2

Bab 2

Sambil memegang gelas, Riffat pun meneguk minuman itu tanpa mengalihkan pandangan nya sama sekali. Dan hal itu disadari oleh Noella yang ternyata membuatnya penasaran, apa yang dilakukan oleh suaminya.

Noella mendekati Riffat dan berdiri di samping Riffat yang kala itu menyadari kedatangan istrinya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Mas?" tanya Noella.

"Lihat lah pemandangan yang ada di sana, Ayress sudah memiliki perawat baru setelah yang kemarin dipecatnya," ucap Riffat meminta Noella untuk melihat ke arah yang saat ini ia tunjuk.

Pandangan Nolle pun tertuju pada Ayress dan juga Cyntia, saat itu Cyntia sedang meminta Ayress untuk melakukan peregangan otot kedua tangannya, dan Ayress pun melakukan apa yang diminta oleh Cyntia.

"Kemarin dia sudah memecat perawat dengan alasan yang tidak jelas, lihat saja, sampai berapa hari perawat baru itu bertahan," ucap Riffa tersenyum sengit.

"Ya, kau benar. Sejak dia lumpuh, sepertinya dia sudah kehilangan kewarasan, sampai-sampai orang yang tidak bersalah dia salahkan dan dia pecat dengan tidak hormat," seru Noella menimpali.

"Biarkan saja, karena untuk sembuh, sepertinya itu adalah hal yang mustahil bagi Ayress, jadi biarkan saja dia berulah semaunya." jelas Riffat memutuskan untuk membalik badan dan berhenti memperhatikan Ayress.

Beberapa menit telah berlalu, Ayress sudah sedikit berkeringat walau tidak melakukan gerakan berdiri, terik matahari pun mulai terasa panas. Dan Cyntia pun membawa Ayress masuk, Didit yang saat itu menyadari turut berjalan di samping kursi roda sambil memperhatikan Ayress.

"Tuan, minum lah, kau pasti haus," ucap Didit menyodorkan minum.

"Ya, terima kasih." jawab Ayress menerima minuman itu lalu meneguk nya.

Cyntia melempar senyum, suasana di rumah itu nampak tidak berubah, pengawal pribadi nyonya Benita pun masih sama baiknya dan membuat Cyntia merasa rindu dengan suasana yang telah berlalu selama bertahun-tahun itu.

"Berhenti!"

Suara Ayress menyadarkan lamunan Cyntia yang tiba-tiba meminta untuk berhenti.

"Ada apa Tuan? Kau butuh sesuatu?" tanya Cyntia masih berada di belakang kursi roda.

"Kau telah membuatku berkeringat, dan aku butuh mandi agar lebih segar," ucap Ayress singkat.

"Oh, baik lah Tuan. Aku akan membantumu." jawab Cyntia menimpali.

Ayress terdiam sejenak, apakah ia akan menerima bantuan dari perawat barunya itu? Kursi roda semakin mendekati pintu kamar, Didit pun memasrahkan semuanya pada perawat yang belum genap sehari itu.

"Semoga saja Cyntia bisa mengambil hari Tuan Ayress, dan aku berharap kalau dia lah perawat terakhir untuk tuan Ayress." harap Didit berkata, kala tidak ada yang mendengar selain dirinya.

Sementara Cyntia yang sudah berada di kamar yang sama dengan Ayress, terlihat sangat senang karena ia bisa merawat dan menatap wajah suaminya itu dari jarak yang sangat dekat.

Cyntia terduduk di hadapan Ayress, dan hal itu membuat Ayress terkejut karena melihat sikap perawatnya itu.

"Mau apa kau?" tanya Ayress dengan tatapan tajam.

"Tuan, beberapa menit yang lalu, kau bilang kalau kau ingin mandi, aku akan membantu mu," ucap Cyntia yang sebelumnya berniat untuk melepaskan celana Ayress.

"Tidak perlu, aku bisa melakukan nya sendiri! Lagi pula, aku tidak cacat seluruh tubuh, hanya kakiku yang lumpuh, jadi aku masih bisa," tolak Ayress mulai menunjukkan sikap keras kepalanya.

"Baik lah, aku percaya padamu Tuan, lakukan selagi kau bisa, tapi saat kau tidak bisa, tolong panggil aku, Cyntia." jawab Cyntia melempar senyum, barang kali tuannya itu tidak tahu siapa namanya.

Ayress menahan nafas, ketika mendapat tatapan dari perawat barunya, mungkin Ayress malu karena ia harus memperlihatkan tubuhnya pada seorang perawat baru yang ada di hadapannya, namun jika saja Ayress tahu bahwa perawat itu adalah istrinya, mungkin Ayress akan bersikap berbeda.

Cyntia akhirnya bangkit dan membuka pintu kamar mandi, ia akan membiarkan Ayress mandi seorang diri di dalam sana, karena Ayress menolak bantuan dari Cyntia.

Setelah menempatkan Ayress di bawah shower, Cyntia pun keluar dari kamar mandi dan membiarkan Ayress sendiri. Ayress pun mulai melepaskan baju yang ia pakai, setelah itu ia hendak melepaskan celana pendek yang ia pakai, Ayress nampak kesulitan. Ia tidak bisa terlalu menunduk ke bawah karena merasa sakit.

Sementara Cyntia sendiri terlihat sangat serius menatap semua sisi kamar, kamar itu sedikit berubah setelah lima tahun ia tidak lagi tinggal di sana, Cyntia berpangku tangan menatap ranjang.

'Selama lima tahun, sejak kecelakaan itu, kamu berjuang sendiri di kamar ini mas. Apa kamu sama sekali tidak berniat mencari ku dan anak kita, Rindu?' batin Cyntia menjerit menghadap keadilan.

"Cyntia!" panggil Ayress yang kesulitan mengeluarkan celana yang ia pakai dari kedua kakinya.

Seketika lamunan Cyntia buyar ketika mendengar suara teriakan Ayress dari dalam kamar mandi, ia buru-buru membuka pintu kamar mandi itu dan menghampiri Ayress.

"Saya Tuan." jawab Cyntia segera datang.

"A-aku... Aku kesulitan melepaskan celana ini," ucap Ayress dengan wajahnya yang merah karena malu.

"Baik lah Tuan, aku akan membantumu, maaf ya." jawab Cyntia perlahan menyentuh kaki Ayress dan memisahkan celananya dengan kedua kaki Ayress yang lumpuh.

Ayress terdiam sejenak, rasa malunya tidak bisa ia sembunyikan dari Cyntia saat itu. Hari pertama bekerja sudah Cyntia sudah membuat Ayress kebingungan dan serasa harga dirinya jatuh pada saat itu juga.

"Jangan khawatir Tuan, ini adalah hal biasa bagi seorang perawat sepertiku, aku tidak akan membocorkan semua ini, dan kau tidak perlu memasang wajah malu seperti itu," ucap Cyntia mencoba untuk membuat suasana seperti biasa saja.

"Sayang nya hanya kau yang ku panggil masuk saat aku hendak mandi, sebelumnya aku tidak pernah melakukan ini dengan perawat-perawat lainnya," seru Ayress dengan nada cetus.

"Kalau begitu, rahasia mu ada di tanganku Tuan, sekarang apa kau memerlukan aku untuk menggosok punggung mu?" tawar Cyntia.

"Tidak perlu, kau bisa keluar dari sini sekarang." jawab Ayress menolak keras.

Cyntia tertawa kecil dalam hatinya, meksipun keadaan sebenarnya Ayress masih mengenakan ****** *****, namun tetap saja ia merasa sangat malu saat itu. Dan hal yang membuat dirinya bertambah malu, lantaran Cyntia berani menggodanya dengan menawarkan diri untuk membantunya mandi.

Cyntia duduk di ujung ranjang, ia tersenyum kecil ketika melihat sikap Ayress yang begitu sangat ia sukai, ucapan bahwa tidak ada perawat lain yang ia panggil masuk ke kamar mandi membuat Cyntia merasa senang, karena suaminya itu masih menjaga martabatnya sebagai seorang laki-laki dan suami.

'Beruntung lah, hanya aku yang dipanggil masuk oleh mu, mas Ayress. Aku adalah istri sah mu, dan tentunya aku berhak atas dirimu. Tapi permainan ini baru di mulai mas, aku akan membuat mu perlahan meredam kan emosimu, aku hampir tidak mengenalmu ketika Didit berkata kalau calon majikan ku itu sangat kasar dan keras kepala. Hatimu terluka mas, sehingga membuat dirimu berubah.' batin Cyntia bertekad dalam hatinya, bahwa ia akan membuat suaminya itu sembuh dan berubah.

Beberapa menit kemudian, Ayress pun memanggil Cyntia kembali, untuk membawanya keluar, dan saat itu juga Cyntia membantu Ayress memakaikan pakaian baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!