Episode 02 > Mimpi yang sama

“Tidak, jangan, aku mohon jangan, lepaskan aku,” teriakan Zoya di sepertiga malam membuat Ayah dan Ibu terbangun dan membangunkan dirinya yang bersimbah peluh.

“Kak, bangun Kak.” Ibu mengusap kepala Zoya lembut membangunkan putrinya.

Zoya terbangun dari pembaringannya dengan raut wajah ketakutan dan peluh yang membanjiri seluruh wajahnya dan bahkan membuat pakaian atasnya pun basah.

“Astagfirullahaladzim, subhanallah, Ibu.” Zoya memeluk Ibu yang duduk di samping tempat tidurnya dengan erat dengan tubuh gemetar.

“Tenang, Kak. Itu hanya mimpi, minum dulu.” Ibu menenangkan Zoya dengan memberinya air putih yang tersedia di atas nakas yang diberikan oleh Ayah.

“Zoya takut, Bu. Pria itu merenggutnya dengan paksa, Zoya takut,” tuturnya dengan nada takut dan bibir yang bergetar.

“Tenang, Sayang. Kejadian itu sudah lewat setahun lalu. Bukankah Zoya yang sekarang adalah Zoya yang kuat yang mampu meluluhkan hati anak-anak nakal yang tak menurut saat disuruh salat? Tunjukan pada Ibu, Zoya yang selalu bersemangat kala mengajarkan anak-anak mengaji dan salat. Kakak janji sama Ibu kan kalau Kakak akan sembuh dan melupakan kejadian itu? Bukankah Kakak sayang sama Ibu, Ayah dan Fahmi?” Ibu masih mencoba menenangkan putrinya itu.

Perlahan Zoya menjadi tenang, ia bisa mengontrol perasaan takutnya, napasnya yang tadi memburu kini sudah mulai teratur.

“Maafkan Zoya, Bu, yang terkadang masih memikirkan kejadian hari itu. Zoya belum bisa melupakannya, bau tubuhnya masih teringat dengan jelas dalam penciuman Zoya kala dia merenggutnya. Meski sepertinya di bawah pengaruh obat, tapi tetap saja hal itu membuat Zoya terpukul. Apalagi yang ia rengut adalah yang paling berharga dalam hidup Zoya,” tuturnya masih mengingat hari itu. Ibu memandang Ayah dengan raut wajah khawatir, Ayah hanya mengangguk pelan mengerti apa yang dikhawatirkan Ibu.

“Kita salat tahajud bersama yah, Sayang, agar kau sedikit lebih tenang. Mungkin setelah kau mengadukan rasa sakitmu pada Rabb-mu, Kakak akan lebih tenang lagi,” ajak Ibu dan Zoya mengangguk menyetujui.

“Zoya mandi dulu yah, Bu, Yah,” ucapnya.

“Iya, Sayang. Ibu dan Ayah menunggu di tempat salat yah.” Ibu dan Ayah pergi dari kamar Zoya meninggalkan wanita cantik itu sendiri.

Zoya langsung beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu ia menyusul Ibu dan Ayah untuk menunaikan salat tahajud bersama.

‘Ya Rabb, bantu hambamu ini untuk melupakan hari mengerikan itu. Sesungguhnya hamba sangat tersiksa dengan kejadian hari itu, hanya kaulah tuhanku yang maha membolak-balikan hati manusia. Tolong buat hati dan pikiranku untuk melupakan hari itu, ampunilah pria yang telah menodaiku. Hamba tahu bahwa pria itu tak dalam kondisi yang baik-baik saja saat itu, ia di bawah kendali obat durjana. Namun, meski seperti itu, hal yang paling berharga terenggut dariku begitu saja tanpa belas kasihan. Tolong kasih jalan yang terbaik untuk hambamu ini, ya Rabb,’ doa Zoya yang sangat pilu bagi hatinya, ia mengalami hal yang menyakitkan dirinya, hatinya bahkan batinnya. Namun, ia masih bisa mendoakan pria yang telah merenggut kesuciannya, sungguh wanita yang sangat mulia.

Setelah melakukan salat tahajud, mata indah Zoya tak ingin terpejam lagi. Ia mengambil Al-Qurannya dan membacanya dengan alunan yang begitu merdu menenangkan hati siapa saja yang mendengarnya. Hingga menjelang azan subuh berkumandang, ia menghentikan bacaannya dan bersiap untuk pergi ke mushola bersama Ayah dan Ibu.

***

Matahari terbit dengan terik sinar yang menyilaukan dan menghangatkan tubuh, Zoya sudah siap untuk pergi ke pasar bersama sang Ibu. Sudah menjadi kegiatan rutin Zoya dan Ibu setiap pagi hari, kedua wanita beda generasi itu untuk pergi ke pasar untuk belanja bahan masakan untuk pagi, siang dan malam hari.

“Kamu sudah siap, Sayang?” tanya Ibu yang datang membawa keranjang belanjaan yang terbuat dari anyaman bungkus kopi.

Zoya dan Ibu-Ibu desa Lengkong setiap harinya jika sudah selesai dengan kegiatan paginya di rumah akan berkumpul di gubuk samping rumah orang tua Zoya untuk membuat berbagai kerajinan dari bahan yang bisa di daur ulang seperti bungkus kopi, botol plastik dan juga karung semen. Mereka menggunakan bahan tersebut untuk membuat berbagai macam bentuk kerajinan yang nantinya bisa dijual untuk menambah uang belanja atau sekedar uang untuk jajan anak-anak mereka. Zoya yang pandai dan serba bisa mengajarkan para Ibu-Ibu agar memanfaatkan waktu mereka tidak hanya untuk berghibah ria saja, melainkan untuk membuat kerajinan yang bisa menghasilkan uang dan tentunya juga sangat bermanfaat.

“Sudah, Bu. Ayu kita berangkat, nanti keburu siang aku tak kebagian udang segarnya,” sahut Zoya mengajak sang Ibu untuk segera berangkat ke pasar.

Zoya dan Ibu berangkat ke pasar dengan menggunakan betor alias becak motor, sebuah becak yang sudah tak dikayuh lagi melainkan digas menggunakan motor bagian belakangnya. Jalanan yang masih alami bebatuan kecil membuat Desa Lengkong terlihat seperti desa pada jaman dahulu. Suasana dan pemandangan yang begitu asri dan juga udara yang begitu segara tanpa terpaparnya banyak polusi membuat orang yang hidup di desa tersebut jarang sekali ada yang sakit.

“Berapa, Pak?” tanya Ibu setelah mereka turun dari betor.

“Sepuluh saja, Bu,” sahut sang tukang betor.

“Ini uangnya, Pak.” Ibu memberikan uang dengan pecahan sepuluh ribu satu lembar pada tukang betor.

“Terima kasih nggih, Bu.”

“Sama-sama, Pak.”

Zoya dan Ibu berjalan menyusuri pasar yang sudah agak ramai karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Segera saja Zoya dan Ibu memilih apa yang akan mereka beli.

“Kita ke tukang ikan dulu, Kak. Takut udangnya keburu habis dan kamu tak mendapatkannya,” ajak Ibu. Zoya pun mengangguk dan keduanya berjalan menuju tukang ikan yang menjual aneka bahan makanan yang hidup di dalam air.

Setelah mendapat apa yang dimau oleh Zoya, keduanya melanjutkan membeli beberapa sayuran segar dan juga bumbu.

***

Sampainya di rumah, Ibu membawa belanjaannya ke dapur.

“Udangnya biar Ibu yang bersihkan, kamu istirahat saja,” ucap Ibu.

“Aku mau melihat tanamanku di belakang, Bu, setelah ganti pakaian,” sahutnya sebelum masuk kamar. Zoya mengganti pakaiannya dengan pakaian simple yang membuatnya bisa dengan bebas bergerak, ia mengenakan celana kulot yang dipadukan dengan atasan tunik yang panjangnya seatas lutut dan juga bergo instan, terlihat cantik dan menawan meski tanpa make up. Jika keluar rumah Zoya akan mengenakan gamis yang menutupi hingga seluruh tubuhnya.

Zoya menuju taman kecil belakang rumahnya yang terdapat beberapa tanaman yang ia rawat seorang diri dengan begitu telatennya. Selama satu tahun belakangan setelah kejadian naas itu, Zoya menyibukkan dirinya dengan berkebun dan memelihara beberapa ekor kelinci juga bebek.

Terpopuler

Comments

Ratna Anggraeni

Ratna Anggraeni

semangat thourrr,.,

2023-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 01 > Prolog dan Bidadari tak bermahkota
2 Episode 02 > Mimpi yang sama
3 Episode 03 > Desa Tanggap Desa saksi bisu
4 Episode 04 > Teman baru
5 Episode 05 > Kekaguman Zafran
6 Episode 06 > Mencoba mendekati
7 Episode 07 > Permintaan Nafisah
8 Episode 08 > Akhirnya
9 Episode 09 > Rencana ke desa Lengkong
10 Episode 10 > Berangkat ke desa Lengkong
11 Episode 11 > Hampir bertemu
12 Episode 12 > Ternyata
13 Episode 13 > Ketakutan Cakra
14 Episode 14 > Bertemu
15 Episode 15 > Dialah pria itu
16 Episode 16 > Pengakuan Cakra
17 Episode 17 > Keputusan Zoya
18 Episode 18 > Maaf, aku tak bisa
19 Episode 19 > Kembalinya mantan istri
20 Episode 20 > Pertemuan Zafran dan Cakra
21 Episode 21 > Nesa menemui Zoya
22 Episode 22 > Saya bukan orang ketiga
23 Episode 23 > Curahan pilu Nafisah
24 Episode 24 > Nafisah memergoki Nesa
25 Episode 25 > Bukan kamu Ibu untuknya
26 Episode 26 > Alasan Nesa kembali
27 Episode 27 > Fadhil main ke sekolah Nafisah
28 Episode 28 > Nesa memaksa Nafisah ikut
29 Episode 29 > Kegaduhan
30 Episode 30 > Hatinya sudah dimiliki
31 Episode 31 > Rencana pernikahan
32 Episode 32 > Persiapan pernikahan
33 Episode 33 > Hari bahagia
34 Episode 34 > Malam penuh cinta
35 Episode 35 > Hari pertama setelah menikah
36 Episode 36 > Kencan
37 Episode 37 > Pindah tempat tinggal
38 Episode 38 > Jalan-jalan
39 Episode 39 > Fahmi berangkat
40 Episode 40 > Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Episode 01 > Prolog dan Bidadari tak bermahkota
2
Episode 02 > Mimpi yang sama
3
Episode 03 > Desa Tanggap Desa saksi bisu
4
Episode 04 > Teman baru
5
Episode 05 > Kekaguman Zafran
6
Episode 06 > Mencoba mendekati
7
Episode 07 > Permintaan Nafisah
8
Episode 08 > Akhirnya
9
Episode 09 > Rencana ke desa Lengkong
10
Episode 10 > Berangkat ke desa Lengkong
11
Episode 11 > Hampir bertemu
12
Episode 12 > Ternyata
13
Episode 13 > Ketakutan Cakra
14
Episode 14 > Bertemu
15
Episode 15 > Dialah pria itu
16
Episode 16 > Pengakuan Cakra
17
Episode 17 > Keputusan Zoya
18
Episode 18 > Maaf, aku tak bisa
19
Episode 19 > Kembalinya mantan istri
20
Episode 20 > Pertemuan Zafran dan Cakra
21
Episode 21 > Nesa menemui Zoya
22
Episode 22 > Saya bukan orang ketiga
23
Episode 23 > Curahan pilu Nafisah
24
Episode 24 > Nafisah memergoki Nesa
25
Episode 25 > Bukan kamu Ibu untuknya
26
Episode 26 > Alasan Nesa kembali
27
Episode 27 > Fadhil main ke sekolah Nafisah
28
Episode 28 > Nesa memaksa Nafisah ikut
29
Episode 29 > Kegaduhan
30
Episode 30 > Hatinya sudah dimiliki
31
Episode 31 > Rencana pernikahan
32
Episode 32 > Persiapan pernikahan
33
Episode 33 > Hari bahagia
34
Episode 34 > Malam penuh cinta
35
Episode 35 > Hari pertama setelah menikah
36
Episode 36 > Kencan
37
Episode 37 > Pindah tempat tinggal
38
Episode 38 > Jalan-jalan
39
Episode 39 > Fahmi berangkat
40
Episode 40 > Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!