Bab 3
"Tuan, kau sudah lebih baik sekarang? Aku akan meninggalkan mu di kamar, karena kau harus istirahat, sebentar lagi makan siang, aku akan memasak untuk mu."
Cyntia berpamitan setelah membiarkan Ayress menyisir rambutnya, dan setelah itu ia membantu Ayress turun dari kursi roda, memindahkannya di atas kasur yang sangat empuk itu.
"Apa kau sudah mengetahui menu makanan yang harus kamu buatkan untukku?" tanya Ayress sebelum Cyntia pergi.
"Sudah Tuan, aku sudah mendapatkan beberapa informasi tentang menu makanan bahkan apa yang tidak kau sukai," ucap Cyntia melempar senyum.
"Bagus." singkat Ayress menimpali.
Cyntia sedikit mengangkat alis, ketika hanya satu kata saja sebagai jawaban Ayress padanya, dan ia pun memutuskan untuk berlalu pergi setelah itu.
Saat hendak pergi ke dapur, Cyntia berpapasan dengan Didit yang ditugaskan untuk memanggil Cyntia.
"Cyntia, kau dipanggil nyonya Benita," ucap Didit berhadapan dengan Cyntia.
"Ada apa?" tanya Cyntia bingung.
"Entah lah, aku hanya diminta untuk memanggil mu, tidak lebih dari itu." jawab Didit.
Cyntia mengangguk, ia dan Didit pun berjalan beriringan untuk menemui nyonya Benita yang sedang duduk di ruang keluarga, saat itu Didit memberikan isyarat pada Cyntia untuk duduk di sofa, berhadapan dengan nyonya Benita yang terlihat sangat serius. Cyntia pun mengangguk tanpa penolakan.
"Suster Cyntia, karena kau berkerja untuk merawat putraku, jadi kau harus tinggal di rumah ini, karena sewaktu-waktu Ayress pasti akan membutuhkan mu," ucap nyonya Benita ketika Cyntia sudah berada di hadapannya.
"Saya harus tinggal di sini, Nyonya?" ulang Cyntia sedikit terkejut kala itu.
"Ya, apa kamu keberatan dengan syarat ini!" nyonya Benita menatap tajam, seolah tidak ingin mendengar jawaban penolakan dari Cyntia.
Cyntia pun terdiam sejenak, ia berpikir sesuatu tentang permintaan ibu mertuanya itu, dan saat Cyntia terdiam beberapa saat, nyonya Benita memberikan gerakan yang membuat Cyntia sadar.
"Emm, Nyonya.. Saya memiliki seorang putri di rumah, yang sedang tinggal bersama kakek dan nenek buyutnya, kalau pun saya harus tinggal di sini, apa boleh sering-sering pulang?" pinta Cyntia menawar sesuatu pada nyonya Benita, ia tidak mau jika ia harus mengorbankan putrinya yang kehadirannya di dunia sudah tidak bersama sosok ayah.
Permintaan Cyntia membuat nyonya Benita lah yang diam saat itu, nyonya Benita tidak mungkin tidak mengizinkan, namun jika itu keseringan, tentu saja akan menghambat pekerjaan Cyntia dalam mengurus putranya.
"Dua minggu sekali, bagaimana?" tanya nyonya Benita bersuara.
"Baik Nyonya, deal." jawab Cyntia melempar senyum.
Nyonya Benita merasa puas, karena Cyntia tidak menawar lagi dengan jawaban yang ia berikan, dan saat itu nyonya Benita meminta Cyntia pergi dengan isyarat tangannya, Cyntia dengan hormat meninggalkan nyonya Benita karena sangat mengenal bagaimana kelas ibu mertuanya itu.
Cyntia mulai meracik menu makanan untuk Ayress, ia dengan semangat memotong bumbu dan mengolahnya menjadi makanan yang sangat enak.
'Tidak apa-apa jika harus pulang dua minggu sekali, setidaknya aku bisa bertemu dengan Rindu, putriku.' batin Cyntia sangat bersemangat ketika mengaduk sayuran yang ia masak.
Tepat jam 12 siang
Cyntia mengetuk pintu dan masuk ke kamar Ayress, saat itu Ayress terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu, ia sudah melihat Cyntia di hadapannya dengan membawa makanan di dan minuman di atas nampan.
"Tuan, sudah bangun? Ayo kita makan siang," sapa Cyntia tersenyum sembari membantu Ayress bangun, dan menyandarkannya di kepala ranjang.
"Kenapa cepat sekali kau membawakan aku makan, bukannya baru beberapa jam yang lalu aku menyuapiku, aku masih kenyang," omel Ayress dengan nada cetus.
"Beberapa jam yang lalu itu sarapan pagi Tuan, dan ini sudah masuk jam makan siang, jadi kau harus makan," seru Cyntia sedikit memaksa.
"Kau pintar sekali menjawab, sepertinya hanya kau yang berani selalu menjawab ku!" omel Ayress menatap kesal.
"Silahkan Tuan marah, karena jika Tuan marah, aku tinggal mengatakan ini pada nyonya Benita, aku akan mengatakan kalau kau tidak mau sembuh, dengan begitu bukan aku yang dimarahi, tapi kau." jelas Cyntia mengangkat salah satu alisnya.
Ayress benar-benar dibuat kalah saat itu, dan ia harus membuka mulut untuk menikmati makanan yang dimasak oleh perawat barunya itu, Ayress membuka mulut dengan ragu. Bukan ragu, tepatnya adalah malas, namun karena tatapan Cyntia sangat tajam mengalahkan wataknya yang kaku, akhirnya Ayress mengalah.
Suapan pertama membuat Ayress mengingat sesuatu, ia merasa bahwa masakannya yang dibuat oleh Cyntia sangat tidak asing di lidahnya, Ayress tiba-tiba mengingat masa lalunya yang sudah berusaha ia kubur dalam penyesalan yang ia pendam selama lima tahun ini.
"Kenapa Tuan?" tanya Cyntia.
Ayress menoleh ke arah wanita berhijab itu, lalu dengan cepat ia menelan makanan yang sejak tadi ia rasa sangat tidak asing, dan ia menggelengkan kepala menutupi semuanya.
"Tuan, kau tidak apa-apa? Kalau kau merasa bahwa masakan ku tidak enak, tidak ada salah nya kau berkomentar, agar besok aku bisa membuat makanan jauh lebih baik lagi," ucap Cyntia meminta Ayress untuk berbicara.
"Tidak, aku tidak punya masukan apapun, masakan mu sudah enak." singkat Ayress menjawab.
Jawaban itu tentu saja membuat Cyntia tersenyum senang, karena suaminya itu tidak memprotes masakan nya, tentu saja Cyntia mengetahui apa yang dipikirkan oleh Ayress pada saat ia menyantap satu suapan masakannya, Cyntia percaya bahwa saat itu Ayress sedang mengingat dirinya.
"Sudah beres Tuan, giliran minum obatnya," ucap Cyntia mengganti piring itu dengan air minum dan beberapa obat.
"Sampai kapan aku mengkonsumsi obat-obatan seperti ini?" tanya Ayress menatap putus asa ke arah obat-obatan yang selama ini ia konsumsi.
"Sampai kau sembuh Tuan, kau harus tahu, bahwa untuk sembuh butuh pengorbanan, jadi kau jangan putus asa." tegas Cyntia memberikan jawaban.
Saat itu Cyntia menceritakan tentang pengalaman yang sebenarnya tidak ia alami sendiri, karena ia bukan lah perawat sungguhan. Namun untung saja Cyntia sudah mempersiapkan semua ini jauh sebelum ia memutuskan untuk menjadi perawat suaminya. Sebuah motivasi sudah ia pelajari untuk mengantisipasi ketika Ayress berputus asa.
Saat itu panjang lebar Cyntia menceritakan sebuah pengalaman seseorang yang sudah ia baca di sebuah buku yang ia beli, dan saat itu Cyntia seperti sedang memberikan cambukan pada Ayress yang seketika itu terlihat sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
Cyntia tersenyum memberikan obat dan air untuk Ayress yang ia tunda, dan Ayress saat itu menerima lalu meneguknya.
"Bagaimana Tuan, apakah kau masih berpikir kalau berjuang untuk sembuh itu mudah?" tanya Cyntia setelah memberikan sedikit motivasi.
"Siapa namamu tadi?" Ayress justru mempertanyakan hal lain pada Cyntia.
"Aku? Aku Cyntia, Tuan," ucap Cyntia tersenyum bingung.
"Apa profesi mu selain perawat, Cyntia?" tanya Ayress lagi.
"Ibu rumah tangga Tuan, aku memiliki satu orang putri yang sangat cantik, dan saat ini usianya menginjak 4 tahun," seru Cyntia tersenyum lebar memperkenalkan putrinya bersama Ayress dengan bangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments