05| Undangan minum teh

Di sekolah, nampak banyak gadis bangsawan yang terlihat sangat kegirangan. Pasalnya mereka semua diundang oleh permaisuri, istri dari kaisar untuk minum teh di kekaisaran. Terlihat juga Natasha yang diam-diam menguping mereka, dia juga telah diundang secara khusus.

     "Eh, tapi bagaimana kalau kita bertemu dengan pangeran buruk rupa itu?" tanya seorang gadis yang tak lain adalah anak dari seorang grand duke dari kerajaan tetangga.

      "Kau benar. Sangat menyebalkan melihatnya menggunakan topeng. Bisa-bisa selera makanku hilang!" timpal yang lain.

Mendengar itu, Natasha hanya bisa menggeleng kepala. Apa yang membuat mereka begitu membenci Austin? Padahal pria tersebut tidak melakukan apapun pada mereka.

Daripada harus mendengarkan gosip yang tidak-tidak, Natasha memilih untuk pergi ke lapangan untuk bisa menaikan level ilmu sihirnya. Demi mencapa tujuan, dia harus banyak belajar dan berlatih, karena segala sesuatu di muka bumi ini tidak ada yang instan.

Di saat dia sedang berlatih, seseorang diam-diam memandangi Natasha dari atas. Dia tersenyum saat itu tahu gadis tersebut lebih memilih untuk mengasah kemampuan daripada harus bergosip mengenai Austin. Beruntung kedekatan keduanya belum terdengar oleh publik.

Bukan hanya di sekolah, Natasha juga akan diam-diam belajar di kerajaan saat malam tiba. Menurutnya berlatih pada malam hari akan menambah tingkat kosentrasi.

Natasha senang saat dia sudah mencapai level empat dari sihir angin.

      "Akhirnya sampai level empat, tinggal satu level saja sampai aku bisa ke sihir tingkat dua yaitu air."

Natasha nampak bergembira, tiba-tiba segerombolan gadis yang tadi menggosipi Austin pun datang.

     "Sepertinya ada yang berlagak ingin mengambil hati para guru dengan mengasah kemampuannya, nih!" ejeknya membuat teman-temannya yang lain tertawa.

Natasha tahu, cepat atau lambat mereka pasti akan menghampiri dia.

      "Jika iya, urusannya dengan anda apa nona? Saya di sini belajar, jika para guru sampai terpukau dengan kemampuanku, maka itu adalah bonus dari hasil kerja kerasku daripada seharian hanya bisanya menggosip. Apakah anda tahu bahwa mereka yang suka menbicarakan orang lain, sebenarnya dia telah menunjukan siapa dirinya."

Natasha tersenyum, dia bisa merasakan energi gadis itu seperti bergetar.

      "Hei, kau tidak tahu siapa aku?" tanyanya dengan nada meninggi, membuat sebagian bangsawan yang ada di sana mulai berdatangan dan melihat mereka.

       "Memangnya sepenting itukah anak grand duke, sampai-sampai saya harus mengetahuinya? Oh, lupa. Grand duke dari kerajaan sebelah sangat penting sampai-sampai berniat merebut posisi raja."

Mendengar itu, dia nampak shock. Gadis di depannya ini ternyata memang bukan sembarang orang.

      "Jangan-jangan kau sepupuan dengan Baron dari kerajaan Beverly? Soalnya tujuan kalian sama. Nona, tidak semudah itu jika anda ingin menjatuhkan saya. Saya juga bukan orang yang mudah terprovokasi, terima kasih."

Natasha akhirnya menghindari mereka, beberapa gadis dan pria bangsawan terpana melihat keberanian Natasha.

Gadis cantik itu sebenarnya bingung, darimana dia bisa tahu mengenai niat busuk anak dari grand duke?

Pada saat itu Natasha hanya menatap matanya dan dia langsung tahu. Dia tidak mau ambil pusing dan memilih untuk bersiap, karena sepulang dari sini mereka akan langsung pergi ke kekaisaran.

Saat hari sudah sore, banyak gadis bangsawan yang telah datang. Mereka memilih untuk duduk, sementara Natasha juga diajak bergabung dengan tiga gadis yang mengaguminya.

     "Putri, apakah anda sudah dengar mengenai pangeran Austin?" tanya salah satu dari mereka dengan mulai menyeruput tehnya.

      "Tahu," jawabnya singkat.

      "Aku memang belum pernah melihat langsung wajahnya, tetapi sepertinya kalau untuk buruk rupa, tidak mungkin. Kata ibuku biarpun memiliki bekas luka, pangeran Austin tetap tampan dan berwibawa, lalu mengapa banyak yang menghinya?"

Natasha tersenyum saat mengetahui mereka tidak ikut-ikutan kencemooh Austin.

     "Aku pernah bertemu dengan pangeran beberapa kali dan kami juga sering mengobrol. Aku rasa dia orangnya asik, pangeran juga tidak seperti yang dibicarakan oleh orang-orang. Sebentar, aku akan segera kembali."

Di sisi lain gadis yang tadi telah dipermalukan oleh Natasha, memiliki niat jahat padanya.

Disaat Natasha akan jalan dan melewati meja mereka, maka dia segera membuatnya tersandung.

Permaisuri yang melihat Natasha lantas tersenyum. Saat akan melewati meja gadis tadi, Natasha lebih dulu menginjak kaki anak dari grand duke hingga dia berteriak kesakitan.

     "Ah, maafkan saya nona Hellen. Saya tidak melihat kaki anda tadi."

Natasha tersenyum, lantas kembali berjalan menuju permaisuri.

     "Salam hormat permaisuri."

     "Natasha, aku pikir kau tidak akan datang."

Natasha tersenyum.

     "Saya tentu saja akan datang permaisuri, apalagi saya diundang secara khusus. Jadi saya ingin tahu mengapa permaisuri mengadakan pesta minum teh, ini?"

     "Tidak ada apa-apa. Aku akan memanggil anak-anakku ke mari agar mereka dapat melihat dan memberikan penilaian. Jadi bagaimana menurutmu?"

Natasha nampak berpikir sejenak, lalu kembali berucap.

     "Bagaimana dengan pangeran Austin? Bukankah permaisuri nantinya hanya akan membuat dia dihina?"

Permaisuri tersenyum dan memandangi para gadis bangsawan itu.

      "Jika itu terjadi, pasti akan ada yang membelanya. Tunggulah di sini!"

Setelah kepergian permaisuri, jantung Natasha kembali berdetak dua kali lebih cepat. Dia akan bertemu dengan Austin lagi setelah kejadian kemarin. Akhirnya Natasha memilih untuk kembali ke tempatnya.

      "Putri, apa yang anda bicarakan dengan permaisuri?"

      "Kelihatannya sangat akrab."

  Natasha lantas menjawab. "Nanti juga kalian akan tahu."

Sesaat setelahnya munculah permaisuri beserta keluarganya. Para gadis bangsawan mulai tidak bisa diam setelah melihat wajah pangeran kedua dan ketiga. Walaupun sudah memiliki istri, itu tidak masalah jika hanya sekedar mengagumi.

Namun, Natasha justru tidak menemukan Austin sama sekali.

    "Ibu, di mana yang namanya Natasha?" tanya pangeran Alex penasaran.

     "Sebentar lagi dia akan menunjukan dirinya," jawah permaisuri sembari tersenyum hangat.

Natasha kemudia berdiri dan bertanya.

     "Maaf permaisuri, bolehkah saya bertanya satu hal?" tanya Natasha yang kemudian dipersilahkan, sementara Hellen nampak kesal.

      "Di mana pangeran Austin? Bukankah dia juga anggota keluarga kekaisaran?"

Alex yang mendengar itu hanya bisa termangu. Apakah gadis cantik itu yang membuat Austin semalam jadi ceria?

      "Pangeran Austin sebentar lagi akan datang, itupun jika kalian tidak keberatan untuk bertemu dengannya."

Saat Hellen akan berucap, justru teman-teman Natash lebih dulu yang menjawabnya.

      "Kami tidak masalah permaisuri. Lagipula apa yang salah dengan pangeran? Dia bebas untuk datang ke sini atau tidak dan kami hanyalah tamu."

Tiba-tiba seseorang dari kejauhan berjalan mendekat. Natasha tersenyum saat tahu bahwa itu Austin. Pria tampan tersebut lantas mulai memberi salam.

Saat itu juga pandangan Austin dan Natasha saling bertemu, sementara pria itu tersenyum hangat ke arahnya.

Alex yang memperhatikannya sejak jadi, seperti ingin marah.

      "Ah, selera minum tehku jadi hilang!" cerocos salah satu gadis yang bisa didengar langsung oleh Natasha dan Austin.

Mendengar itu tentu saja Austin menjadi sedikit takut.

      "Benar. Untuk apa ke sini?"

Akhirnya banyak yang mulai protes mengenai kedatangan Austin. Apakah mereka tidak sayang nyawa setelah menghina calon kaisar secara terang-terangan?

Natasha sudah geram dengan semua penghinaan yang diterima oleh Austin.

     "Lihat. Kak Austin hanya akan mempermalukan dirinya!" ucap Alex kesal pada ibunya.

      "Cukup!" teriak Natasha kesal.

Dadanya nampak naik turun saat mendengar semua hinaan itu. Dia lantas berjalan ke depan dan meminta izin pada kaisar serta permaisuri untuk berbicara.

     "Salam hormat kaisar dan permaisuri. Izinkan saya untuk sedikit memberikan kata-kata pada para gadis bangsawan ini!"

Permaisuri dapat melihat dengan jelas bagaimana Natasha mencoba menjaga batas kesabaran, tetapi tidak bisa.

      "Silahkan. Kau adalah calon pemimpin kerajaan Beverly, jadi silahkan lakukan saja."

Natasha akhirnya berdiri tepat di sebelah Austin dan mencoba untuk menenangkan diri. Kemudian dia kembali menatap mereka satu persatu.

      "Apakah pendidikan yang kalian dapatkan di sekolah kurang? Apa orang tua kalian tidak mengajari kalian cara menjaga sopan santun?"

Nada bicara Natasha naik turun, hal itu juga membuat mereka terkejut.

      "Mengapa kalian senang sekali menghina orang lain? Apa ini didikan yang didapatkan oleh bangsawan-bangsawan seperti kalian? Negeri ini tidak membutuhkan kalian yang hanya bisa memandang orang lain dari luarnya saja. Apa yang salah dengan wajah pangeran Austin?"

Natasha tahu, pasti setelah ini dia akan semakin dibenci.

      "Coba bayangkan kalian di posisi pangeran? Mendapatkan hinaan sedari kecil, mengatainya buruk rupa. Dia anak kaisar, kenapa kalian lancang sekali? Bahkan putri dari kerajaan Harcie juga ikut andil. Sebagai seorang penerus, kalian harus memberikan contoh yang baik. Apa untungnya membicarakan kekurangan pangeran?"

Natasnya menengok ke samping, dia bisa melihat bagaimana Austin menunduk.

      "Angkat kepalamu pangeran. Kedudukanmu jelas lebih tinggi dari mereka. Anda juga memiliki hak untuk menghukum mereka yang telah berani menghina anda. Saya tahu, selama ini kaisar dan permaisuri memilih untuk mendiamkan kalian semua, itu karena permintaan dari pangeran. Jika tidak, Kaisar sendiri yang akan memenggal kepala kalian!"

      "Juga, orang tua mana yang tidak sakit hati saat tahu anaknya dihina seperti itu? Aku sudah dengar mengenai lamaran pangeran Austin yang akhirnya kalian tolak semua."

      "Bagus pangeran Austin memiliki luka bakar itu, jadi pangeran bisa tahu mana yang tulus dengannya dan yang tidak. Kekurangan seseorang bisa menjadi sesuatu yang berguna baginya. Saya juga secara resmi sebagai calon pemimpin kerajaan Beverly, meminta mereka yang berada di bawah naungan kerajaan itu untuk berhenti membicarakan keburukan orang lain. Jika saya masih mendengar itu, maka saya tidak segan-segan mengambil tindakan tegas!" ancamnya.

Memang, sebagai seorang pemimpin mereka harus bisa mengambil resiko. Namun, menjaga sopan santun juga diperlukan. Tidak peduli kau anak kekaisaran ataupun anak raja.

      "Maafkan saya permaisuri sudah berkata lancang seperti tadi. Saya hanya sudah tidak tahan dengan semua ini."

Permaisuri nampak tersenyum puas, begitu juga dengan kaisar.

      "Terima kasih. Kami sangat senang dengan ketegasanmu, putri. Memang tidak salah didikan kedua orang tuamu. Pasti mereka senang melihat anaknya yang semakin dewasa," ucap Permaisuri dengan mengambil alih.

      "Baiklah, pesta minum teh akan berakhir di sini. Tolong kembalilah dengan selamat dan sampaikan salamku pada orang tua kalian." 

Austin sejak tadi masih setia menatap Natasha yang sudah kembali ke teman-temannya.

     "Putri, anda tadi sangat hebat."

     "Benar, saya suka dengan ketegasan anda. Selama ini pangeran pasti sangat menderita."

      "Iya. Entah mengapa mereka sampai tega memperlakukan pangeran layaknya orang asing."

Baru saja akan berbicara, tiba-tiba Austin datang menghampiri mereka. Ketiga gadis itu terkejut, apalagi setelah melihat wajahnya dari dekat.

     "Astaga, ternyata memang sangat tampan!"

Austin lantas menjadi malu sendiri.

     "Bisakah aku meminjam teman kalian?" tanya Austin pada ketiga gadis itu.

     "Pinjam saja, tidak dikembalikan juga tidak masalah pangeran!"

Ketiganya nampak begitu gembira melihat bagaimana Natasha malu-malu.

     "Kalian pulanglah lebih dulu, hati-hati."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!