5

Bab 5

"Neena, kau bisa memberikan dia pengertian, jika kau yang berbicara, tentu saja Rindu akan mendengarkan," ucap Nenek menatap Rindu dan Neena secara bergantian.

"Ya Nek, akan aku coba." jawab Neena yang saat itu juga menatap Rindu.

Saat itu Neena mencoba untuk mengajak Rindu bercanda terlebih dahulu, dan agar Neena berhasil mengambil hati Rindu, nenek dan kakek buyut pun memutuskan untuk pergi dari sana, agar pembicaraan antara anak dan ibu itu semakin leluasa.

Saat itu Neena berhenti membuat Rindu tertawa, kini tiba giliran di mana Neena harus mengatakan hal yang serius pada Rindu.

"Rindu, boleh Mama bicara?" tanya Neena dengan nada pelan.

"Ya Ma," ucap Rindu membalas tatapan Neena.

"Rindu bilang, kalau Rindu ingin bertemu papa, kan?" tanya Neena lagi, ia sengaja berkata pelan karena ia ingin Rindu mengerti.

"Ya Ma, Rindu ingin sekali bertemu dengan papa, di mana papa!" Rindu seperti seseorang yang sangat haus akan kasih sayang seorang ayah.

Neena pun meraih tasnya, lalu membuka ponsel, beruntung saat Ayress sedang duduk di kursi roda, Neena sempat mengambil foto Ayress tanpa diketahui oleh Ayress sendiri. Saat itu Neena menunjukkan keadaan Ayress pada Rindu, dan hal itu membuat Rindu menatap dengan tatapan yang sendu, papa yang ia rindukan selama ini sedang sakit.

"Rindu lihat kan, papa di sana sedang berjuang untuk sembuh, dan Mama harus menemani papa untuk sementara waktu, Mama harus merawat papa sampai papa sembuh, Rindu mau kan tinggal di sini sama Nenek dan Kakek buyut?" tanya Neena setelah Rindu puas melihat papanya melalui foto.

"Tapi Ma, Rindu ingin ikut Mama," rengek Rindu yang tidak bisa lagi menahan rasa di hatinya.

"Sayang, kau harus tahu, kalau untuk sekarang ini, kita tidak bisa bertemu dengan papa secara langsung, tapi kau harus percaya. Bahwa suatu saat nanti, kita akan berkumpul bersama." jelas Neena mencoba untuk memberikan pengertian pada Rindu.

Rindu tak memberikan jawaban apapun, reaksi nya saat itu hanya menangis, ia menangis sedikit histeris menumpahkan kesedihan yang ia rasakan. Dan Neena pun mengerti bahwa hal itu sangat berat bagi Rindu, bagi gadis kecil yang saat ini ada dalam pelukannya.

Rindu menangis sejadi-jadinya, melihat pemandangan itu tentu saja membuat kakek dan nenek merasa kasihan, mereka datang dan menghibur Rindu. Membujuk Rindu agar berhenti menangis, dan menjanjikan bahwa Rindu akan segera bertemu dengan papanya saat papanya sembuh karena di rawat oleh mamanya.

Bujukan dan usapan kasih sayang membuat Rindu akhirnya mengerti, bahwa mamanya harus melakukan itu demi kesembuhan papanya, Rindu melepaskan pelukannya dan berhenti menangis dalam pelukan Neena. Saat itu Neena merasa sangat senang, karena Rindu akhirnya mengizinkan dirinya pergi.

"Terima kasih sayang, Mama janji akan sering-sering pulang untuk menjenguk mu," ucap Neena mencium lembut kening Rindu.

"Ya Ma, Mama janji ya, akan membawa papa pada Rindu." jawab Rindu sangat berharap.

Neena mengangguk kecil dan melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking Rindu, dan mereka sepakat untuk kuat bersama-sama.

Neena pamit, ia akan mengemasi barang-barang yang ia perlukan untuk dibawa ke rumah nyonya Benita. Dan sebelum itu, Neena duduk di ujung ranjang dengan tetes air mata, lagi-lagi ia memikirkan Rindu, ia sangat kasihan pada Rindu yang harus ikut berkorban, namun apapun itu bentuk pengorbanan yang dilakukan oleh Neena dan Rindu, semata-mata agar mereka bisa berkumpul kembali suatu saat nanti.

Beberapa menit kemudian, Neena keluar dari kamar membawa koper kecil miliknya, dan ia kembali duduk bersama nenek, kakek, dan juga Rindu yang terlihat kedua matanya masih basah.

"Neena, kau pasti belum sempat makan, lebih baik kita sekarang makan bersama dulu, sebagai makan malam terkahir," ucap nenek bangkit dan mengajak Neena pergi ke meja makan.

"Ya Nek." singkat Neena menjawab, dan langsung menggendong Rindu, putrinya.

Di meja makan, Neena mengukir kebahagiaan pada Rindu, ia menyuapi Rindu dengan penuh kasih sayang dan cinta, dan saat itu Rindu merespon dengan sangat baik lantaran sadar bahwa ia akan ditinggalkan oleh mamanya.

Neena pun memberikan pesan pada Rindu untuk tidak nakal pada nenek dan kakek buyutnya dengan sebuah candaan, agar Rindu dapat menangkap dengan mudah. Nenek dan kakek buyut pun terlihat sangat mendukung dan siap ada untuk Rindu.

Beberapa menit kemudian, tiba saatnya Neena kembali ke rumah nyonya Benita dan meninggalkan Rindu, nenek dan kakek turut mengantar kepergian Neena kala itu sampai di depan pintu. Lambaian tangan mengantar kepergian Neena yang saat itu sudah menaiki mobil berwarna biru.

Di perjalanan Neena menangis dalam diamnya, ia benar-benar harus berkorban saat itu. Tidak hanya dirinya, melainkan kakek, nene, dan Rindu yang berkorban, hingga muncul suatu tekad bahwa Neena harus membuat Ayress sembuh dan melihat pengorbanan yang telah ia lakukan.

Tibanya di kediaman nyonya Benita, Neena pun diantar oleh Didit ke suatu bungalow yang terletak di bagian taman belakang, dan di sana lah Neena akan tinggal dan menetap.

"Ini adalah tempat tinggal barumu Sus Cyntia," ucap Didit melempar senyum.

"Terima kasih banyak, aku sangat senang," seru Neena tersenyum profesional.

"Sama-sama, di sini kau tidak perlu khawatir dengan fasilitas, karena perawat yang menjaga dan merawat tuan Ayress mendapatkan fasilitas yang cukup lengkap, jika kau merasa lapar, kau bisa pergi ke dapur mu, karena di sana sudah ada beberapa makanan yang bisa kau masak." jelas Didit, sebagai pengawal pribadi yang ditugaskan untuk memberikan pelayanan baik pada perawat putra dari nyonya Benita.

Neena mengangguk pelan dan mengucapkan beberapa kali kata terima kasih, lalu ia pamit untuk membereskan barang-barang yang ia bawa saat itu. Didit pun pergi meninggalkan Neena setelah menyerahkan kunci pintu pada Neena.

Saat Neena masuk, ia merasa bahwa ia benar-benar sudah kembali pada masa 5 tahun yang lalu, bungalow itu sudah sering ia kunjungi saat dirinya menikah dengan Ayress, dan saat itu Neena mengingat kembali masa-masa itu.

Namun satu hal yang membuat Neena berhenti memikirkan masa lalu, yaitu kejadian buruk yang menimpanya pada saat dimana dirinya harus diusir dari rumah itu oleh nyonya Benita, rasanya ia sangat ingin bersuara lagi, bahwa ia tidak bersalah saat itu.

"Ah, sudah lah, aku harus fokus dengan kesembuhan mas Ayress, kasihan dia, aku harus bisa mengisi kekosongan yang ada dalam diri mas Ayress, dan aku harus tahu apa yang membuatnya sangat sedih dan kehilangan semangat." ungkap Neena meninggalkan bayang-bayang ingatan yang menyakitkan itu.

"Didit"!!

Suara nyaring Ayress terdengar dari kamar yang tak tertutup rapat itu, Didit segera menghampiri Ayress dan menghadapnya.

"Saya Tuan, ada apa?" tanya Didit segera membantu Ayress duduk saat itu.

"Aku ingin keluar, panggil Cyntia karena aku ingin ditemani olehnya!" titah Ayress.

"Baik Tuan, aku akan memanggil Cyntia dulu." jawab Didit dengan buru-buru.

Saat sedang memindah pakaiannya di lemari baru, Neena mendengar suara Didit memanggil-manggil namanya, hingga akhirnya Neena harus meninggalkan pekerjaannya dan membuka pintu. Setelah mendengar informasi dari Didit, Neena pun segera datang dan menghadap Ayress, ia sudah menunggu di kursi roda dengan tatapan dinginnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!