ZOYA, Bidadari Tanpa Mahkota
Prolog
Dinodai oleh pria asing tak dikenal saat mencoba menolongnya, Zoya Radya mengalami trauma jika berdekatan dengan seorang pria hingga ia tak ingin menjalin hubungan dekat dengan pria mana pun meski usianya sudah cukup matang untuk berkeluarga. Ia bertemu dengan pria yang tak lain adalah Ayah dari gadis yang menjadi muridnya mengaji, awalnya Zoya hanya bersikap biasa saja kala Nafisah putri dari pria itu memintanya menjadi Ibu sambungnya. Namun karena Zafran, Ayah sang murid memintanya dengan tulus dan meyakinkannya, hati Zoya bergetar.
“Maukah kau berta’aruf dengaku?” Zafran Sauqi.
“Aku bukanlah Bidadari dengan mahkota, tak pantas bagiku menerima pinangan dari pria baik seperti Anda." Zoya Radya.
"Aku tak mencari Bidadari sempurna, aku mencari Bidadari yang sudi menerima malaikat kecilku dalam hidupnya.” Zafran Sauqi.
Namun, di saat dirinya mulai membuka hatinya untuk Zafran, pria misterius itu muncul dan berniat untuk meminangnya. Di sisi lain, mantan istri Zafran pun kembali dan ingin membina rumah tangganya lagi.
Siapakah yang akan dipilih oleh Zoya? Apakah Zoya akan memilih Zafran atau pria yang telah menodainya itu? Dan apakah Zafran akan kembali pada istrinya atau tetap memilih Zoya sebagai istrinya?
“Maafkan kekhilafanku saat itu, aku datang ingin menebus dosaku. Biarkan aku meminangmu dan izinkan aku menebus dosaku.” Cakra Alister.
Episode 01> Bidadari tak bermahkota
Malam sunyi sepi, gadis cantik berhijab bernama Zoya Radya yang baru saja pulang dari pengajian tengah berjalan santai sambil menikmati udara malam yang begitu sejuk dan lembab karena habis hujan sebelum magrib. Saat sampai di persimpangan jalan yang minim penerangan, ia melihat seseorang tengah berjalan sempoyongan seperti hendak pingsan, Zoya berlari menghampirinya dan hendak menolongnya.
“Permisi, apakah Anda baik-baik saja?” tanya Zoya sopan dari arah samping orang yang ternyata seorang pria tersebut.
Tanpa menjawab, pria itu langsung menarik tangan Zoya dan memeluknya erat, tentu saja hal itu membuat Zoya terkejut dan meronta mencoba melepaskan diri. Napas pria itu begitu berat dan memburu membuat Zoya semakin ketakutan.
“Tolong aku, rasanya sangat panas sekali, aku sudah tak tahan.” Pria itu menghirup aroma dari tubuh Zoya yang menenangkan membuatnya candu.
“Tolong lepaskan saya, jika Anda membutuhkan pertolongan saya akan menolong Anda, tapi saya mohon lepaskan saya,” pinta Zoya yang masih meronta agar pria itu melepaskannya.
Pria itu memanggul tubuh Zoya di pundaknya tanpa menghiraukan teriakan Zoya yang terus memukul punggungnya. Ia membawanya ke sebuah bangunan kosong dan melucuti pakaian gadis cantik itu dengan paksa. Malam itu, mahkotanya sebagai seorang wanita salihah terenggut secara paksa oleh pria yang tak dikenalnya, tangisnya yang begitu pilu tak dihiraukan oleh pria yang menodainya.
*****
Satu tahun berlalu sejak kejadian naas itu, Zoya kini mengajar mengaji di mushola dekat rumahnya. Dia menjadi guru mengaji favorit anak-anak di desanya, desa Lengkong. Zoya mengajar mengaji secara Cuma-Cuma atau geratis, setiap ada orang tua yang ingin memberinya uang ia selalu menolaknya kecuali mereka memberinya makanan, Zoya akan menerimanya dengan senang hati. Penduduk desa sangat prihatin pada kejadian yang menimpa dirinya satu tahun lalu yang menyebabkan dirinya takut terhadap pria asing yang belum dikenalnya.
“Mbak Zoya, ini ada roti brownis, Ibu dapat pesanan dan ini lebihnya, semoga Mbak Zoya suka yah.” Seorang wanita yang tak lain adalah Ibu dari anak yang diajarkan mengaji oleh Zoya mengantarkan roti brownis buatannya.
“Ya Allah, Bu Mirna repot-repot sekali. Alhamdulillah, terima kasih yah, Bu sudah mau repot-repot membagi rezekinya pada saya. Mari masuk dulu, Bu, biar saya buatkan minum,” ajaknya setelah menerima pemberian dari Ibu salah satu murid mengajinya.
“Gak usah, Mbak Zoya. Ibu mau langsung mengantarkan pesanan Ibu kampung sebelah, takut keburu sore,” tolak Bu Mirna sopan yang memang akan mengantarkan pesanan orang. Bu Mirna memang menerima pesanan roti apa pun dari orang yang memesannya, roti atau kue-kue buatan Bu Mirna sangat enak, tak jarang ia mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak dan Zoya selalu mendapatkan kiriman kuenya.
“Terima kasih banget kalau begitu yah, Bu Mirna. Maaf harus pulang tangan kosong.” Zoya merasa tak enak hati karena ia selalu dikirim kue oleh Bu Mirna.
“Sama-sama, Mbak. Ibu pamit yah, assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Bu Mirna pergi setelah mengucapkan salam.
“Siapa, Kak?” tanya Ibu yang baru datang dari arah dapur.
“Ini, Bu. Bu Mirna mengantarkan roti brownis untuk kita,” sahut Zoya berjalan menghampiri sang Ibu sambil membawa roti tersebut.
“Masyaallah, alhamdulillah. Rezeki kamu selalu datang dari orang-orang baik, Kak. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan rezeki yang lebih berlimpah lagi yah,” doa Ibu.
“Amiin, semoga, Bu.”
***
Malam menjelang, Zoya bersama ibu dan Ayah pergi ke mushola untuk menunaikan ibadah salat magrib dan isa secara bersamaan. Setelah salat magrib berjamaah selesai, anak-anak mulai mendekat pada Zoya untuk belajar mengaji. Zoya mengajari mereka mengaji, belajar salat, belajar surah pendek dan juga belajar doa-doa keseharian. Anak-anak tampak bersemangat dan tak pernah bosan dengan cara Zoya mengajarkan mereka dan orang tua pun ikut senang.
Ibu, Ayah dan para warga senang karena kini Zoya sudah mulai bangkit dari keterpurukannya dan depresinya akibat kejadian naas yang menimpa Zoya. Satu tahun lamanya Zoya depresi seperti orang yang terkena gangguan jiwa, bahkan melihat Ayahnya saja ia menjadi histeris. Anak-anaklah yang membuat Zoya bangkit kembali dan lama-lama berangsur pulih dan bisa berinteraksi lagi dengan orang sekitar meski masih sedikit waspada jika bertemu pria yang baru dikenalnya atau asing baginya.
“Alhamdulillah, Zoya sudah semakin bersemangat lagi yah, Bu,” ucap Bu Mirna pada Ibu.
“Iya, Bu. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali mereka menjadi obat mujarab bagi kesembuhan Zoya meski dia sampai sekarang masih waspada pada pria tak dikenalnya. Semoga saja suatu hari nanti Zoya bisa sembuh total dan mau membina rumah tangga dengan pria baik yang mau menerimanya yang tanpa mahkota itu,” doa ibu.
“Amiin. Allah sudah menyiapkan pria itu, Bu. Tinggal waktunya saja yang belum tahu kapan pria baik itu datang menjemput Zoya dengan keikhlasannya.” Bu Mirna mengaminkan doa Ibu, mereka berharap suatu hari nanti akan ada pria yang sudi meminangnya yang tanpa mahkota itu.
Azan isa berkumandang, mereka menunaikan ibadah salat isa bersama. Jika biasanya anak-anak akan salat dengan ribut dan saling bercanda, beda halnya dengan anak didik Zoya yang begitu tertib salatnya tanpa bersuara dan tanpa bercanda. Zoya memang malaikat bagi para orang tua yang memiliki anak yang sulit diatur untuk melaksanakan kewajibannya, tapi dalam hati gadis cantik itu ia menganggap dirinya malaikat yang tak bermahkota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nayra Syafira Ahzahra
baru mampir thor😊😊😊
2023-07-23
1
Agustina Kusuma Dewi
ana menclok disini kk isti
lihat chaptherny kog pendek
🤣😂😁😀😃😄😅😉😊😋😘😍😎
2023-06-25
1
Anisul Mukaromah
baru baca akasih vote ya semoga ceritanya semakin seru
2023-05-24
1