Bab 4
"4 tahun?" Ayress menatap wajah Cyntia yang berkaca-kaca.
"Ya Tuan." jawab Cyntia, ia tiba-tiba tersadar ketika Ayress sedang menatapnya tajam, saat itu Cyntia mencoba untuk merapihkan kacamata bulatnya dan mengalihkan pandangan.
Ayress pun sedikit kikuk, ketika ia memperhatikan Cyntia dengan seksama, "harusnya kamu itu menjadi guru saya, bukan perawat," celetuk Ayress pada saat itu.
"Tapi saya diterima sebagai perawat Tuan, bukan guru." jawab Cyntia tersenyum tipis.
Cyntia bangkit dan memutuskan untuk pamit, ia membiarkan Ayress sendiri di kamar. Karena tugasnya sudah selesai, saat Cyntia mengantarkan bekas makanan di dapur, ia tak bertemu dengan Noella yang sengaja membuntuti Cyntia.
Cyntia sedikit kikuk saat itu, ia merapihkan hijab dan kacamata agar Noella tak mengenali penyamarannya seperti halnya Didit, nyonya Benita, dan juga Ayress sendiri.
"Selamat siang Nona," sapa Cyntia melempar senyum.
"Ya, selamat siang. Suster, apa kau yakin kau akan betah merawat Ayress? Pria lumpuh yang sudah bertahun-tahun itu," ucap Noella memangku tangan dan menatap Cyntia.
"Saya akan berusaha untuk membantu penyembuhan Tuan Ayress, Nona. Selagi Tuan Ayress sendiri memiliki semangat untuk sembuh, maka semua itu sepertinya tidak sulit," sahut Cyntia dengan yakin.
"Oh, jadi kau yakin kalau Ayress akan sembuh hanya karena semangat saja? Tapi sayang sekali, apa yang kau katakan sepertinya hanya halusinasi, karana sudah hampir lima tahun dia mengalami kelumpuhan itu, namun tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan sembuh, mungkin dia bisa dikatakan kalau akan lumpuh permanen," tukas Noella, tatapannya seolah penuh hina pada Ayress.
"Nona, jangan berkata seperti itu, siapa tahu takdir baik justru berpihak pada Tuan Ayress, beliau sembuh setelah bertahun-tahun mendapatkan ujian ini, saya sebagai perawat akan berusaha keras memberikan hasil yang terbaik, jadi Nona mohon ikut mendoakan saja." jawab Cyntia melempar senyum membalas ucapan Noella.
Cyntia pun hendak pergi saat itu, namun langkah kaki Cyntia terhenti ketika Raffit pun menghampiri dirinya, Cyntia menahan nafas beberapa detik ketika suami istri itu seperti sedang menatapnya dengan sangat tajam.
"T-tuan, ada apa, kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Cyntia kikuk.
"Aku datang ke sini untuk memberitahu mu, bahwa tidak perlu repot-repot merawat dan menjaga Ayress, karena sepertinya pria itu tidak akan sembuh," ucap Raffit berniat untuk mengecilkan semangat Cyntia saat itu.
"Maaf Tuan, segala sesuatu itu perlu di usahakan, saya sendiri sangat yakin sekali, kalau Tuan Ayress akan sembuh suatu hari nanti. Maaf Tuan, Nona, saya harus pamit, saya masih ada pekerjaan lain." jelas Cyntia yang tidak mau memperpanjang pembahasan.
Cyntia keluar dari dapur dan meninggalkan Raffit dan Noella, menatap Cyntia yang semakin jauh meninggalkan mereka.
"Mas, sepertinya kali ini perawat itu sangat bersikeras ingin membantu Ayress sembuh," lirih Noella pada suaminya.
"Kita sekarang hanya bisa jadi penonton, kita tidak ada wewenang untuk melakukan banyak hal." jawab Raffit yang saat itu memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
Saat sore hari menjelang
Cyntia mendatangi nyonya Benita yang saat itu sedang duduk santai di sebuah ayunan, nyonya Benita menyadari kedatangan Cyntia dan hal itu membuatnya berhenti memainkan ayunannya.
"Nyonya, maaf... Saya ingin pamit pulang dulu untuk mengambil barang-barang saya, karena saya harus tinggal di sini, jadi saya harus memiliki baju ganti," ucap Cyntia meminta izin pada nyonya Benita.
"Baik lah Suster Cyntia, kau boleh pulang, tapi hari ini juga kau harus kembali ke sini," seru nyonya Benita.
"Tentu Nyonya, saya akan kembali lagi sesuai dengan janji kontrak kerja." jawab Cyntia mantap.
Nyonya Benita pun mengizinkan Cyntia pulang terlebih dahulu untuk keperluan pribadinya, dan saat itu Cyntia pulang menggunakan sebuah taksi online yang sudah ia pesan.
Di perjalanan Cyntia berpikir bahwa ia harus lebih fokus lagi dalam menjalani tugasnya sebagai perawat untuk suaminya sendiri, lantaran melihat Raffit dan Noella yang nampaknya justru tidak menginginkan Ayress sembuh. Dan hal itu menjadikan tekat tersendiri bagi Cyntia yang melihat sikap mereka.
Beberapa menit kemudian, Cyntia tiba di rumah, ia segera menemui kakek dan nenek yang selama ini telah membantunya banyak hal, dan kali ini ia harus meninggalkan Rindu untuk di urus oleh mereka.
Kedatangan Cyntia disadari kakek, nenek, dan Rindu yang sedang bermain di ruang tamu. Cyntia segera melepaskan kacamatanya dan mendekati mereka. Rindu yang sejak pagi ditinggalkan oleh mamanya itu merasa sangat kehilangan Cyntia, hingga ia segera memeluk Cyntia dengan kedua tangannya.
Cyntia pun membalas pelukan itu, ia merasa sedih karena harus meninggalkan Rindu di rumah, namun tidak ada pilihan lain yang bisa membebaskan dirinya saat ini. Kakek dan nenek pun terlihat mencurigai sikap Cyntia yang berbeda, dan saat itu mereka pun meminta Cyntia untuk bersama mereka.
"Neena, bagaimana penyamaran mu sebagai Cyntia, apa itu berhasil?" tanya sang kakek penasaran.
Neena menoleh ke arah kakek dan nenek nya dengan tatapan yang tak bisa diartikan, "tentu saja berhasil Kek, Nek," ucap Neena melempar senyum.
"Tapi sepertinya ada sesuatu yang membuat kamu sedih, ada apa Neena?" tanya Nenek yang ikut berbicara.
"Aku kasihan sekali melihat mas Ayress Nek, Kek. Keadaannya sangat memperihatinkan, bahkan mas Ayress seperti seorang pria yang kehilangan sesuatu, dia tidak semangat untuk hidup dan untuk sembuh." jawab Neena dengan tatapan murung.
Nenek dan kakek pun akhirnya mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Neena, namun saat mendapatkan sebuah nasehat dari mereka, hal itu tak membuat Neena terlihat kembali bersemangat. Ada beban lain yang harus Neena katakan saat itu juga.
"Nek, Kek, mami meminta aku tinggal di sana, karena aku sudah resmi menjadi perawat mas Ayress," lirih Neena yang dengan ragu mengatakan hal itu, namun ia tetap melakukannya karena mereka berhak tahu.
"Tinggal di sana? Bagaimana dengan penyamaran mu Neena, jika kamu tinggal di sana, apakah tidak akan rentan ketahuan?" tanya sang Kakek cemas.
"Itu masalah yang ke dua Kek, aku akan berusaha untuk berhati-hati, masalah yang pertama adalah Rindu. Aku akan meninggalkan Rindu," seru Neena terlihat sedih ketika berada di samping Rindu.
"Kau ragu dengan Kakek dan Nenek mu ini untuk menjaganya?" tanya Nenek menatap serius ke arah Neena.
"Bukan itu, tapi apakah dia akan mengerti jika kepergian mamanya ini, untuk suatu hal yang sangat penting." jawab Neena dengan nada yang sangat lirih.
Tatapan Neena sedang mengarah pada Rindu, gadis kecil berusia 5 tahun itu masih asik bermain dengan dunianya sendiri, ia nampak tidak mendengarkan pembicaraan orang dewasa yang ada di sekitarnya. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan bagi kakek nenek, setelah Neena mengutarakan hal tersebut.
"Neena, kau pergi untuk misi yang sangat penting, kau tidak bisa melepaskan pekerjaan ini, kau sudah berhasil masuk di rumah itu sebagai Cyntia, jadi kau harus pertahankan itu," ucap Nenek yang tiba-tiba memecah keheningan.
"Bagaimana dengan Rindu, Nek?" tanya Neena cemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments