02| Pangeran Austin

Hari ini akan diadakan pertemuan dengan kaisar. Raja dan ratu dari kerajaan yang masih dalam lingkungan kekaisaran juga turut datang. Mereka berniat membahas mengenai perkembangan pada desa-desa di setiap kerajaan.

Di sisi lain, nampak Natasha sedang asik bermain bersama Lucas. Keduanya nampak begitu menikmatinya dengan sesekali Natasha yang menggelitiki sang adik.

      "Kak, kapan ayah dan ibu pulang?" tanyanya dengan tiduran di atas paha Natasha.

       "Tidak tahu, apa kau mau kita menyusul mereka?" tanya Natasha membuat mata Lucas seketika berbinar-binar.

       "Oke. Ayo kita minta paman penjaga untuk membawa kita ke sana."

Keduanya lantas bangkit dan berlari menuju tempat kereta kuda. Beruntung ada salah satu penjaga yang sedang berjaga di sana.

      "Paman, bisakah mengantarkan kami ke ayah dan ibu? Lucas merengek untuk bertemu mereka!" alasan Natasha, saat itu Lucas mengangguk sembari menunjukan keimutannya.

       "Bukannya saya tidak mau putri, tetapi raja meminta kami untuk tidak menperbolehkan putri atau pangeran keluar dari sini mengingat ada banyak bahaya di luar sana. Perjalanan ke tempat raja dan ratu lumayan jauh karena mereka akan bertemu dengan kaisar langsung. Harus melewati hutan yang dipenuh makhluk-makhluk aneh dan berbahaya."

Mendengar itu Lucas dan Natasha spontan melihat satu sama lain. Tiba-tiba mereka tersenyum aneh.

     "Oke, kalau paman memang tidak memperbolehkan kami bertemu dengan ibu dan ayah. Kami akan mengadu pada mereka kalau paman tadi tidak menjaga tempat ini dengan baik dan justru pergi berpacaran dengan salah satu pelayanku!" ancam Natasha membuat penjaga itu sedikit terkejut.

      "Maafkan saya putri, tetapi raja dan ratu tidak akan semudah itu percaya den-"

      "Tentu saja percaya, karena yang mengadu nanti Lucas bukan aku. Wlee!"

Natasha mengejek dengan menjulurkan lidahnya.

Penjaga itu nampak kebingungan lantas memilih untuk mengalah.

      "Baiklah, saya akan mengantarkan putri dan pangeran ke kaisaran, tetapi tolong untuk menjelaskan ke pada ratu dan raja kalau ini adalah keinginan kalian. Saya cuma takut d-"

      "Iya, iya."

Akhirnya mereka mulai berangkat dengan beberapa pengawal menggunakan kuda. Mereka berada di setiap sisi kereta kuda demi bisa melindungi putri dan pangeran dari kerajaan Beverly.

Akhirnya mereka memasuki hutan yang di mana sempat penjaga tadi jelaskan. Natasha mengintip dan melihat bagaimana pepohonan itu menjulang tinggi seperti memberi isyarat bahwa kedudukan alam lebih tinggi dibandingkan manusia.

Mengingat bagaimana manusia suka seenaknya menebang pohon, merusak  alam dengan cara mereka sendiri. Namun, semua itu harus ada harga yang dibayar mahal. Bencana alam lah jawaban dari semua perbuatan manusia pada alam.

Baru saja akan duduk kembali, Natasha seperti melihat ada mata yang mengintip dari balik batang pohon. Dia memperhatikannya dengan seksama sampai-sampai salah satu pengawal memintanya untuk masuk.

      "Putri, sebaiknya tidak terlalu menunjukan wajah anda begitu. Takutnya para bandit akan mengetahui keberadaan putri dan mulai menyerang."

Setelah memastikan seseorang yang mengintip tadi sudah menghilang, dia barulah duduk kembali di tempatnya. Lucas sendiri ternyata sudah tertidur, karena memang perjalanannya jauh.

Natasha mengelus pelan rambut sang adik. Dia jadi ingat akan sepupunya yang masih kecil. Mereka suka sekali menempel padanya ketika libur kuliah tiba dan dia pulang kampung.

Entah berapa lama dia tertidur, saat membuka mata dan berniat bertanya mereka sudah di mana, Natasha melihat banyak sekali warga desa yang menunduk memberi hormat.

      "Putri, kita sudah tiba di gerbang kekaisaran."

      "Akhirnya sampai juga."

Dia dapat melihat bahwa matahari hampir tenggelam, jadilah Natasha membangunkan Lucas.

      "Lucas, kita sudah sampai. Cepat bangun, katanya mau bertemu dengan ayah dan ibu?"

Akhirnya pria kecil itu bangun dan menguap.

      "Kita sudah sampai, ya?"

Setelah kereta kudanya berhenti, keduanya lantas turun. Seorang penjaga dari kekaisaran datang.

     "Ini adalah putri dan pangeran dari kerjaan Beverly. Maksud kedatangan adalah untuk menemui raja dan ratu!"

     "Baiklah, mari ikut saya. Akan saya tunjukan kamar raja dan ratu Beverly."

Natasha nampak menggandeng tangan Lucas dan mereka berjalan mengikuti si penjaga itu. Dia sendiri bisa melihat betapa besar tempat itu. Tak henti-hentinya Natasha kagum.

      "Tempat ini lebih besar dari pada kerajaan kita."

Lucas hanya mengangguk, dia juga baru pertama kali datang. Mereka akhirnya tiba di depan kamar kedua orang tuanya.

     "Putri, ini adalah kamar raja dan ratu Beverly."

     "Baik, terima kasih!"

Sepergian pengawal tadi, Lucas spontan membuka pintu kamar hingga memperlihatkan suami istri itu sedang bermesaraan.

Natasha langsung menutup mata Lucas, menariknya keluar dan menutup pintu kembali.

      "Maaf mengganggu waktunya, kami akan menunggu di taman saja!" teriaknya sembari membawa Lucas keluar dengan cara berlari.

      "Sayang, bagaimana bisa anak-anak ke mari?" tanya sang ratu, sejujurnya dia malu saat kepergok oleh anak-anaknya sendiri.

      "Pasti Lucas yang meminta ke sini. Sudahlah kita lanjutkan saja, ada Natasha yang akan menjaga adiknya."

      "Sayang, apa kau senang dengan perubahan Natasha yang sekarang? Dia menjadi gadis yang murah senyum juga menuruti apa kata kita."

Pria itu nampak berpikir, dia juga mendapat laporan dari salah satu orang kepercayaannya yang diperintahkan untuk mengawasi tindakan Natasha.

      "Di sekolah juga, Natasha lebih banyak senyum."

      "Itu bagus. Dia bisa mulai bisa berkomunikasi dengan orang lain dan memperluas koneksinya nanti. Kalau bukan dia yang akan menggantikanmu kelak, lantas siapa lagi? Lucas masih terlalu kecil untuk melakukan pekerjaan yang berat."

      "Kau benar. Semoga saja Natasha nanti bisa memimpin negeri kita dan menjadi seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ayah percaya kalau Natasha adalah anak yang kuat."

      "Iya. Semoga saja!"

Sementara itu di taman nampak Natasha sedang melihat-lihat bunga. Ada tulip, mawar dan sebagainya.

      "Lucas, lihat. Bunga-bunga ini sangat indah!"

Tidak ada jawaban apapun dari Lucas.

     "Lucas!"

Natasha berbalik melihat ke tempat tadi Lucas berdiri dan tidak melihat siapapun di sana.

      "Astaga, Lucas di mana?"

Dia mulai panik saat tak menemukan adiknya. Halaman di sana begitu luas jadi dia kesulitan mencarinya. Jadilah  Natasha meminta tolong pada beberapa penjaga untuk membantunya mencari Lucas.

     "Paman, bisakah kau membantuku? Adikku yang tadi datang bersamaku tidak ada. Apa kalian bisa mencarinya? Aku akan kelelahan jika seorang diri mencarinya!"

Para penjaga itu mengerti dan mulai bergerak mencari. Hampir setengah jam mencari, seorang penjaga berlari ke arah Natasha.

     "Putri, pangeran Lucas ada di taman belakang. Mari ikut saya!"

Dengan perasaan lega, akhirnya Natasha mengikuti penjaga tadi hingga ke taman belakang. Setibanya di sana, dia bisa melihat bagaimana Lucas tengah tertawa riang bersama seorang pria.

     "Putri, itu adalah anak tertua dari kaisar Abraham. Hanya saja saat ini beliau mengalami kecacatan di bagian wajahnya. Saat masih bayi, tempat beliau tinggal terjadi kebakaran hingga membuat wajah sebelah kirinya melepuh."

Natasha dapat melihatnya bagaimana dia menutupi sebelah wajahnya dengan topeng.

      "Banyak cara yang kaisar lakukan untuk membuat gadis bangsawan menyukai pangeran, tetapi semuanya menolak dengan alasan takut keturunan mereka memiliki wajah seperti pangeran. Bahkan sampai sekarang tidak ada satupun perempuan yang mau dengan pangeran. Sedangkan dua pangeran lainnya sudah menikah."

     "Kalau boleh tahu, siapa namanya?"

     "Namanya pangeran Austin. Putri juga kalau tidak mau bertemu dengan pangeran, biar saya saja yang akan memanggil pangeran Lucas."

Natasha segera menggeleng.

      "Tidak perlu, biar aku saja yang ke sana sekaligus memperkenalkan diri dengan pangeran Austin. Terima kasih!"

Setelah Natasha pergi, penjaga itu masih setia menatap punggung perempuan cantik itu.

      "Semoga saja putri Natasha ditakdirkan untuk pangeran Austin. Sebelumnya tidak pernah ada satu orang pun yang berterima kasih padaku, walaupun sebenarnya ini memang kewajiban. Hati yang baik pasti akan dipertemukan dengan jodoh yang baik juga. Semoga Tuhan selalu melindugi kalian."

Natasha dengan langkah yang lumayan ragu mulai mendekat. Dia hanya takut jika Austin nantinya menolak kehadiran dirinya.

     "Salam hormat saya pada pangeran Austin! Maaf mengganggu waktu santai anda, tetapi kedatangan saya ke sini hanya ingin memanggil adik saya."

Austin menatap Natasha. Wajahnya yang cantik itu mampu membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sayangnya dia segera menepis perasaan suka itu, dirinys terlalu tidak percaya diri apalagi dengan fisik yang tidak sempurna. Bahkan gadis kalangan bawah saja menolak dirinya.

      "Apakah dia adikmu? Maaf, tadi dia kehilangan arah jadi aku membawanya ke mari. Nah, Lucas sekarang kakamu sudah datang, pergilah!"

Lucas menatap sendu ke arah Natasha.

     "Aku masih mau main sama kak Austin. Kalau kakak mau, ayo main sama-sama. Kasian kak Austin tidak punya teman. Kita bisa jadi temannya."

Natasha tersenyum melihat kebaikan sang adik.

     "Kalau begitu kau temani pangeran. Oh, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Natasha Beverly, anak tertua dari pasangan Harry Beverly dan Alexandra Beverly!"

      "Aku Austin."

Austin dapat melihat bagaimana Natasha tidak membatasi adiknya bermain dengan dirinya. Jangankan bangsawan, bahkan pelayan saja memperlakukannya dengan tidak baik.

     "Kau tidak takut jika adikmu dibiarkan bermain denganku?" tanyanya penasaran, sementara Natasha sendiri bingung dengan pertanyaan Austin.

      "Mengapa saya harus takut? Saya tidak akan membatasi adik saya ingin berteman dengan siapapun selagi itu baik. Kami dibesarkan dari keluarga yang tidak membatasi apapun. Lucas juga bisa berteman dengan rakyat biasa, asalkan dia tahu batasannya."

Austin tertegun dengan jawaban dari Natasha. Baru kali ini dia menemukan seorang gadis yang bahkan tidak menampilkan ekspresi jijik saat berbicara dengannya.

      "Lalu, apa kau tahu mengapa aku menutupi sebagian wajahku?"

Natasha tersenyum.

     "Salah satu penjaga sudah memberitahukannya pada saya. Sewaktu masih bayi, kekediaman pangeran terbakar hingga membuat wajah pangeran sebagian melepuh."

Austin hanya mengangguk, menyenyangkan juga berbicara dengan Natasha, batinnya.

     "Apakah kau akan jijik dan melarikan diri dari sini saat melihat wajahku seutuhnya?"

     "Apa alasan untuk saya merasa jijik dan melarikan diri?"

     "Aku, kan kuliah dijurusan kedokteran jadi untuk apa jijik," batinnya.

Austin akhirnya melepaskan topengnya dan menunjukan wajahnya. Lucas yang kala itu sedang bermain pun termangu melihat wajah tampan Austin.

      "Wah, pangeran sangat tampan. Kenapa tidak melepas topengnya saja sejak tadi?"

Austin merasa malu dengan penuturan Lucas, dia lantas mengalihkan pandangannya pada Natasha yang diam mematung.

Sejujurnya yang dikatakan oleh Lucas sangat amat disetujui oleh Natasha. Biarpun ada bekas luka bakar, tetapi hal itu tidak mengurangi proporsi ketampanan seorang Austin. Pipinya saja sudah bersemu merah.

Austin yang merasa aneh, pun mulai memakai kembali topengnya.

     "Sudah kudug-"

     "Padahal pangeran sangat tampan, mengapa harus menutupinya?" tanya Natasha secara blak-blakan membuat Austin langsung bersemu merah pipinya.

     "Waduh, mulutku memang sulit dikontrol!"

      "Ahaha, maafkan saya. Se-sepertinya hari sudah mau malam, saya harus kembali."

Natasha langsung berlari dengan wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus, sementara Austin hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu.

     "Lucu juga."

Malam harinya mereka diminta untuk menginap saja di kekaisaran, mengingat perjalan juga sangat jauh. Saat ini Natasha sedang berdiri di depan jendela dengan mengamati bintang. Detik berikutnya dia dikejutkan dengan kehadiran seseorang di balkon kamar yang dia tempati.

Seseorang itu mengetuk pelan jendela Natasha dan memberikannya isyarat untuk keluar. Akhirnya dia membuka jendela dan mulai berjalan ke arah balkon.

     "Pangera Austin? Apa yang anda lakukan di sini?"

     "Hanya ingin menunjukanmu sesuatu. Apa kau suka dengan batu ruby?"

Natasha bingung dan hanya mengangguk. Austin tersenyum lantas mengeluarkan sebuah batu ruby dari dalam saku celananya. Itu berwarna merah dan sangat indah.

Natasha tak percaya, dia akhirnya bisa melihat yang namanya batu ruby.

     "Pangeran, ini sangat indah."

     "Kau mau? Ambillah. Aku masih punya lagi kalau kau menginginkannya."

     "Benarkah ini untukku?" tanyanya dengan antusias.

      "Iya."

Natasha lantas mengambilnya. Dia memperhatikan batu tersebut yang bersinar lumayan terang karena bantuan dari cahaya bulan.

      "Aku tidak pernah melihat batu ruby yang seindah ini. Terima kasih, aku akan menyimpannya dengan baik!"

Austin tersenyum, dia senang saat melihat Natasha tersenyum.

Dia tahu bahwa senyuman gadis di depannya itu sangatlah tulus dan indah.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Erlina Ibrik

Erlina Ibrik

menyenangkan*

2025-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!