“Tidak, jangan, aku mohon jangan, lepaskan aku,” teriakan Zoya di sepertiga malam membuat Ayah dan Ibu terbangun dan membangunkan dirinya yang bersimbah peluh.
“Kak, bangun Kak.” Ibu mengusap kepala Zoya lembut membangunkan putrinya.
Zoya terbangun dari pembaringannya dengan raut wajah ketakutan dan peluh yang membanjiri seluruh wajahnya dan bahkan membuat pakaian atasnya pun basah.
“Astagfirullahaladzim, subhanallah, Ibu.” Zoya memeluk Ibu yang duduk di samping tempat tidurnya dengan erat dengan tubuh gemetar.
“Tenang, Kak. Itu hanya mimpi, minum dulu.” Ibu menenangkan Zoya dengan memberinya air putih yang tersedia di atas nakas yang diberikan oleh Ayah.
“Zoya takut, Bu. Pria itu merenggutnya dengan paksa, Zoya takut,” tuturnya dengan nada takut dan bibir yang bergetar.
“Tenang, Sayang. Kejadian itu sudah lewat setahun lalu. Bukankah Zoya yang sekarang adalah Zoya yang kuat yang mampu meluluhkan hati anak-anak nakal yang tak menurut saat disuruh salat? Tunjukan pada Ibu, Zoya yang selalu bersemangat kala mengajarkan anak-anak mengaji dan salat. Kakak janji sama Ibu kan kalau Kakak akan sembuh dan melupakan kejadian itu? Bukankah Kakak sayang sama Ibu, Ayah dan Fahmi?” Ibu masih mencoba menenangkan putrinya itu.
Perlahan Zoya menjadi tenang, ia bisa mengontrol perasaan takutnya, napasnya yang tadi memburu kini sudah mulai teratur.
“Maafkan Zoya, Bu, yang terkadang masih memikirkan kejadian hari itu. Zoya belum bisa melupakannya, bau tubuhnya masih teringat dengan jelas dalam penciuman Zoya kala dia merenggutnya. Meski sepertinya di bawah pengaruh obat, tapi tetap saja hal itu membuat Zoya terpukul. Apalagi yang ia rengut adalah yang paling berharga dalam hidup Zoya,” tuturnya masih mengingat hari itu. Ibu memandang Ayah dengan raut wajah khawatir, Ayah hanya mengangguk pelan mengerti apa yang dikhawatirkan Ibu.
“Kita salat tahajud bersama yah, Sayang, agar kau sedikit lebih tenang. Mungkin setelah kau mengadukan rasa sakitmu pada Rabb-mu, Kakak akan lebih tenang lagi,” ajak Ibu dan Zoya mengangguk menyetujui.
“Zoya mandi dulu yah, Bu, Yah,” ucapnya.
“Iya, Sayang. Ibu dan Ayah menunggu di tempat salat yah.” Ibu dan Ayah pergi dari kamar Zoya meninggalkan wanita cantik itu sendiri.
Zoya langsung beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu ia menyusul Ibu dan Ayah untuk menunaikan salat tahajud bersama.
‘Ya Rabb, bantu hambamu ini untuk melupakan hari mengerikan itu. Sesungguhnya hamba sangat tersiksa dengan kejadian hari itu, hanya kaulah tuhanku yang maha membolak-balikan hati manusia. Tolong buat hati dan pikiranku untuk melupakan hari itu, ampunilah pria yang telah menodaiku. Hamba tahu bahwa pria itu tak dalam kondisi yang baik-baik saja saat itu, ia di bawah kendali obat durjana. Namun, meski seperti itu, hal yang paling berharga terenggut dariku begitu saja tanpa belas kasihan. Tolong kasih jalan yang terbaik untuk hambamu ini, ya Rabb,’ doa Zoya yang sangat pilu bagi hatinya, ia mengalami hal yang menyakitkan dirinya, hatinya bahkan batinnya. Namun, ia masih bisa mendoakan pria yang telah merenggut kesuciannya, sungguh wanita yang sangat mulia.
Setelah melakukan salat tahajud, mata indah Zoya tak ingin terpejam lagi. Ia mengambil Al-Qurannya dan membacanya dengan alunan yang begitu merdu menenangkan hati siapa saja yang mendengarnya. Hingga menjelang azan subuh berkumandang, ia menghentikan bacaannya dan bersiap untuk pergi ke mushola bersama Ayah dan Ibu.
***
Matahari terbit dengan terik sinar yang menyilaukan dan menghangatkan tubuh, Zoya sudah siap untuk pergi ke pasar bersama sang Ibu. Sudah menjadi kegiatan rutin Zoya dan Ibu setiap pagi hari, kedua wanita beda generasi itu untuk pergi ke pasar untuk belanja bahan masakan untuk pagi, siang dan malam hari.
“Kamu sudah siap, Sayang?” tanya Ibu yang datang membawa keranjang belanjaan yang terbuat dari anyaman bungkus kopi.
Zoya dan Ibu-Ibu desa Lengkong setiap harinya jika sudah selesai dengan kegiatan paginya di rumah akan berkumpul di gubuk samping rumah orang tua Zoya untuk membuat berbagai kerajinan dari bahan yang bisa di daur ulang seperti bungkus kopi, botol plastik dan juga karung semen. Mereka menggunakan bahan tersebut untuk membuat berbagai macam bentuk kerajinan yang nantinya bisa dijual untuk menambah uang belanja atau sekedar uang untuk jajan anak-anak mereka. Zoya yang pandai dan serba bisa mengajarkan para Ibu-Ibu agar memanfaatkan waktu mereka tidak hanya untuk berghibah ria saja, melainkan untuk membuat kerajinan yang bisa menghasilkan uang dan tentunya juga sangat bermanfaat.
“Sudah, Bu. Ayu kita berangkat, nanti keburu siang aku tak kebagian udang segarnya,” sahut Zoya mengajak sang Ibu untuk segera berangkat ke pasar.
Zoya dan Ibu berangkat ke pasar dengan menggunakan betor alias becak motor, sebuah becak yang sudah tak dikayuh lagi melainkan digas menggunakan motor bagian belakangnya. Jalanan yang masih alami bebatuan kecil membuat Desa Lengkong terlihat seperti desa pada jaman dahulu. Suasana dan pemandangan yang begitu asri dan juga udara yang begitu segara tanpa terpaparnya banyak polusi membuat orang yang hidup di desa tersebut jarang sekali ada yang sakit.
“Berapa, Pak?” tanya Ibu setelah mereka turun dari betor.
“Sepuluh saja, Bu,” sahut sang tukang betor.
“Ini uangnya, Pak.” Ibu memberikan uang dengan pecahan sepuluh ribu satu lembar pada tukang betor.
“Terima kasih nggih, Bu.”
“Sama-sama, Pak.”
Zoya dan Ibu berjalan menyusuri pasar yang sudah agak ramai karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Segera saja Zoya dan Ibu memilih apa yang akan mereka beli.
“Kita ke tukang ikan dulu, Kak. Takut udangnya keburu habis dan kamu tak mendapatkannya,” ajak Ibu. Zoya pun mengangguk dan keduanya berjalan menuju tukang ikan yang menjual aneka bahan makanan yang hidup di dalam air.
Setelah mendapat apa yang dimau oleh Zoya, keduanya melanjutkan membeli beberapa sayuran segar dan juga bumbu.
***
Sampainya di rumah, Ibu membawa belanjaannya ke dapur.
“Udangnya biar Ibu yang bersihkan, kamu istirahat saja,” ucap Ibu.
“Aku mau melihat tanamanku di belakang, Bu, setelah ganti pakaian,” sahutnya sebelum masuk kamar. Zoya mengganti pakaiannya dengan pakaian simple yang membuatnya bisa dengan bebas bergerak, ia mengenakan celana kulot yang dipadukan dengan atasan tunik yang panjangnya seatas lutut dan juga bergo instan, terlihat cantik dan menawan meski tanpa make up. Jika keluar rumah Zoya akan mengenakan gamis yang menutupi hingga seluruh tubuhnya.
Zoya menuju taman kecil belakang rumahnya yang terdapat beberapa tanaman yang ia rawat seorang diri dengan begitu telatennya. Selama satu tahun belakangan setelah kejadian naas itu, Zoya menyibukkan dirinya dengan berkebun dan memelihara beberapa ekor kelinci juga bebek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ratna Anggraeni
semangat thourrr,.,
2023-07-16
1