NovelToon NovelToon

BALAS DENDAM

1

Hari pertama

Hari ini adalah hari pertama bagi Neena, ia sedang berdiri tegap di depan cermin dengan identitas barunya. Selama lima tahun ia pergi dari kediaman Ayress, kini Neena datang dengan penampilan baru.

"Halo Cyntia, sebentar lagi kau akan bertemu dengan pria yang sangat kau cintai, dan namamu bukan Neena lagi di hadapan keluarga itu, tetapi Cyntia."

Neena terlihat tegas berbicara pada dirinya sendiri di cermin. Ya, Neena sudah berubah, ia menggunakan identitas baru untuk bisa masuk ke keluarga suaminya itu.

Hijab yang ia kenakan, kacamata bulat yang ia pakai, dan tahi lalat yang ia tambahkan di bawah bibir menjadi pelengkap sebuah identitas baru yang tidak akan dikenali oleh orang lain.

Langkah kaki Neena pun dengan penuh percaya diri mendekati pintu gerbang, dan dibuka oleh salah satu pelayan yang berjaga di kediaman Ayress. Setelah diterima sebagai perawat untuk Ayress, Neena nampak bersemangat karena ia akan merawat suaminya sendiri.

Saat itu orang pertama yang Cyntia temui adalah Didit, Didit pun membawa Cyntia menghadap pada ibu Benita, untuk ia kenalkan pada majikannya.

"Silahkan masuk," ucap Didit, pada saat menyadari langkah kaki Cyntia terhenti di depan daun pintu.

"I-iya, terima kasih." jawab Cyntia sedikit kikuk, lantaran ia harus bertemu dengan ibu mertuanya itu.

Nyonya Benita, saat itu ia sedang duduk di singgasananya dengan secangkir kopi, Didit membawa seorang perawat putranya yang sudah diinterview sebelumnya, dan saat itu nyonya Benita pun mengajak Cyntia pergi ke kamar Ayress.

Saat itu nyonya Benita berhenti di depan daun pintu yang telah dibuka itu, ia melihat putranya sedang duduk bersama kursi rodanya dengan menghadap ke arah luar jendela.

"Itu adalah putraku, dia seperti kehilangan sebagian semangat dalam hidup, selama ini tidak ada perawat yang betah dalam menangani dirinya, emosi yang kadang meledak-ledak kerap kali membuat perawat merasa takut, terkadang perawat sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri, dan terkadang juga Ayress lah yang memecatnya secara tidak hormat," lirih nyonya Benita menceritakan beberapa kisah tentang perawat sebelum Cyntia datang melamar pekerjaan.

"Mungkin tuan Ayress memiliki tekanan yang tidak bisa ia utarakan pada siap pun Nyonya, aku akan berusaha semaksimal mungkin dalam membantu kesembuhannya," ucap Cyntia dengan yakin.

"Ya, kau harus melakukan itu!" tegas nyonya Betina berharap penuh.

Dengan menundukkan kepala, Cyntia pun akhirnya ditinggalkan oleh Didit dan juga nyonya Betina, mereka percayakan semua pada Cyntia saat itu.

Sementara Cyntia sendiri masih memperhatikan Ayress yang belum menyadari kedatangannya, kelopak mata Cyntia seakan basah ketika ia melihat keadaan sang suami pada saat itu, namun tekad nya untuk menyamar begitu kuat, hingga ia tidak mengizinkan air mata jatuh di kedua pipinya pada saat itu.

Cyntia memutar tubuhnya dan memutuskan untuk pergi ke dapur, karena pagi ini Ayress belum sarapan, hal pertama yang akan Cyntia lakukan adalah membawakan makanan dan obat untuk Ayress, dan setelah meletakkan nasi beserta lauk di atas nampak, juga air minum beserta obat, Cyntia kembali ke kamar Ayress.

Tok! Tok! Tok!

Sebuah ketukan pintu menyadarkan lamunan Ayress, saat itu Ayress memutar kursi rodanya menghadap pintu, dan ia melihat perawat baru yang berseragam serba putih sedang berdiri di depan pintu.

"Siapa kamu?" tanya Ayress mengernyitkan dahi.

"Selamat pagi Tuan, aku adalah Cyntia, perawat yang akan membantu proses pengobatan Tuan," ucap Cyntia melempar senyum.

"Tidak perlu repot-repot. Bahkan saya seharusnya tidak perlu hidup untuk saat ini, karena tidak ada gunanya saya hidup!" teriak Ayress, ada sebuah beban yang ia pikul saat itu, dan terlihat bahwa Ayress begitu sangat terpukul.

Cyntia mendekat, meletakkan nampan di atas ranjang dan ia pun duduk di depan Ayress, saat itu Cyntia menatap ke arah Ayress yang terlihat penuh emosi.

"Tuan, apakah kau merasa bahwa hidup mu lah yang paling berat? Bahkan kau tidak pernah tahu, bahwa selain dirimu, masih banyak pasien yang justru kehilangan kedua kakinya, dan harus melihat kenyataan bahwa mereka akan selamanya tidak bisa berjalan. Tapi kau? Kau masih ada harapan untuk sembuh Tuan, kau hanya perlu sedikit melakukan terapi dan pengobatan, maka kau akan sembuh!" tegas Cyntia menatap tajam ke arah Ayress.

Ketika ucapan itu sampai di telinga Ayress, entah mengapa seperti sebuah cambuk yang memukul semangat Ayress, Ayress membalas tatapan Cyntia, wanita berhijab dan terlihat culun itu telah memberikan dirinya sebuah semangat melalui kalimat yang sedikit pedas.

"Kau jangan tersinggung ya, sekarang aku akan membantu agar nasi dan lauk ini sampai di perut mu." sambung Cyntia meraih makanan Ayress lalu menyuapkan pada Ayress.

Saat itu Ayress tak menolak, ia menikmati makanannya sampai beberapa suap, dan setelah merasa perutnya kenyang, Ayress pun menolak suapan yang diberikan oleh Cyntia.

"Kau sudah merasa kenyang? Atau kau berhenti karena kau tidak semangat untuk sembuh?" tanya Cyntia menatap tajam.

Ayress membalas tatapan Cyntia dan menelan saliva nya, "aku sudah kenyang," ucapnya.

"Baik lah, kalau begitu sekarang giliran minum obat." jawab Cyntia meletakkan makanan itu dan menggantinya dengan obat.

Saat itu Cyntia dan Ayress tak menyadari bahwa di balik pintu kamar, ada Didit yang sedang mengawasi. Didit tersenyum ketika melihat ketegasan Cyntia kala berbicara dengan Ayress, hingga membuat Ayress bersedia makan dengan sedikit banyak dari sebelumnya, dan meminum obat seperti yang sudah seharusnya.

Didit merasa senang, karena akhirnya Ayress mendapatkan seorang perawat yang dapat menaklukkan ego Ayress setelah beberapa kali saja mengganti perawat. Karena emosi dan sikapnya yang begitu keras kepala.

"Sudah selesai, aku akan membawamu pergi berjemur, Tuan," ucap Cyntia setelah satu tugasnya selesai, yaitu memberi makan dan minum tuannya.

Dengan cepat Didit pergi dari tempat itu, ia tidak mau jika Cyntia tahu bahwa ia sedang mengawasi pekerjaan nya.

Beberapa menit kemudian, Cyntia kembali untuk membawa Ayress keluar dari kamar untuk berjemur. Saat itu tidak ada penolakan apapun dari Ayress, yang sebelumnya Ayress hanya ingin berdiam diri di dalam kamar, hari ini Cyntia berhasil membawa Ayress keluar untuk membuat Ayress sedikit lebih rileks.

"Tuan, aku akan membiarkan Tuan di sini, berjemur di pagi hari sangat sehat," ucap Cyntia melempar senyum.

"Aku tahu itu." celetuk Ayress dengan nada dingin.

Cyntia tersenyum, penyamaran nya sangat sukses hingga membuat Ayress sama sekali tidak mengenali dirinya, bahkan sikap Ayress juga sangat berbeda, ia sangat dingin seperti batu es hingga membuat Cyntia tertawa kecil di dalam hati.

Saat Cyntia sedang berdiri di samping Ayress, menemani Ayress berjemur. Saat itu Riffat tak sengaja menangkap pemandangan itu, Riffat pun menatap ke arah itu dengan senyum penuh hina.

2

Bab 2

Sambil memegang gelas, Riffat pun meneguk minuman itu tanpa mengalihkan pandangan nya sama sekali. Dan hal itu disadari oleh Noella yang ternyata membuatnya penasaran, apa yang dilakukan oleh suaminya.

Noella mendekati Riffat dan berdiri di samping Riffat yang kala itu menyadari kedatangan istrinya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Mas?" tanya Noella.

"Lihat lah pemandangan yang ada di sana, Ayress sudah memiliki perawat baru setelah yang kemarin dipecatnya," ucap Riffat meminta Noella untuk melihat ke arah yang saat ini ia tunjuk.

Pandangan Nolle pun tertuju pada Ayress dan juga Cyntia, saat itu Cyntia sedang meminta Ayress untuk melakukan peregangan otot kedua tangannya, dan Ayress pun melakukan apa yang diminta oleh Cyntia.

"Kemarin dia sudah memecat perawat dengan alasan yang tidak jelas, lihat saja, sampai berapa hari perawat baru itu bertahan," ucap Riffa tersenyum sengit.

"Ya, kau benar. Sejak dia lumpuh, sepertinya dia sudah kehilangan kewarasan, sampai-sampai orang yang tidak bersalah dia salahkan dan dia pecat dengan tidak hormat," seru Noella menimpali.

"Biarkan saja, karena untuk sembuh, sepertinya itu adalah hal yang mustahil bagi Ayress, jadi biarkan saja dia berulah semaunya." jelas Riffat memutuskan untuk membalik badan dan berhenti memperhatikan Ayress.

Beberapa menit telah berlalu, Ayress sudah sedikit berkeringat walau tidak melakukan gerakan berdiri, terik matahari pun mulai terasa panas. Dan Cyntia pun membawa Ayress masuk, Didit yang saat itu menyadari turut berjalan di samping kursi roda sambil memperhatikan Ayress.

"Tuan, minum lah, kau pasti haus," ucap Didit menyodorkan minum.

"Ya, terima kasih." jawab Ayress menerima minuman itu lalu meneguk nya.

Cyntia melempar senyum, suasana di rumah itu nampak tidak berubah, pengawal pribadi nyonya Benita pun masih sama baiknya dan membuat Cyntia merasa rindu dengan suasana yang telah berlalu selama bertahun-tahun itu.

"Berhenti!"

Suara Ayress menyadarkan lamunan Cyntia yang tiba-tiba meminta untuk berhenti.

"Ada apa Tuan? Kau butuh sesuatu?" tanya Cyntia masih berada di belakang kursi roda.

"Kau telah membuatku berkeringat, dan aku butuh mandi agar lebih segar," ucap Ayress singkat.

"Oh, baik lah Tuan. Aku akan membantumu." jawab Cyntia menimpali.

Ayress terdiam sejenak, apakah ia akan menerima bantuan dari perawat barunya itu? Kursi roda semakin mendekati pintu kamar, Didit pun memasrahkan semuanya pada perawat yang belum genap sehari itu.

"Semoga saja Cyntia bisa mengambil hari Tuan Ayress, dan aku berharap kalau dia lah perawat terakhir untuk tuan Ayress." harap Didit berkata, kala tidak ada yang mendengar selain dirinya.

Sementara Cyntia yang sudah berada di kamar yang sama dengan Ayress, terlihat sangat senang karena ia bisa merawat dan menatap wajah suaminya itu dari jarak yang sangat dekat.

Cyntia terduduk di hadapan Ayress, dan hal itu membuat Ayress terkejut karena melihat sikap perawatnya itu.

"Mau apa kau?" tanya Ayress dengan tatapan tajam.

"Tuan, beberapa menit yang lalu, kau bilang kalau kau ingin mandi, aku akan membantu mu," ucap Cyntia yang sebelumnya berniat untuk melepaskan celana Ayress.

"Tidak perlu, aku bisa melakukan nya sendiri! Lagi pula, aku tidak cacat seluruh tubuh, hanya kakiku yang lumpuh, jadi aku masih bisa," tolak Ayress mulai menunjukkan sikap keras kepalanya.

"Baik lah, aku percaya padamu Tuan, lakukan selagi kau bisa, tapi saat kau tidak bisa, tolong panggil aku, Cyntia." jawab Cyntia melempar senyum, barang kali tuannya itu tidak tahu siapa namanya.

Ayress menahan nafas, ketika mendapat tatapan dari perawat barunya, mungkin Ayress malu karena ia harus memperlihatkan tubuhnya pada seorang perawat baru yang ada di hadapannya, namun jika saja Ayress tahu bahwa perawat itu adalah istrinya, mungkin Ayress akan bersikap berbeda.

Cyntia akhirnya bangkit dan membuka pintu kamar mandi, ia akan membiarkan Ayress mandi seorang diri di dalam sana, karena Ayress menolak bantuan dari Cyntia.

Setelah menempatkan Ayress di bawah shower, Cyntia pun keluar dari kamar mandi dan membiarkan Ayress sendiri. Ayress pun mulai melepaskan baju yang ia pakai, setelah itu ia hendak melepaskan celana pendek yang ia pakai, Ayress nampak kesulitan. Ia tidak bisa terlalu menunduk ke bawah karena merasa sakit.

Sementara Cyntia sendiri terlihat sangat serius menatap semua sisi kamar, kamar itu sedikit berubah setelah lima tahun ia tidak lagi tinggal di sana, Cyntia berpangku tangan menatap ranjang.

'Selama lima tahun, sejak kecelakaan itu, kamu berjuang sendiri di kamar ini mas. Apa kamu sama sekali tidak berniat mencari ku dan anak kita, Rindu?' batin Cyntia menjerit menghadap keadilan.

"Cyntia!" panggil Ayress yang kesulitan mengeluarkan celana yang ia pakai dari kedua kakinya.

Seketika lamunan Cyntia buyar ketika mendengar suara teriakan Ayress dari dalam kamar mandi, ia buru-buru membuka pintu kamar mandi itu dan menghampiri Ayress.

"Saya Tuan." jawab Cyntia segera datang.

"A-aku... Aku kesulitan melepaskan celana ini," ucap Ayress dengan wajahnya yang merah karena malu.

"Baik lah Tuan, aku akan membantumu, maaf ya." jawab Cyntia perlahan menyentuh kaki Ayress dan memisahkan celananya dengan kedua kaki Ayress yang lumpuh.

Ayress terdiam sejenak, rasa malunya tidak bisa ia sembunyikan dari Cyntia saat itu. Hari pertama bekerja sudah Cyntia sudah membuat Ayress kebingungan dan serasa harga dirinya jatuh pada saat itu juga.

"Jangan khawatir Tuan, ini adalah hal biasa bagi seorang perawat sepertiku, aku tidak akan membocorkan semua ini, dan kau tidak perlu memasang wajah malu seperti itu," ucap Cyntia mencoba untuk membuat suasana seperti biasa saja.

"Sayang nya hanya kau yang ku panggil masuk saat aku hendak mandi, sebelumnya aku tidak pernah melakukan ini dengan perawat-perawat lainnya," seru Ayress dengan nada cetus.

"Kalau begitu, rahasia mu ada di tanganku Tuan, sekarang apa kau memerlukan aku untuk menggosok punggung mu?" tawar Cyntia.

"Tidak perlu, kau bisa keluar dari sini sekarang." jawab Ayress menolak keras.

Cyntia tertawa kecil dalam hatinya, meksipun keadaan sebenarnya Ayress masih mengenakan ****** *****, namun tetap saja ia merasa sangat malu saat itu. Dan hal yang membuat dirinya bertambah malu, lantaran Cyntia berani menggodanya dengan menawarkan diri untuk membantunya mandi.

Cyntia duduk di ujung ranjang, ia tersenyum kecil ketika melihat sikap Ayress yang begitu sangat ia sukai, ucapan bahwa tidak ada perawat lain yang ia panggil masuk ke kamar mandi membuat Cyntia merasa senang, karena suaminya itu masih menjaga martabatnya sebagai seorang laki-laki dan suami.

'Beruntung lah, hanya aku yang dipanggil masuk oleh mu, mas Ayress. Aku adalah istri sah mu, dan tentunya aku berhak atas dirimu. Tapi permainan ini baru di mulai mas, aku akan membuat mu perlahan meredam kan emosimu, aku hampir tidak mengenalmu ketika Didit berkata kalau calon majikan ku itu sangat kasar dan keras kepala. Hatimu terluka mas, sehingga membuat dirimu berubah.' batin Cyntia bertekad dalam hatinya, bahwa ia akan membuat suaminya itu sembuh dan berubah.

Beberapa menit kemudian, Ayress pun memanggil Cyntia kembali, untuk membawanya keluar, dan saat itu juga Cyntia membantu Ayress memakaikan pakaian baru.

3

Bab 3

"Tuan, kau sudah lebih baik sekarang? Aku akan meninggalkan mu di kamar, karena kau harus istirahat, sebentar lagi makan siang, aku akan memasak untuk mu."

Cyntia berpamitan setelah membiarkan Ayress menyisir rambutnya, dan setelah itu ia membantu Ayress turun dari kursi roda, memindahkannya di atas kasur yang sangat empuk itu.

"Apa kau sudah mengetahui menu makanan yang harus kamu buatkan untukku?" tanya Ayress sebelum Cyntia pergi.

"Sudah Tuan, aku sudah mendapatkan beberapa informasi tentang menu makanan bahkan apa yang tidak kau sukai," ucap Cyntia melempar senyum.

"Bagus." singkat Ayress menimpali.

Cyntia sedikit mengangkat alis, ketika hanya satu kata saja sebagai jawaban Ayress padanya, dan ia pun memutuskan untuk berlalu pergi setelah itu.

Saat hendak pergi ke dapur, Cyntia berpapasan dengan Didit yang ditugaskan untuk memanggil Cyntia.

"Cyntia, kau dipanggil nyonya Benita," ucap Didit berhadapan dengan Cyntia.

"Ada apa?" tanya Cyntia bingung.

"Entah lah, aku hanya diminta untuk memanggil mu, tidak lebih dari itu." jawab Didit.

Cyntia mengangguk, ia dan Didit pun berjalan beriringan untuk menemui nyonya Benita yang sedang duduk di ruang keluarga, saat itu Didit memberikan isyarat pada Cyntia untuk duduk di sofa, berhadapan dengan nyonya Benita yang terlihat sangat serius. Cyntia pun mengangguk tanpa penolakan.

"Suster Cyntia, karena kau berkerja untuk merawat putraku, jadi kau harus tinggal di rumah ini, karena sewaktu-waktu Ayress pasti akan membutuhkan mu," ucap nyonya Benita ketika Cyntia sudah berada di hadapannya.

"Saya harus tinggal di sini, Nyonya?" ulang Cyntia sedikit terkejut kala itu.

"Ya, apa kamu keberatan dengan syarat ini!" nyonya Benita menatap tajam, seolah tidak ingin mendengar jawaban penolakan dari Cyntia.

Cyntia pun terdiam sejenak, ia berpikir sesuatu tentang permintaan ibu mertuanya itu, dan saat Cyntia terdiam beberapa saat, nyonya Benita memberikan gerakan yang membuat Cyntia sadar.

"Emm, Nyonya.. Saya memiliki seorang putri di rumah, yang sedang tinggal bersama kakek dan nenek buyutnya, kalau pun saya harus tinggal di sini, apa boleh sering-sering pulang?" pinta Cyntia menawar sesuatu pada nyonya Benita, ia tidak mau jika ia harus mengorbankan putrinya yang kehadirannya di dunia sudah tidak bersama sosok ayah.

Permintaan Cyntia membuat nyonya Benita lah yang diam saat itu, nyonya Benita tidak mungkin tidak mengizinkan, namun jika itu keseringan, tentu saja akan menghambat pekerjaan Cyntia dalam mengurus putranya.

"Dua minggu sekali, bagaimana?" tanya nyonya Benita bersuara.

"Baik Nyonya, deal." jawab Cyntia melempar senyum.

Nyonya Benita merasa puas, karena Cyntia tidak menawar lagi dengan jawaban yang ia berikan, dan saat itu nyonya Benita meminta Cyntia pergi dengan isyarat tangannya, Cyntia dengan hormat meninggalkan nyonya Benita karena sangat mengenal bagaimana kelas ibu mertuanya itu.

Cyntia mulai meracik menu makanan untuk Ayress, ia dengan semangat memotong bumbu dan mengolahnya menjadi makanan yang sangat enak.

'Tidak apa-apa jika harus pulang dua minggu sekali, setidaknya aku bisa bertemu dengan Rindu, putriku.' batin Cyntia sangat bersemangat ketika mengaduk sayuran yang ia masak.

Tepat jam 12 siang

Cyntia mengetuk pintu dan masuk ke kamar Ayress, saat itu Ayress terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu, ia sudah melihat Cyntia di hadapannya dengan membawa makanan di dan minuman di atas nampan.

"Tuan, sudah bangun? Ayo kita makan siang," sapa Cyntia tersenyum sembari membantu Ayress bangun, dan menyandarkannya di kepala ranjang.

"Kenapa cepat sekali kau membawakan aku makan, bukannya baru beberapa jam yang lalu aku menyuapiku, aku masih kenyang," omel Ayress dengan nada cetus.

"Beberapa jam yang lalu itu sarapan pagi Tuan, dan ini sudah masuk jam makan siang, jadi kau harus makan," seru Cyntia sedikit memaksa.

"Kau pintar sekali menjawab, sepertinya hanya kau yang berani selalu menjawab ku!" omel Ayress menatap kesal.

"Silahkan Tuan marah, karena jika Tuan marah, aku tinggal mengatakan ini pada nyonya Benita, aku akan mengatakan kalau kau tidak mau sembuh, dengan begitu bukan aku yang dimarahi, tapi kau." jelas Cyntia mengangkat salah satu alisnya.

Ayress benar-benar dibuat kalah saat itu, dan ia harus membuka mulut untuk menikmati makanan yang dimasak oleh perawat barunya itu, Ayress membuka mulut dengan ragu. Bukan ragu, tepatnya adalah malas, namun karena tatapan Cyntia sangat tajam mengalahkan wataknya yang kaku, akhirnya Ayress mengalah.

Suapan pertama membuat Ayress mengingat sesuatu, ia merasa bahwa masakannya yang dibuat oleh Cyntia sangat tidak asing di lidahnya, Ayress tiba-tiba mengingat masa lalunya yang sudah berusaha ia kubur dalam penyesalan yang ia pendam selama lima tahun ini.

"Kenapa Tuan?" tanya Cyntia.

Ayress menoleh ke arah wanita berhijab itu, lalu dengan cepat ia menelan makanan yang sejak tadi ia rasa sangat tidak asing, dan ia menggelengkan kepala menutupi semuanya.

"Tuan, kau tidak apa-apa? Kalau kau merasa bahwa masakan ku tidak enak, tidak ada salah nya kau berkomentar, agar besok aku bisa membuat makanan jauh lebih baik lagi," ucap Cyntia meminta Ayress untuk berbicara.

"Tidak, aku tidak punya masukan apapun, masakan mu sudah enak." singkat Ayress menjawab.

Jawaban itu tentu saja membuat Cyntia tersenyum senang, karena suaminya itu tidak memprotes masakan nya, tentu saja Cyntia mengetahui apa yang dipikirkan oleh Ayress pada saat ia menyantap satu suapan masakannya, Cyntia percaya bahwa saat itu Ayress sedang mengingat dirinya.

"Sudah beres Tuan, giliran minum obatnya," ucap Cyntia mengganti piring itu dengan air minum dan beberapa obat.

"Sampai kapan aku mengkonsumsi obat-obatan seperti ini?" tanya Ayress menatap putus asa ke arah obat-obatan yang selama ini ia konsumsi.

"Sampai kau sembuh Tuan, kau harus tahu, bahwa untuk sembuh butuh pengorbanan, jadi kau jangan putus asa." tegas Cyntia memberikan jawaban.

Saat itu Cyntia menceritakan tentang pengalaman yang sebenarnya tidak ia alami sendiri, karena ia bukan lah perawat sungguhan. Namun untung saja Cyntia sudah mempersiapkan semua ini jauh sebelum ia memutuskan untuk menjadi perawat suaminya. Sebuah motivasi sudah ia pelajari untuk mengantisipasi ketika Ayress berputus asa.

Saat itu panjang lebar Cyntia menceritakan sebuah pengalaman seseorang yang sudah ia baca di sebuah buku yang ia beli, dan saat itu Cyntia seperti sedang memberikan cambukan pada Ayress yang seketika itu terlihat sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Cyntia tersenyum memberikan obat dan air untuk Ayress yang ia tunda, dan Ayress saat itu menerima lalu meneguknya.

"Bagaimana Tuan, apakah kau masih berpikir kalau berjuang untuk sembuh itu mudah?" tanya Cyntia setelah memberikan sedikit motivasi.

"Siapa namamu tadi?" Ayress justru mempertanyakan hal lain pada Cyntia.

"Aku? Aku Cyntia, Tuan," ucap Cyntia tersenyum bingung.

"Apa profesi mu selain perawat, Cyntia?" tanya Ayress lagi.

"Ibu rumah tangga Tuan, aku memiliki satu orang putri yang sangat cantik, dan saat ini usianya menginjak 4 tahun," seru Cyntia tersenyum lebar memperkenalkan putrinya bersama Ayress dengan bangga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!