya dia sungguh benar-benar tidak menyangka jika istrinya itu sangat keji terhadap mertuanya sendiri entah apa salah ibu bapaknya sehingga istrinya benar-benar sangat membenci mereka. Adnan ingin sekali menampar wajah istrinya itu namun dia tidak tega melakukannya karena masih sangat mencintainya sehingga dia hanya bisa menahan amarah dan rasa sakitnya dalam hati.
Tanpa kata Adnan kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam tas ransel kemudian mengambil berkas-berkas penting di dalam laci dompet dan seluruh miliknya kemudian dia pergi keluar dari kamar meninggalkan dia yang mematung menatapnya dengan mulut menganga.
Adnan memilih pergi meninggalkan istri dan anaknya daripada harus meninggalkan keluarganya. Anton memang sangat menyayangi istri dan anaknya namun dia tidak bisa melupakan cinta kasih dari orang tuanya, mungkin suatu saat nanti dirinya akan bertemu kembali dengan anaknya karena tidak ingin menyesal jika suatu saat akan kehilangan ibu yang sudah mengandung dan melahirkan dirinya.
" Mas Adnan, Mas ..." Teriak dia kencang hingga isi seluruh rumah keluar mendengar teriakan dia yang memanggil Adnan.
Namun Adnan tidak peduli dia menyalahkan motornya kemudian berlalu begitu saja pergi meninggalkan rumah tanpa pamit kepada anak dan juga mertuanya itu.
Sejak saat itu Adnan tidak mengetahui lagi kabar istri dan anaknya, surat cerai sudah ia urus dan sekarang dia sudah menduda selama 2 tahun. Laki-laki itu kini merindukan anaknya. Dia tetap foto anaknya yang masih berusia 3 tahun terakhir kali dia ambil foto, wajah polos terlihat sangat tampan itu Adnan meneteskan air mata Karena sangat merindukan darah dagingnya itu.
" Adnan ..." Sebuah tangan menepuk pundaknya, Adnan tergejolak kaget kemudian dia menoleh siapa pemilik tangan tersebut dan ternyata adalah Bapak kandungnya. Buru-buru Adnan menghapus jejak air mata yang sedari tadi menetes saat menata foto anaknya itu.
" Eh bapak, ada apa Pak?" Tanyanya dengan suara serak Adnan memaksakan senyumnya.
Pak Lukman duduk di samping Adnan dia melihat foto wajah cucunya dari layar handphone anaknya itu. Kemudian Pak Lukman menghalangi nafasnya panjang, walaupun tidak pernah bertemu dengan anaknya Adnan namun dia sangat ingin sekali bertemu dan berharap suatu saat bisa berjumpa dengan cucunya itu.
" Sudah magrib Nak tidak baik melamun," ucapnya lirih dia tahu jika Adnan sangat merindukan cucunya karena dulu dirinya pun merasakan saat Adnan jarang sekali berkunjung ke rumah semenjak menikah.
Adnan Khiar Ardani laki-laki berusia 30 tahun itu adalah seorang pegawai bank Indonesia. Laki-laki yang lumayan cukup tampan badan tubuh tinggi tegap bersih putih memiliki rahang yang tegas dan hidung mancung dan memiliki alis yang tebal.
Dia adalah laki-laki seorang duda beranak satu, Adnan memilih untuk menceraikan istrinya dan meninggalkan anaknya lantaran tidak ingin menyesal suatu saat nanti. Adnan tidak mengerti, entah apa salah ibu dan bapaknya hingga membuat mantan istrinya itu tidak begitu menyukai mereka padahal selama ini keluarga Adnan sudah begitu sangat baik bahkan mengikhlaskan dirinya yang lebih memilih tinggal di kediaman mertuanya ketimbang membawa istri pulang ke rumahnya.
Adnan memang bukan anak yang se beruntung mantan istrinya itu, ayahnya hanya memiliki tokoh kecil di pinggir jalan sementara ibunya hanya ibu rumah tangga saja. Wajar jika keluarga dia tidak menyetujui dan selalu menghina dan merendahkan keluarganya itu lantaran jauh di bawah mereka yang hampir rata-rata pegawai kantoran. Bahkan termasuk istrinya yang sudah memiliki jabatan tinggi sebagai pegawai PNS.
Kini Adnan sudah menduda selama 2 tahun dan selama 2 tahun pula dia tidak pernah menemui anaknya bahkan nomor whatsApp IG Facebook atau media sosial lainnya semuanya diblokir oleh mantan istrinya tersebut agar supaya dirinya tidak mengetahui tentang kabar apapun mengenai anaknya.
Namun Adnan tidak menyesal karena pilihannya tepat saat itu ibunya pergi untuk selama-lamanya dan Adnan bisa bertemu dan meminta maaf kepadanya untuk terakhir kalinya sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir.
" Iya Pak, ayo kita masuk. Kita salat bersama." Keduanya bangkit dan pergi ke masjid untuk melakukan salat wajib bersama.
Lukman tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan kebahagiaan anak-anaknya, dalam hatinya begitu sangat prihatin dan sedih dengan kondisi Adnan yang sering sekali melamun. Sebagai orang tua dia merasa gagal dan karena dirinya pula Adnan harus kehilangan anak dan istrinya. Sungguh sangat sedih hatinya, dan Lukman sangat berharap sekali Adnan mendapatkan jodoh kembali dan melupakan kenangan buruk bersama mantan istrinya itu dan mendapatkan kebahagiaan serta senyum cerianya kembali.
" Assalamualaikum." Keduanya sudah kembali ke rumah dia melihat ada motor terparkir di halaman depan rumah.
" Waalaikumsalam." Seorang wanita membuka pintu dia tersenyum menyambut kedatangan Adnan dan juga Pak.
" Pak ..." Wanita itu begitu sangat ramah dan menyambut kedatangan Pak Lukman kemudian meraih tangannya dan menciumnya.
" Kalian kapan datang?" Tanya Adnan dia sudah masuk lebih dulu.
" Sebelum maghrib Alhamdulillah." Seorang laki-laki menjawab laki-laki itu memeluk Adnan dan juga Pak Lukman.
" Bapak sehat?" Tanyanya.
" Alhamdulillah seperti yang kamu lihat sekarang ini." Mereka bertiga duduk di sofa.
" Maaf ya Pak kami baru bisa datang berkunjung," ucapnya sesal karena hampir 1 tahun dirinya tidak mengunjungi ayahnya itu.
" Tidak apa-apa Rehan kan istri dan anak kamu juga sangat membutuhkan kamu. Jadi jangan terlalu memikirkan bapak," ucap Lukman, dia agak sedikit trauma. Dia tidak ingin egois takutnya menantunya itu akan memiliki pemikiran yang sama seperti mantan menantunya dulu.
" Walaupun Reyhan memiliki istri dan anak, tetapi Bapak tetap selalu di hati kami," ucap Reyhan. Dia dan istrinya sudah lama tidak berkunjung lantaran sang istri baru saja melahirkan, dan sekarang anaknya sudah berusia lima bulan jadi sudah bisa di bawa kemana-mana.
" Iya, jadi kami memutuskan untuk tinggal disini sementara supaya Bapak bisa bermain dengan Aisyah," sahut istrinya Reyhan. Wanita itu membawakan kopi untuk mertua, suami dan adik iparnya.
" Syukurlah kalau kalian akan menginap disini, jadi Bapak tidak merasa kesepian saat aku pulang larut dan Julian tidak ada dirumah," sela Adnan yang sedari tadi hanya diam saja.
Raihan adalah kakak pertama Adnan sementara Julian adalah adiknya yang masih kuliah. Raihan baru saja menikah 2 tahun yang lalu dan sekarang sudah memiliki anak sementara Julian masih sibuk kuliah jadi belum memikirkan untuk menikah.
Adnan merasa sangat bersyukur jika Rehan bisa mendapatkan istri yang lebih baik dan pengertian dengan kondisi orang tuanya. Dirinya merasa sangat bersalah sekali lantaran dulu salah memilih istri yang hanya melihat harta saja.
" Boleh aku menggendong Aisyah?" Kata Adnan dia melihat keponakannya begitu sangat menggemaskan sehingga Adnan menginginkan untuk menggendongnya.
" Tentu dong, nah ..." Raihan dengan senang hati menyerahkan anaknya kepada adiknya itu karena dirinya memang sudah sangat lelah sekali sedari tadi menggendong Aisyah terus sementara istrinya sibuk menyiapkan untuk makan malam bersama.
" Halo cantik ..." Dengan sangat gemas Adnan menggendong dan mencium pipi gembul Aisyah. Rasa rindu di hatinya seakan terobati sehingga laki-laki itu menganggap Aisyah adalah anaknya sendiri.
Lukman hanya mah lihatnya saja dia sangat mengerti betapa rindunya seorang ayah kepada anaknya. Lukman tersenyum melihat Aisyah yang tertawa saat bercanda bersama dengan Adnan, Lukman sangat bersyukur dan berharap jika keluarganya akan selalu bahagia. Tanpa sadar air matanya keluar dari kelopaknya Lukman teringat akan ucapan almarhum istri yang mengatakan jika cucu mereka ada di rumah pasti akan sangat ramai sekali. Dan ternyata benar cucu dari anak pertamanya berada di rumah ternyata begitu sangat ramai mendengar canda tawanya sangat melegakan hati. Apalagi jika cucu dari anak keduanya bisa berkumpul juga di sini, pasti akan bertambah sangat ramai sekali.
" Kamu kenapa tidak menikah lagi, Adnan?"
Rehan dia juga Adnan sontak menatap Bapak mereka yang tiba-tiba berucap seperti itu. Tidak biasanya laki-laki paruh baya itu mengatakan soal pernikahan kepada Adnan. Kemudian keduanya saling pandang tidak percaya.
" Kenapa bapak tiba-tiba berkata seperti itu?" Tanya Adnan.
" Kamu sudah lama menduda. Apa kamu masih mengharapkan mantan istrimu kembali?"
Pagi harinya Adnan tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja, dia sedikit memikirkan tentang ucapan sang ayah yang membicarakan tentang pernikahan kedua padanya. Jujur saja Adna masih belum kepikiran untuk menikah lagi, bukan karena masih mencintai mantan istri atau berharap kembali lagi dengannya. Hanya saja goresan luka masih membekas di hatinya itu membuatnya sedikit takut untuk kembali membina rumah tangga.
Takut akan gagal kembali, takut akan terluka lagi. Itulah yang Adnan pikirkan seakan menjadi trauma dalam dirinya.
Terlebih lagi dia sama sekali belum tertarik dengan wanita manapun.
" Yah semoga saja aku bisa mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi," gumamnya lirih.
Kemudian Adnan keluar dari kamar untuk sarapan pagi yang sudah di siapkan oleh kakak iparnya. Adnan tersenyum saat melihat keharmonisan keluarga kecil kakaknya itu, mereka tampak sangat bahagia sekali. Pagi ini mereka sedang bercanda bersama anak mereka yang sudah sangat terlihat cantik usai selesai mandi. Iri, tentu saja siapa yang tidak menginginkan keluarga yang utuh bisa kumpul dengan anak istri tapi nyatanya semuanya sudah berakhir, walaupun dirinya tidak bisa bersama dengan istrinya lagi setidaknya dia berharap agar bisa bersama dengan anaknya walaupun tidak bisa berkumpul lagi namun harapan untuk bisa bertemu itu begitu besar sekali.
" Hei, bengong aja ayo sini sarapan," ajak Raihan melihat adiknya itu dia berdiri di ambang pintu kamarnya. Adnan mengangguk lalu dia tersenyum kemudian menghampiri mereka yang sudah duduk di meja makan dan juga ayahnya yang baru saja tiba habis dari belakang rumah.
" Yoga di mana?" Adnan tak melihat adik bungsunya.
" Namanya juga anak laki biasalah bangun siag," jawab Raihan karena dulu dirinya saat masih bujangan selalu saja bangun siang jika tidak ada kegiatan.
" Ck, ya seperti itu karena mengikutimu yang sangat malas gimana mau sukses jika bangun aja siang seperti ini," ejek Adnan.
" Siapa bilang nggak sukses buktinya sekarang gue sukses sukses aja tuh, ya kan Yank." Rehan menatap istrinya. Tentang istri hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala saja.
" Sudah sudah di meja makan tidak boleh ribut," Sela pak Lukman. " Adnan bangunkan adik kamu, ajak sarapan."
Adnan bangkit dari duduknya kemudian dia pergi menuju kamar adik bungsunya itu untuk membangunkan dan berkumpul bersama untuk menikmati sarapan pagi mumpung di rumah ini begitu sangat ramai nafsu makan pun menjadi sangat berselera tak seperti hari-hari biasanya sepi sunyi tanpa kata.
Setelah melalui drama pagi yang begitu sangat menyenangkan kini Adnan sudah dalam perjalanan menuju tempat kerjanya menggunakan mobil. Adnan sudah menjadi laki-laki yang sukses sekarang, dia sudah naik jabatan dengan hasil kerja keras nya menjadi manajer bank. Bukan hanya bisa membelikan rumah yang cukup lumayan untuk orang tuanya, Adnan pun sudah bisa membeli mobilnya sendiri dan sudah bisa mengumpulkan uang lebih banyak lagi untuk membangun rumah masa depannya nanti. Dia tidak ingin kejadian 2 tahun yang lalu terulang hanya karena dirinya masih seorang pegawai biasa, selalu dihina dan direndahkan dan juga rumah orang tuanya yang masih gubuk dianggap seolah tidak ada oleh keluarga mantan istrinya itu.
Saat hendak memarkirkan mobil tiba-tiba tanpa disengaja dia menabrak seorang wanita.
" Astagfirullahaladzim ..." Bergegas melepas sabuk pengamannya kemudian keluar dari mobil menghampiri wanita yang sudah tersungkur di lantai itu.
" Aduh, perih," rintis wanita itu melihat telapak tangannya yang terluka.
" Saya minta maaf Mbak, apa Mbak terluka?" Adnan berjongkok dia dapat melihat luka kecil di telapak tangan wanita yang tak sengaja ia tabrak tadi.
" Ayo Mbak saya bantu berdiri, di mobil saya ada beberapa obat supaya bisa mengobati luka di tangan Mbak," Adnan begitu sangat menyesal walaupun goresan luka itu kecil namun dia tetap saja merasa sangat bersalah karena kelalaiannya bisa sampai menabrak orang, Untung saja tidak terlalu parah.
Wanita itu kemudian mendongak dia menatap Adnan sekilas kemudian kembali fokus kepada lukanya walaupun kecil tetap saja perih baginya.
" Mas kalau nyetir mobil hati-hati dong saya udah pinggir loh jalannya," omelnya kemudian dia berusaha untuk berdiri.
Adnan terpaku, dia papaku menatap wajah wanita yang ia tabrak tadi. Sungguh cantik bagaikan bidadari, putih mulus bibir seksi benar-benar sangat sempurna ciptaan Allah ini. Matanya tak luput menatapnya melihat wanita itu kesusahan saat hendak bangun bergegas Adnan membantu meraih tangan kecil mungil itu dan memapahnya berdiri.
" Saya benar-benar minta maaf Sungguh saya tidak sengaja," ucapnya sambil Mama Pah wanita itu dan dia membuka pintu mobil kemudian menyuruh wanita itu masuk ke dalam mobilnya agar dirinya bisa mengobati luka di telapak tangannya itu.
" Saya buru-buru mana antrian bang sudah panjang anak-anak sekolah sebentar lagi masukkan kayak gini saya tidak jadi untuk mengurus ATM saya," wajahnya dengan raut wajah cemberut.
Adnan benar-benar gemes sekali melihatnya dia tersenyum Entah mengapa ingin sekali Adnan mencubit bibir yang manyun itu.
" Oh jadi kamu mau ngurus ATM, memangnya kenapa dengan atm-nya?" Tanya Adnan dia membuka kotak obat mudah mengeluarkan betadin dan kapas lalu meraih tangan wanita itu dan mengolesi obat tersebut pada lukanya.
" ATM saya terblokir, lupa kata sandi," cicitnya pelan Adnan ingin sekali tertawa benar-benar sangat lucu dan menggemaskan sekali Entah mengapa jantungnya bahkan deg-degan dia dapat merasakan kulit yang begitu lembut dan halus dari tangan wanita ini.
" Kamu guru TK di dekat sini?" Tanya Adnan melihat seragam wanita itu saat dia dikenakan.
" Emmm ..." Dia sedikit memejamkan mata karena obat merah yang diberikan Adnan cukup perih baginya.
" Padahal dekat ya. Tapi aku tidak pernah melihat kamu." Jarak memang tidak begitu jauh dari bank tersebut ke sekolahan TK namun selama Adnan bekerja di sana sudah lebih dari 8 tahun dia memang tidak pernah melihat wanita secantik ini dan ini baru pertama kalinya dia bertemu.
" Mungkin karena kita sama-sama sibuk jadi tidak pernah saling melihat," jawabnya sambil melihat telapak tangannya yang sudah dibalut dengan plester.
Adnan mengangguk, mungkin benar apa yang di ucapkan oleh gadis cantik dihadapannya ini. Karena sama-sama sibuk sehingga tidak pernah bertemu. Adnan kembali memasukkan obat-obat tersebut kedalam kotaknya.
" Berikan nomor handphone-mu, biar aku saja yang mau urus jadi kamu tidak perlu lagi mengantri jika sudah selesai aku akan menghubungimu," ujar Adnan memberikan solusi.
" Emangnya bisa?" Tanyanya seakan tak percaya.
" Jika kamu percaya sama aku semuanya mudah saja diurus kamu tinggal berikan saja KTP, nomor telepon dan buku tabungan."
" Tapi jika kamu percaya sama aku tapi kalau masih ragu ya nggak apa-apa kamu bisa mengurus sendiri ya seperti itu ... mengantri," ucapnya melihat gadis itu masih begitu ragu untuk mempercayai dirinya.
" Kamu kerja disini?" Tanya gadis itu kembali memastikan. Adnan mengangguk tegas kemudian dia memperlihatkan tanda pengenalnya.
Kemudian gadis itu berpikir sejenak ..." Emmm, baiklah. Aku percaya sama kamu yang penting atm-ku cepet selesai dan aku bisa menarik uang."
Adnan tersenyum entah senyuman itu begitu penuh arti padahal mengurus ATM yang terblokir tidaklah begitu sulit hanya cukup menelpon saja semuanya sudah selesai namun entahlah dia menjadi laki-laki licik hari ini, Karena semua itu hanya alasan saja agar bisa mendapatkan nomor gadis cantik di hadapannya ini.
" Oh ya kenalin, aku Adnan." Adnan menyodorkan tangannya.
" Zahra ..." Keduanya bersalaman tersenyum dengan jantung yang deg-degan. Kini dia merasakan kembali perasaan di mana dirinya tengah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Apa mungkin wanita ini yang dikirimkan Allah untuk menjadi masa depannya berkat doa sang ayah tadi malam, entahlah Adnan hanya bisa berharap jika memang gadis di hadapannya ini adalah jodoh masa depannya dia sangat berharap sekali tentunya Dan semoga saja semuanya berjalan dengan baik sesuai harapan yang selalu ia impikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!