BALAS DENDAM
Hari pertama
Hari ini adalah hari pertama bagi Neena, ia sedang berdiri tegap di depan cermin dengan identitas barunya. Selama lima tahun ia pergi dari kediaman Ayress, kini Neena datang dengan penampilan baru.
"Halo Cyntia, sebentar lagi kau akan bertemu dengan pria yang sangat kau cintai, dan namamu bukan Neena lagi di hadapan keluarga itu, tetapi Cyntia."
Neena terlihat tegas berbicara pada dirinya sendiri di cermin. Ya, Neena sudah berubah, ia menggunakan identitas baru untuk bisa masuk ke keluarga suaminya itu.
Hijab yang ia kenakan, kacamata bulat yang ia pakai, dan tahi lalat yang ia tambahkan di bawah bibir menjadi pelengkap sebuah identitas baru yang tidak akan dikenali oleh orang lain.
Langkah kaki Neena pun dengan penuh percaya diri mendekati pintu gerbang, dan dibuka oleh salah satu pelayan yang berjaga di kediaman Ayress. Setelah diterima sebagai perawat untuk Ayress, Neena nampak bersemangat karena ia akan merawat suaminya sendiri.
Saat itu orang pertama yang Cyntia temui adalah Didit, Didit pun membawa Cyntia menghadap pada ibu Benita, untuk ia kenalkan pada majikannya.
"Silahkan masuk," ucap Didit, pada saat menyadari langkah kaki Cyntia terhenti di depan daun pintu.
"I-iya, terima kasih." jawab Cyntia sedikit kikuk, lantaran ia harus bertemu dengan ibu mertuanya itu.
Nyonya Benita, saat itu ia sedang duduk di singgasananya dengan secangkir kopi, Didit membawa seorang perawat putranya yang sudah diinterview sebelumnya, dan saat itu nyonya Benita pun mengajak Cyntia pergi ke kamar Ayress.
Saat itu nyonya Benita berhenti di depan daun pintu yang telah dibuka itu, ia melihat putranya sedang duduk bersama kursi rodanya dengan menghadap ke arah luar jendela.
"Itu adalah putraku, dia seperti kehilangan sebagian semangat dalam hidup, selama ini tidak ada perawat yang betah dalam menangani dirinya, emosi yang kadang meledak-ledak kerap kali membuat perawat merasa takut, terkadang perawat sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri, dan terkadang juga Ayress lah yang memecatnya secara tidak hormat," lirih nyonya Benita menceritakan beberapa kisah tentang perawat sebelum Cyntia datang melamar pekerjaan.
"Mungkin tuan Ayress memiliki tekanan yang tidak bisa ia utarakan pada siap pun Nyonya, aku akan berusaha semaksimal mungkin dalam membantu kesembuhannya," ucap Cyntia dengan yakin.
"Ya, kau harus melakukan itu!" tegas nyonya Betina berharap penuh.
Dengan menundukkan kepala, Cyntia pun akhirnya ditinggalkan oleh Didit dan juga nyonya Betina, mereka percayakan semua pada Cyntia saat itu.
Sementara Cyntia sendiri masih memperhatikan Ayress yang belum menyadari kedatangannya, kelopak mata Cyntia seakan basah ketika ia melihat keadaan sang suami pada saat itu, namun tekad nya untuk menyamar begitu kuat, hingga ia tidak mengizinkan air mata jatuh di kedua pipinya pada saat itu.
Cyntia memutar tubuhnya dan memutuskan untuk pergi ke dapur, karena pagi ini Ayress belum sarapan, hal pertama yang akan Cyntia lakukan adalah membawakan makanan dan obat untuk Ayress, dan setelah meletakkan nasi beserta lauk di atas nampak, juga air minum beserta obat, Cyntia kembali ke kamar Ayress.
Tok! Tok! Tok!
Sebuah ketukan pintu menyadarkan lamunan Ayress, saat itu Ayress memutar kursi rodanya menghadap pintu, dan ia melihat perawat baru yang berseragam serba putih sedang berdiri di depan pintu.
"Siapa kamu?" tanya Ayress mengernyitkan dahi.
"Selamat pagi Tuan, aku adalah Cyntia, perawat yang akan membantu proses pengobatan Tuan," ucap Cyntia melempar senyum.
"Tidak perlu repot-repot. Bahkan saya seharusnya tidak perlu hidup untuk saat ini, karena tidak ada gunanya saya hidup!" teriak Ayress, ada sebuah beban yang ia pikul saat itu, dan terlihat bahwa Ayress begitu sangat terpukul.
Cyntia mendekat, meletakkan nampan di atas ranjang dan ia pun duduk di depan Ayress, saat itu Cyntia menatap ke arah Ayress yang terlihat penuh emosi.
"Tuan, apakah kau merasa bahwa hidup mu lah yang paling berat? Bahkan kau tidak pernah tahu, bahwa selain dirimu, masih banyak pasien yang justru kehilangan kedua kakinya, dan harus melihat kenyataan bahwa mereka akan selamanya tidak bisa berjalan. Tapi kau? Kau masih ada harapan untuk sembuh Tuan, kau hanya perlu sedikit melakukan terapi dan pengobatan, maka kau akan sembuh!" tegas Cyntia menatap tajam ke arah Ayress.
Ketika ucapan itu sampai di telinga Ayress, entah mengapa seperti sebuah cambuk yang memukul semangat Ayress, Ayress membalas tatapan Cyntia, wanita berhijab dan terlihat culun itu telah memberikan dirinya sebuah semangat melalui kalimat yang sedikit pedas.
"Kau jangan tersinggung ya, sekarang aku akan membantu agar nasi dan lauk ini sampai di perut mu." sambung Cyntia meraih makanan Ayress lalu menyuapkan pada Ayress.
Saat itu Ayress tak menolak, ia menikmati makanannya sampai beberapa suap, dan setelah merasa perutnya kenyang, Ayress pun menolak suapan yang diberikan oleh Cyntia.
"Kau sudah merasa kenyang? Atau kau berhenti karena kau tidak semangat untuk sembuh?" tanya Cyntia menatap tajam.
Ayress membalas tatapan Cyntia dan menelan saliva nya, "aku sudah kenyang," ucapnya.
"Baik lah, kalau begitu sekarang giliran minum obat." jawab Cyntia meletakkan makanan itu dan menggantinya dengan obat.
Saat itu Cyntia dan Ayress tak menyadari bahwa di balik pintu kamar, ada Didit yang sedang mengawasi. Didit tersenyum ketika melihat ketegasan Cyntia kala berbicara dengan Ayress, hingga membuat Ayress bersedia makan dengan sedikit banyak dari sebelumnya, dan meminum obat seperti yang sudah seharusnya.
Didit merasa senang, karena akhirnya Ayress mendapatkan seorang perawat yang dapat menaklukkan ego Ayress setelah beberapa kali saja mengganti perawat. Karena emosi dan sikapnya yang begitu keras kepala.
"Sudah selesai, aku akan membawamu pergi berjemur, Tuan," ucap Cyntia setelah satu tugasnya selesai, yaitu memberi makan dan minum tuannya.
Dengan cepat Didit pergi dari tempat itu, ia tidak mau jika Cyntia tahu bahwa ia sedang mengawasi pekerjaan nya.
Beberapa menit kemudian, Cyntia kembali untuk membawa Ayress keluar dari kamar untuk berjemur. Saat itu tidak ada penolakan apapun dari Ayress, yang sebelumnya Ayress hanya ingin berdiam diri di dalam kamar, hari ini Cyntia berhasil membawa Ayress keluar untuk membuat Ayress sedikit lebih rileks.
"Tuan, aku akan membiarkan Tuan di sini, berjemur di pagi hari sangat sehat," ucap Cyntia melempar senyum.
"Aku tahu itu." celetuk Ayress dengan nada dingin.
Cyntia tersenyum, penyamaran nya sangat sukses hingga membuat Ayress sama sekali tidak mengenali dirinya, bahkan sikap Ayress juga sangat berbeda, ia sangat dingin seperti batu es hingga membuat Cyntia tertawa kecil di dalam hati.
Saat Cyntia sedang berdiri di samping Ayress, menemani Ayress berjemur. Saat itu Riffat tak sengaja menangkap pemandangan itu, Riffat pun menatap ke arah itu dengan senyum penuh hina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Siti Alfiah
lanjutkan thorrr.
2023-03-20
2