Stuck In The Middle Ages
"Ahaha, yang benar saja. Aku memang menyukai cerita-cerita semacam kerajaan dan princess, tetapi bukan berarti aku mempercayai adanya negeri mereka. Bukankah itu hanya dongeng belaka, ya sekedar untuk menyenangkan hati anak-anak saja!"
Seorang gadis dengan paras ayu, bermata teduh itu tertawa mendengar penuturan temannya yang berandai-andai dunia dongeng itu ada.
"Ya, kita tidak tahu dunia itu seperti apa. Siapa tahu tiba-tiba kau bangun besok pagi sudah berada di negara antah-berantah!" canda temannya membuat tawanya semakin kencang.
"Sudahlah Prita, aku harus pulang ke kos. Mau kuliah setelah selesai isya!"
"Oh, dari pak Rahmat?" tebaknya, lantas gadis manis itu mengangguk.
"Sudah biasa kalau dari beliau. Ya sudah, ayo kita pulang!"
Keduanya pun pulang, setibanya di pertigaan, mereka berpisah. Gadis dengan stelan sederhana itu berjalan melewati sebuah toko buku yang kebetulan sering dia datangi hanya untuk sekedar membaca-baca saja dikala waktu luang.
"Eh, mampir sebentar, ah. Lumayan, masih jam setengah lima!"
Dia pun berbelok dan menyapa penjaga toko buku tersebut. Selain menjual, pemilik toko itu juga menyediakan beberapa buku dongeng yang bisa dibaca oleh anak-anak. Bahkan remaja dan dewasa juga bisa membaca buku di sana, tetapi tidak untuk dijual. Hanya buku-buku pelajaran, tentang materi-materi yang ada di bangku pendidikan saja, selebihnya untuk dibaca.
Dia duduk di salah satu tempat duduk yang telah disediakan, lalu mulai mengambil satu buku. Dari sampul, terlihat seru untuk di baca.
Hari mendekati magrib dan dia pun selesai membaca. Ditatapnya keluar jendela, matahari hampir tenggelam. Setelah meletakan buku di raknya, dia pamit untuk pulang.
Saat sedang membuka pintu kamar, seseorang menyapanya.
"Eh, Natasha. Baru pulang?" sapa tetangga kosnya yang seperti baru saja dari kamar mandi.
Kebetulan kamar mandi kos mereka berada di luar.
"Iya, mbak. Saya masuk dulu, ya?"
"Iya."
Setelahnya Natasha masuk ke dalam kamar, meletakan tas digantungan terus mengambil handuk berniat untuk mandi.
Tepat jam setengah sepuluh, perkuliahan mereka berakhir. Mata Natasha sendiri sudah sangat berat, apalagi malam sebelumnya dia sempat begadang hanya untuk mengerjakan laporan.
"Tidur, ah!"
Setelah membenarkan sprei dan memastikan pintu serta jendela telah tertutup, dia pun tidur.
Keesokan harinya, Natasha merasa ada sesuatu yang menggelitik wajahnya. Ingin membuka mata, tetapi rasanya berat sekali.
"Eugh, apa ini?" lenguhnya sembari memaksa membuka mata.
Begitu kedua mata teduhnya terbuka, betapa terkejutnya Natasha saat melihat seekor kucing dengan bulu yang lebat serta halus tengah menatapnya.
"Aaagh!" teriaknya, kucing tersebut pun melompat menjauh dari Natasha akibat jeritannya.
Pintu terbuka, menampilkan seorang gadis berambut sebahu yang berpenampilan seperti pelayan, berjalan mendekati Natasha.
"Putri, ada apa? Mengapa anda berteriak di pagi hari?" tanyanya menatap heran, begitu juga sebaliknya.
Natasha menatap perempuan itu dengan sebuah tanda tanya besar.
"Ha? Putri?"
Natasha buru-buru berlari ke arah cermin yang kebetulan dia lihat. Betapa terkejut dirinya melihat pakaian yang melekat pada tubuhnya. Wajahnya tetap sama, tetapi apa yang dia gunakan berbeda jauh dari zamannya.
Dia pun berbalik dan berjalan secara perlahan menuju jendela. Setelah terbuka, maniknya dibuat terkejut melihat pemandangan di depannya.
"Aku tidak salah lihat!"
Pelayan yang melihat tingkah laku sang putri aneh, pun berniat memanggil raja.
"Putri, saya akan memanggil raja. Anda tunggulah di sini!"
Baru saja pelayan itu akan pergi, Natasha dengan cepat menghentikannya.
"Tunggu! Jangan panggil raja. Bisakah kau antarkan aku mengelilingi tempat ini? Y-ya, aku hanya ingin saja."
Akhirnya dia diajak berkeliling. Natasha sangat amat kagum melihat kekediaman itu, betapa mewah tempat tersebut. Terbesit dalam pikirannya, bagaimana kalau dia menjual semua ini? Sudah pasti dia akan kaya.
Natasha menggeleng dan menghapus pikiran buruknya itu. Dia kembali melihat-lihat hingga tiba pada taman di mana ada seseorang tengah duduk dengan santainya.
"Bolehkan aku tahu, dia siapa?" tanya Natasha penasaran sembari menunjuk ke salah satu wanita yang duduk seorang diri.
"Putri, apakah anda hilang ingatan? Beliau adalah ratu, ibu anda!"
Natasha menjadi kikuk mendengarnya. Bagaimana dia tidak bertanya, salah-salah dirinya bisa kena hukuman.
"Ahahah, aku hanya bercanda."
Pelayan itu merasa Natasha sedikit aneh, tetapi mencoba menghiraukannya.
"Kau pergilah, aku akan menghampiri ibuku."
Setelaha pelayan tersebut pergi, Natasha kemudian bergegas menemui ibunya.
"Selamat pagi ibu!" sapanya, lantas duduk di dekat wanita cantik itu.
"Natasha, selamat pagi putri ibu."
Wow
Ternyata nama pun sama, atau jangan-jangan Natasha ini memang putri sepasang ratu dan raja? Dia tergelitik sendiri memikirkan hal tersebut.
Natasha masih tidak terlalu percaya dan berpikir ini adalah mimpi. Sebelum akhirnya seseorang melempar batu kecil ke arahnya dan itu lumayan sakit.
"Aw!"
Natasha dan sang ratu spontan menengok ke belakang. Terlihat seorang pria kecil tengah bersembunyi di balik pohon. Wanita itu tersenyum dan mulai membuka suara.
"Lucas. Kau tidak boleh nakal pada kakakmu. Sini, duduk bersama!"
Pria kecil bernama Lucas itu menyengir tanpa dosa, lalu berjalan ke arah kedua perempuan yang benar-benar dia sayang.
"Kak, ayo kita pergi ke tempat itu lagi!" ujar Lucas kecil, membuat Natasha kebingungan.
"Waduh, tempat apa yang dimaksud Lucas?" batinnya bingung.
Jelas bingung, Natasha yang di sini bukanlah yang asli. Dia hanya gadis yang tersesat dengan sebuah kebetulan wajah serta nama yang mirip.
"Ahahah, kapan-kapan saja. Kakak sibuk belakangan ini."
Ratu pun menyentuh rambut Lucas dan mengusapnya secara lembut.
"Iya sayang. Kakakmu sedang sibuk dengan sekolahnya."
Lucas mengerucutkan bibirnya, gemas. Tak tahan, Natasha mencubit pipi adiknya itu hingga memerah.
"Aa, kakak ... Sakit pipi Lucas!" ucapnya sembari mengelus lembut pipi chubbynya.
Tiba-tiba seorang pelayan mendekati mereka.
"Maaf mengganggu waktunya. Sekarang adalah waktu bagi tuan putri untuk pergi belajar."
Ratu pun menatap Natasha dan menyuruhnya pergi.
"Pergilah sayang."
"Iya, bu!"
Setelah kepergian Natasha, ratu nampak mengelus pelan rambut Lucas yang kala itu menatap heran sang kakak.
"Tumben kakak mau pergi belajar? Biasanya ayah harus sampai turun tangan baru kakak mau belajar."
Ratu tersenyum seperti menyembunyikan sesuatu.
"Kakakmu sudah berubah, Lucas. Cepat atau lambat, dia akan tahu kalau tugasnya sebagai anak seorang raja dan ratu bukan duduk bersantai."
Di sisi lain, Natasha yang sudah mengganti pakaiannya segera berjalan mengikuti pelayan menuju luar kerajaan. Dia melihat kereta kuda yang telah disiapkan.
Setelahnya dia memasuki kereta tersebut dan kuda mulai berjalan. Di sepanjang jalan, dia terus memperhatikan area sekitar.
Natasha tidak henti-hentinya menghirup udara segar dari zaman yang berbeda.
Tibalah mereka pada sebuah gerbang yang bertuliskan "welcome".
Natasha yang kala itu masih sangat bersemangat pun langsung jalan keluar dan memperhatikan area sekitar. Ternyata sekolah khusus bangsawan juga ada.
Sepanjang jalan, orang-orang menyapa Natasha dan gadis itu membalasnya dengan senyuman ramah. Beberapa terkejut dan sisanya kegirangan.
Seperti yang diketahui, Natasha sendiri adalah murid yang enggan tersenyum pada siapapun kecuali keluarganya, itulah mengapa beberapa orang terkejut dibuatnya.
Saat tak memperhatikan jalan, Natasha terjatuh akibat bertabrakan dengan seseorang.
Sesaat setelah terjatuh, seorang gadis dengan rambut pirang membantunya berdiri.
"Natasha, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan menatap Natasha khawatir.
Sementara gadis itu menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja."
Natasha pun membantu seseorang itu untuk memungut buku-buku yang berserakan itu, lantas mengembalikan pada pemiliknya.
"Maaf, aku jalan tidak fokus jadi menabrak."
Orang di depannya itu menatap heran padanya, detik berikutnya dia menggeleng.
"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku terlalu terburu-buru sampai-sampai tak melihatmu!"
Mendengar itu, Natasha bergegas menggeleng lagi.
"Salah kita berdua. Sudah sana, kau pasti sibuk."
Natasha membuka jalan, membiarkan orang itu berlalu. Setelah kejadian tersebut, beberapa bangsawan menjadi menggosipi gadis itu.
Kelas pertama, Natasha duduk di tengah-tengah. Dia memperhatikan sang guru dengan seksama dan dirinya masih menjadi pusat perhatian sekarang.
"Sihir akan bisa dikendalikan untuk orang-orang yang mau berusaha dan bersabar."
Sang guru menjelaskan sambil memperagakan beberapa gerakan sihir.
"Seperti yang kalian tahu bahwa sihir memiliki lima tingkatan dan biasanya tingkatan terakhir hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai sihir pertahanan."
Pelajaran pun usai, Natasha kini duduk termangu di salah satu taman sekolah. Dia heran mengapa sejak tadi banyak yang memperhatikan juga membicarakannya secara terang-terangan.
Seorang pria dengan paras tampan mendekati Natasha.
"Salam putri. Bolehkan saya duduk di sini bersamamu?"
Natasha berbalik dan melihat siapa itu.
"Tentu."
Akhirnya mereka berdua duduk bersama, sebenarnya Natasha ingin bertanya siapa dan dari mana dia berasal, tetapi takut dia akan dianggap aneh.
Secara Natasha yang asli pasti sudah mengenali mereka semua.
"Ah, tidak sopan jika belum memperkenalkan diri. Saya Cedric Avram, anda bisa memanggil saya Cedric!"
"Untung dia memperkenalkan diri," batinnya bersyukur.
"Cedric, bolehkan aku bertanya sesuatu?"
"Ya, putri. Anda bebas bertanya apapun!" ucapnya sopan.
"Mengapa semua orang menatap dan berbicara dibelakangku? Memangnya aku melakukan kesalahan?"
"Kayaknya bukan kesalahan, deh. Kemungkinkan besarnya adalah sifat Natasha ini berbeda jauh sebelum aku memasuki tubuhnya!" batinnya lagi dengan mulai memikirkan jawabannya.
"Maafkan saya kalau ini menyinggung perasaan anda, putri. Mereka semua tidak percaya dengan perubahan yang terjadi ada putri. Biasanya putri akan berjalan tanpa menyapa orang-orang atau bahkan tersenyum. Putri cenderung acuh dan hanya fokus pada pembelajaran."
Tebakan Natasha tepat sekali.
"Begitu. Apa perlu aku meminta maaf pada mereka semua?"
Cedric sendiri juga terkejut mendengarnya.
"Tidak perlu putri, kelas berikutnya akan dimulai, sebaiknya kita kembali ke kelas!"
"Baiklah."
Setelah semua kelas berakhir, Natasha telah dijemput oleh kereta kuda milik kerajaan. Beberapa gadis mengucapkan sampai jumpa dan dibalas olehnya dengan ramah. Mereka benar-benar kegirangan saat melihat Natasha tersenyum lembut kepada mereka.
"Kalian lihat itu. Untuk pertama kalinya putri Natasha tersenyum pada kita!" ucap gadis dengan manik mata cokelat yang nampak sangat kegirangan.
"Benar. Aku rasa putri telah berubah sifatnya, aku lebih suka yang sekarang ini."
"Iya. Putri sangat cantik tadi, ah aku jadi ingin bisa lebih dekat dengannya!"
Setelah kereta kuda Natasha pergi meninggalkan sekolah, segerombolan gadis dengan wajah angkuh menghampiri tiga gadis tadi.
"Baru disenyumin saja kalian sudah seperti orang gila. Natasha pasti akan kembali berulah besok. Apanya yang anak raja, cuma tahu membuat mood orang-orang rusak!" celoteh salah satu gadis yang menunjukan rasa tidak sukanya pada Natasha secara terang-terangan.
"Heh, apa maksudmu? Putri Natasha adalah yang terbaik. Jangan pernah kau mengusiknya, dasar orang gila."
Ketiganya lantas pergi dari sana dan tidak mau berurusan dengan mereka. Nampak gadis itu menggeram kesal.
"Mau mencari muka? Akan kubuat kau menyerah berakting Natasha."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments