NovelToon NovelToon

Stuck In The Middle Ages

01| Menyebrang Zaman

"Ahaha, yang benar saja. Aku memang menyukai cerita-cerita semacam kerajaan dan princess, tetapi bukan berarti aku mempercayai adanya negeri mereka. Bukankah itu hanya dongeng belaka, ya sekedar untuk menyenangkan hati anak-anak saja!"

Seorang gadis dengan paras ayu, bermata teduh itu tertawa mendengar penuturan temannya yang berandai-andai dunia dongeng itu ada.

    "Ya, kita tidak tahu dunia itu seperti apa. Siapa tahu tiba-tiba kau bangun besok pagi sudah berada di negara antah-berantah!" canda temannya membuat tawanya semakin kencang.

    "Sudahlah Prita, aku harus pulang ke kos. Mau kuliah setelah selesai isya!"

    "Oh, dari pak Rahmat?" tebaknya, lantas gadis manis itu mengangguk.

    "Sudah biasa kalau dari beliau. Ya sudah, ayo kita pulang!"

Keduanya pun pulang, setibanya di pertigaan, mereka berpisah. Gadis dengan stelan sederhana itu berjalan melewati sebuah toko buku yang kebetulan sering dia datangi hanya untuk sekedar membaca-baca saja dikala waktu luang.

    "Eh, mampir sebentar, ah. Lumayan, masih jam setengah lima!"

Dia pun berbelok dan menyapa penjaga toko buku tersebut. Selain menjual, pemilik toko itu juga menyediakan beberapa buku dongeng yang bisa dibaca oleh anak-anak. Bahkan remaja dan dewasa juga bisa membaca buku di sana, tetapi tidak untuk dijual. Hanya buku-buku pelajaran, tentang materi-materi yang ada di bangku pendidikan saja, selebihnya untuk dibaca.

Dia duduk di salah satu tempat duduk yang telah disediakan, lalu mulai mengambil satu buku. Dari sampul, terlihat seru untuk di baca.

Hari mendekati magrib dan dia pun selesai membaca. Ditatapnya keluar jendela, matahari hampir tenggelam. Setelah meletakan buku di raknya, dia pamit untuk pulang.

Saat sedang membuka pintu kamar, seseorang menyapanya.

    "Eh, Natasha. Baru pulang?" sapa tetangga kosnya yang seperti baru saja dari kamar mandi.

Kebetulan kamar mandi kos mereka berada di luar.

    "Iya, mbak. Saya masuk dulu, ya?"

    "Iya."

Setelahnya Natasha masuk ke dalam kamar, meletakan tas digantungan terus mengambil handuk berniat untuk mandi.

Tepat jam setengah sepuluh, perkuliahan mereka berakhir. Mata Natasha sendiri sudah sangat berat, apalagi malam sebelumnya dia sempat begadang hanya untuk mengerjakan laporan.

    "Tidur, ah!"

Setelah membenarkan sprei dan memastikan pintu serta jendela telah tertutup, dia pun tidur.

Keesokan harinya, Natasha merasa ada sesuatu yang menggelitik wajahnya. Ingin membuka mata, tetapi rasanya berat sekali.

    "Eugh, apa ini?" lenguhnya sembari memaksa membuka mata.

Begitu kedua mata teduhnya terbuka, betapa terkejutnya Natasha saat melihat seekor kucing dengan bulu yang lebat serta halus tengah menatapnya.

    "Aaagh!" teriaknya, kucing tersebut pun melompat menjauh dari Natasha akibat jeritannya.

Pintu terbuka, menampilkan seorang gadis berambut sebahu yang berpenampilan seperti pelayan, berjalan mendekati Natasha.

     "Putri, ada apa? Mengapa anda berteriak di pagi hari?" tanyanya menatap heran, begitu juga sebaliknya.

Natasha menatap perempuan itu dengan sebuah tanda tanya besar.

    "Ha? Putri?"

Natasha buru-buru berlari ke arah cermin yang kebetulan dia lihat. Betapa terkejut dirinya melihat pakaian yang melekat pada tubuhnya. Wajahnya tetap sama, tetapi apa yang dia gunakan berbeda jauh dari zamannya.

Dia pun berbalik dan berjalan secara perlahan menuju jendela. Setelah terbuka, maniknya dibuat terkejut melihat pemandangan di depannya.

    "Aku tidak salah lihat!"

Pelayan yang melihat tingkah laku sang putri aneh, pun berniat memanggil raja.

    "Putri, saya akan memanggil raja. Anda tunggulah di sini!"

Baru saja pelayan itu akan pergi, Natasha dengan cepat menghentikannya.

    "Tunggu! Jangan panggil raja. Bisakah kau antarkan aku mengelilingi tempat ini? Y-ya, aku hanya ingin saja."

Akhirnya dia diajak berkeliling. Natasha sangat amat kagum melihat kekediaman itu, betapa mewah tempat tersebut. Terbesit dalam pikirannya, bagaimana kalau dia menjual semua ini? Sudah pasti dia akan kaya.

Natasha menggeleng dan menghapus pikiran buruknya itu. Dia kembali melihat-lihat hingga tiba pada taman di mana ada seseorang tengah duduk dengan santainya.

    "Bolehkan aku tahu, dia siapa?" tanya Natasha penasaran sembari menunjuk ke salah satu wanita yang duduk seorang diri.

    "Putri, apakah anda hilang ingatan? Beliau adalah ratu, ibu anda!"

Natasha menjadi kikuk mendengarnya. Bagaimana dia tidak bertanya, salah-salah dirinya bisa kena hukuman.

     "Ahahah, aku hanya bercanda."

Pelayan itu merasa Natasha sedikit aneh, tetapi mencoba menghiraukannya.

    "Kau pergilah, aku akan menghampiri ibuku."

Setelaha pelayan tersebut pergi, Natasha kemudian bergegas menemui ibunya.

    "Selamat pagi ibu!" sapanya, lantas duduk di dekat wanita cantik itu.

    "Natasha, selamat pagi putri ibu."

Wow

Ternyata nama pun sama, atau jangan-jangan Natasha ini memang putri sepasang ratu dan raja? Dia tergelitik sendiri memikirkan hal tersebut.

Natasha masih tidak terlalu percaya dan berpikir ini adalah mimpi. Sebelum akhirnya seseorang melempar batu kecil ke arahnya dan itu lumayan sakit.

    "Aw!"

Natasha dan sang ratu spontan menengok ke belakang. Terlihat seorang pria kecil tengah bersembunyi di balik pohon. Wanita itu tersenyum dan mulai membuka suara.

    "Lucas. Kau tidak boleh nakal pada kakakmu. Sini, duduk bersama!"

Pria kecil bernama Lucas itu menyengir tanpa dosa, lalu berjalan ke arah kedua perempuan yang benar-benar dia sayang.

    "Kak, ayo kita pergi ke tempat itu lagi!" ujar Lucas kecil, membuat Natasha kebingungan.

     "Waduh, tempat apa yang dimaksud Lucas?" batinnya bingung.

Jelas bingung, Natasha yang di sini bukanlah yang asli. Dia hanya gadis yang tersesat dengan sebuah kebetulan wajah serta nama yang mirip.

     "Ahahah, kapan-kapan saja. Kakak sibuk belakangan ini."

Ratu pun menyentuh rambut Lucas dan mengusapnya secara lembut.

    "Iya sayang. Kakakmu sedang sibuk dengan sekolahnya."

Lucas mengerucutkan bibirnya, gemas. Tak tahan, Natasha mencubit pipi adiknya itu hingga memerah.

    "Aa, kakak ... Sakit pipi Lucas!" ucapnya sembari mengelus lembut pipi chubbynya.

Tiba-tiba seorang pelayan mendekati mereka.

    "Maaf mengganggu waktunya. Sekarang adalah waktu bagi tuan putri untuk pergi belajar."

Ratu pun menatap Natasha dan menyuruhnya pergi.

    "Pergilah sayang."

    "Iya, bu!"

Setelah kepergian Natasha, ratu nampak mengelus pelan rambut Lucas yang kala itu menatap heran sang kakak.

    "Tumben kakak mau pergi belajar? Biasanya ayah harus sampai turun tangan baru kakak mau belajar."

Ratu tersenyum seperti menyembunyikan sesuatu.

    "Kakakmu sudah berubah, Lucas. Cepat atau lambat, dia akan tahu kalau tugasnya sebagai anak seorang raja dan ratu bukan duduk bersantai."

Di sisi lain, Natasha yang sudah mengganti pakaiannya segera berjalan mengikuti pelayan menuju luar kerajaan. Dia melihat kereta kuda yang telah disiapkan.

Setelahnya dia memasuki kereta tersebut dan kuda mulai berjalan. Di sepanjang jalan, dia terus memperhatikan area sekitar.

Natasha tidak henti-hentinya menghirup udara segar dari zaman yang berbeda.

Tibalah mereka pada sebuah gerbang yang bertuliskan "welcome".

Natasha yang kala itu masih sangat bersemangat pun langsung jalan keluar dan memperhatikan area sekitar. Ternyata sekolah khusus bangsawan juga ada.

Sepanjang jalan, orang-orang menyapa Natasha dan gadis itu membalasnya dengan senyuman ramah. Beberapa terkejut dan sisanya kegirangan.

Seperti yang diketahui, Natasha sendiri adalah murid yang enggan tersenyum pada siapapun kecuali keluarganya, itulah mengapa beberapa orang terkejut dibuatnya.

Saat tak memperhatikan jalan, Natasha terjatuh akibat bertabrakan dengan seseorang.

Sesaat setelah terjatuh, seorang gadis dengan rambut pirang membantunya berdiri.

    "Natasha, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan menatap Natasha khawatir.

Sementara gadis itu menggeleng pelan.

    "Aku baik-baik saja."

Natasha pun membantu seseorang itu untuk memungut buku-buku yang berserakan itu, lantas mengembalikan pada pemiliknya.

    "Maaf, aku jalan tidak fokus jadi menabrak."

Orang di depannya itu menatap heran padanya, detik berikutnya dia menggeleng.

    "Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku terlalu terburu-buru sampai-sampai tak melihatmu!"

Mendengar itu, Natasha bergegas menggeleng lagi.

    "Salah kita berdua. Sudah sana, kau pasti sibuk."

Natasha membuka jalan, membiarkan  orang itu berlalu. Setelah kejadian tersebut, beberapa bangsawan menjadi menggosipi gadis itu.

Kelas pertama, Natasha duduk di tengah-tengah. Dia memperhatikan sang guru dengan seksama dan dirinya masih menjadi pusat perhatian sekarang.

     "Sihir akan bisa dikendalikan untuk orang-orang yang mau berusaha dan bersabar."

Sang guru menjelaskan sambil memperagakan beberapa gerakan sihir.

     "Seperti yang kalian tahu bahwa sihir memiliki lima tingkatan dan biasanya tingkatan terakhir hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai sihir pertahanan."

Pelajaran pun usai, Natasha kini duduk termangu di salah satu taman sekolah. Dia heran mengapa sejak tadi banyak yang memperhatikan juga membicarakannya secara terang-terangan.

Seorang pria dengan paras tampan mendekati Natasha.

     "Salam putri. Bolehkan saya duduk di sini bersamamu?"

Natasha berbalik dan melihat siapa itu.

     "Tentu."

Akhirnya mereka berdua duduk bersama, sebenarnya Natasha ingin bertanya siapa dan dari mana dia berasal, tetapi takut dia akan dianggap aneh.

Secara Natasha yang asli pasti sudah mengenali mereka semua.

     "Ah, tidak sopan jika belum memperkenalkan diri. Saya Cedric Avram, anda bisa memanggil saya Cedric!"

      "Untung dia memperkenalkan diri," batinnya bersyukur.

      "Cedric, bolehkan aku bertanya sesuatu?"

      "Ya, putri. Anda bebas bertanya apapun!" ucapnya sopan.

       "Mengapa semua orang menatap dan berbicara dibelakangku? Memangnya aku melakukan kesalahan?"

       "Kayaknya bukan kesalahan, deh. Kemungkinkan besarnya adalah sifat Natasha ini berbeda jauh sebelum aku memasuki tubuhnya!" batinnya lagi dengan mulai memikirkan jawabannya.

       "Maafkan saya kalau ini menyinggung perasaan anda, putri. Mereka semua tidak percaya dengan perubahan yang terjadi ada putri. Biasanya putri akan berjalan tanpa menyapa orang-orang atau bahkan tersenyum. Putri cenderung acuh dan hanya fokus pada pembelajaran."

Tebakan Natasha tepat sekali.

      "Begitu. Apa perlu aku meminta maaf pada mereka semua?"

Cedric sendiri juga terkejut mendengarnya.

       "Tidak perlu putri, kelas berikutnya akan dimulai, sebaiknya kita kembali ke kelas!"

        "Baiklah."

Setelah semua kelas berakhir, Natasha telah dijemput oleh kereta kuda milik kerajaan. Beberapa gadis mengucapkan sampai jumpa dan dibalas olehnya dengan ramah. Mereka benar-benar kegirangan saat melihat Natasha tersenyum lembut kepada mereka.

      "Kalian lihat itu. Untuk pertama kalinya putri Natasha tersenyum pada kita!" ucap gadis dengan manik mata cokelat yang nampak sangat kegirangan.

       "Benar. Aku rasa putri telah berubah sifatnya, aku lebih suka yang sekarang ini."

        "Iya. Putri sangat cantik tadi, ah aku jadi ingin bisa lebih dekat dengannya!"

Setelah kereta kuda Natasha pergi meninggalkan sekolah, segerombolan gadis dengan wajah angkuh menghampiri tiga gadis tadi.

        "Baru disenyumin saja kalian sudah seperti orang gila. Natasha pasti akan kembali berulah besok. Apanya yang anak raja, cuma tahu membuat mood orang-orang rusak!" celoteh salah satu gadis yang menunjukan rasa tidak sukanya pada Natasha secara terang-terangan.

        "Heh, apa maksudmu? Putri Natasha adalah yang terbaik. Jangan pernah kau mengusiknya, dasar orang gila."

Ketiganya lantas pergi dari sana dan tidak mau berurusan dengan mereka. Nampak gadis itu menggeram kesal.

        "Mau mencari muka? Akan kubuat kau menyerah berakting Natasha."

Bersambung...

02| Pangeran Austin

Hari ini akan diadakan pertemuan dengan kaisar. Raja dan ratu dari kerajaan yang masih dalam lingkungan kekaisaran juga turut datang. Mereka berniat membahas mengenai perkembangan pada desa-desa di setiap kerajaan.

Di sisi lain, nampak Natasha sedang asik bermain bersama Lucas. Keduanya nampak begitu menikmatinya dengan sesekali Natasha yang menggelitiki sang adik.

      "Kak, kapan ayah dan ibu pulang?" tanyanya dengan tiduran di atas paha Natasha.

       "Tidak tahu, apa kau mau kita menyusul mereka?" tanya Natasha membuat mata Lucas seketika berbinar-binar.

       "Oke. Ayo kita minta paman penjaga untuk membawa kita ke sana."

Keduanya lantas bangkit dan berlari menuju tempat kereta kuda. Beruntung ada salah satu penjaga yang sedang berjaga di sana.

      "Paman, bisakah mengantarkan kami ke ayah dan ibu? Lucas merengek untuk bertemu mereka!" alasan Natasha, saat itu Lucas mengangguk sembari menunjukan keimutannya.

       "Bukannya saya tidak mau putri, tetapi raja meminta kami untuk tidak menperbolehkan putri atau pangeran keluar dari sini mengingat ada banyak bahaya di luar sana. Perjalanan ke tempat raja dan ratu lumayan jauh karena mereka akan bertemu dengan kaisar langsung. Harus melewati hutan yang dipenuh makhluk-makhluk aneh dan berbahaya."

Mendengar itu Lucas dan Natasha spontan melihat satu sama lain. Tiba-tiba mereka tersenyum aneh.

     "Oke, kalau paman memang tidak memperbolehkan kami bertemu dengan ibu dan ayah. Kami akan mengadu pada mereka kalau paman tadi tidak menjaga tempat ini dengan baik dan justru pergi berpacaran dengan salah satu pelayanku!" ancam Natasha membuat penjaga itu sedikit terkejut.

      "Maafkan saya putri, tetapi raja dan ratu tidak akan semudah itu percaya den-"

      "Tentu saja percaya, karena yang mengadu nanti Lucas bukan aku. Wlee!"

Natasha mengejek dengan menjulurkan lidahnya.

Penjaga itu nampak kebingungan lantas memilih untuk mengalah.

      "Baiklah, saya akan mengantarkan putri dan pangeran ke kaisaran, tetapi tolong untuk menjelaskan ke pada ratu dan raja kalau ini adalah keinginan kalian. Saya cuma takut d-"

      "Iya, iya."

Akhirnya mereka mulai berangkat dengan beberapa pengawal menggunakan kuda. Mereka berada di setiap sisi kereta kuda demi bisa melindungi putri dan pangeran dari kerajaan Beverly.

Akhirnya mereka memasuki hutan yang di mana sempat penjaga tadi jelaskan. Natasha mengintip dan melihat bagaimana pepohonan itu menjulang tinggi seperti memberi isyarat bahwa kedudukan alam lebih tinggi dibandingkan manusia.

Mengingat bagaimana manusia suka seenaknya menebang pohon, merusak  alam dengan cara mereka sendiri. Namun, semua itu harus ada harga yang dibayar mahal. Bencana alam lah jawaban dari semua perbuatan manusia pada alam.

Baru saja akan duduk kembali, Natasha seperti melihat ada mata yang mengintip dari balik batang pohon. Dia memperhatikannya dengan seksama sampai-sampai salah satu pengawal memintanya untuk masuk.

      "Putri, sebaiknya tidak terlalu menunjukan wajah anda begitu. Takutnya para bandit akan mengetahui keberadaan putri dan mulai menyerang."

Setelah memastikan seseorang yang mengintip tadi sudah menghilang, dia barulah duduk kembali di tempatnya. Lucas sendiri ternyata sudah tertidur, karena memang perjalanannya jauh.

Natasha mengelus pelan rambut sang adik. Dia jadi ingat akan sepupunya yang masih kecil. Mereka suka sekali menempel padanya ketika libur kuliah tiba dan dia pulang kampung.

Entah berapa lama dia tertidur, saat membuka mata dan berniat bertanya mereka sudah di mana, Natasha melihat banyak sekali warga desa yang menunduk memberi hormat.

      "Putri, kita sudah tiba di gerbang kekaisaran."

      "Akhirnya sampai juga."

Dia dapat melihat bahwa matahari hampir tenggelam, jadilah Natasha membangunkan Lucas.

      "Lucas, kita sudah sampai. Cepat bangun, katanya mau bertemu dengan ayah dan ibu?"

Akhirnya pria kecil itu bangun dan menguap.

      "Kita sudah sampai, ya?"

Setelah kereta kudanya berhenti, keduanya lantas turun. Seorang penjaga dari kekaisaran datang.

     "Ini adalah putri dan pangeran dari kerjaan Beverly. Maksud kedatangan adalah untuk menemui raja dan ratu!"

     "Baiklah, mari ikut saya. Akan saya tunjukan kamar raja dan ratu Beverly."

Natasha nampak menggandeng tangan Lucas dan mereka berjalan mengikuti si penjaga itu. Dia sendiri bisa melihat betapa besar tempat itu. Tak henti-hentinya Natasha kagum.

      "Tempat ini lebih besar dari pada kerajaan kita."

Lucas hanya mengangguk, dia juga baru pertama kali datang. Mereka akhirnya tiba di depan kamar kedua orang tuanya.

     "Putri, ini adalah kamar raja dan ratu Beverly."

     "Baik, terima kasih!"

Sepergian pengawal tadi, Lucas spontan membuka pintu kamar hingga memperlihatkan suami istri itu sedang bermesaraan.

Natasha langsung menutup mata Lucas, menariknya keluar dan menutup pintu kembali.

      "Maaf mengganggu waktunya, kami akan menunggu di taman saja!" teriaknya sembari membawa Lucas keluar dengan cara berlari.

      "Sayang, bagaimana bisa anak-anak ke mari?" tanya sang ratu, sejujurnya dia malu saat kepergok oleh anak-anaknya sendiri.

      "Pasti Lucas yang meminta ke sini. Sudahlah kita lanjutkan saja, ada Natasha yang akan menjaga adiknya."

      "Sayang, apa kau senang dengan perubahan Natasha yang sekarang? Dia menjadi gadis yang murah senyum juga menuruti apa kata kita."

Pria itu nampak berpikir, dia juga mendapat laporan dari salah satu orang kepercayaannya yang diperintahkan untuk mengawasi tindakan Natasha.

      "Di sekolah juga, Natasha lebih banyak senyum."

      "Itu bagus. Dia bisa mulai bisa berkomunikasi dengan orang lain dan memperluas koneksinya nanti. Kalau bukan dia yang akan menggantikanmu kelak, lantas siapa lagi? Lucas masih terlalu kecil untuk melakukan pekerjaan yang berat."

      "Kau benar. Semoga saja Natasha nanti bisa memimpin negeri kita dan menjadi seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ayah percaya kalau Natasha adalah anak yang kuat."

      "Iya. Semoga saja!"

Sementara itu di taman nampak Natasha sedang melihat-lihat bunga. Ada tulip, mawar dan sebagainya.

      "Lucas, lihat. Bunga-bunga ini sangat indah!"

Tidak ada jawaban apapun dari Lucas.

     "Lucas!"

Natasha berbalik melihat ke tempat tadi Lucas berdiri dan tidak melihat siapapun di sana.

      "Astaga, Lucas di mana?"

Dia mulai panik saat tak menemukan adiknya. Halaman di sana begitu luas jadi dia kesulitan mencarinya. Jadilah  Natasha meminta tolong pada beberapa penjaga untuk membantunya mencari Lucas.

     "Paman, bisakah kau membantuku? Adikku yang tadi datang bersamaku tidak ada. Apa kalian bisa mencarinya? Aku akan kelelahan jika seorang diri mencarinya!"

Para penjaga itu mengerti dan mulai bergerak mencari. Hampir setengah jam mencari, seorang penjaga berlari ke arah Natasha.

     "Putri, pangeran Lucas ada di taman belakang. Mari ikut saya!"

Dengan perasaan lega, akhirnya Natasha mengikuti penjaga tadi hingga ke taman belakang. Setibanya di sana, dia bisa melihat bagaimana Lucas tengah tertawa riang bersama seorang pria.

     "Putri, itu adalah anak tertua dari kaisar Abraham. Hanya saja saat ini beliau mengalami kecacatan di bagian wajahnya. Saat masih bayi, tempat beliau tinggal terjadi kebakaran hingga membuat wajah sebelah kirinya melepuh."

Natasha dapat melihatnya bagaimana dia menutupi sebelah wajahnya dengan topeng.

      "Banyak cara yang kaisar lakukan untuk membuat gadis bangsawan menyukai pangeran, tetapi semuanya menolak dengan alasan takut keturunan mereka memiliki wajah seperti pangeran. Bahkan sampai sekarang tidak ada satupun perempuan yang mau dengan pangeran. Sedangkan dua pangeran lainnya sudah menikah."

     "Kalau boleh tahu, siapa namanya?"

     "Namanya pangeran Austin. Putri juga kalau tidak mau bertemu dengan pangeran, biar saya saja yang akan memanggil pangeran Lucas."

Natasha segera menggeleng.

      "Tidak perlu, biar aku saja yang ke sana sekaligus memperkenalkan diri dengan pangeran Austin. Terima kasih!"

Setelah Natasha pergi, penjaga itu masih setia menatap punggung perempuan cantik itu.

      "Semoga saja putri Natasha ditakdirkan untuk pangeran Austin. Sebelumnya tidak pernah ada satu orang pun yang berterima kasih padaku, walaupun sebenarnya ini memang kewajiban. Hati yang baik pasti akan dipertemukan dengan jodoh yang baik juga. Semoga Tuhan selalu melindugi kalian."

Natasha dengan langkah yang lumayan ragu mulai mendekat. Dia hanya takut jika Austin nantinya menolak kehadiran dirinya.

     "Salam hormat saya pada pangeran Austin! Maaf mengganggu waktu santai anda, tetapi kedatangan saya ke sini hanya ingin memanggil adik saya."

Austin menatap Natasha. Wajahnya yang cantik itu mampu membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sayangnya dia segera menepis perasaan suka itu, dirinys terlalu tidak percaya diri apalagi dengan fisik yang tidak sempurna. Bahkan gadis kalangan bawah saja menolak dirinya.

      "Apakah dia adikmu? Maaf, tadi dia kehilangan arah jadi aku membawanya ke mari. Nah, Lucas sekarang kakamu sudah datang, pergilah!"

Lucas menatap sendu ke arah Natasha.

     "Aku masih mau main sama kak Austin. Kalau kakak mau, ayo main sama-sama. Kasian kak Austin tidak punya teman. Kita bisa jadi temannya."

Natasha tersenyum melihat kebaikan sang adik.

     "Kalau begitu kau temani pangeran. Oh, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Natasha Beverly, anak tertua dari pasangan Harry Beverly dan Alexandra Beverly!"

      "Aku Austin."

Austin dapat melihat bagaimana Natasha tidak membatasi adiknya bermain dengan dirinya. Jangankan bangsawan, bahkan pelayan saja memperlakukannya dengan tidak baik.

     "Kau tidak takut jika adikmu dibiarkan bermain denganku?" tanyanya penasaran, sementara Natasha sendiri bingung dengan pertanyaan Austin.

      "Mengapa saya harus takut? Saya tidak akan membatasi adik saya ingin berteman dengan siapapun selagi itu baik. Kami dibesarkan dari keluarga yang tidak membatasi apapun. Lucas juga bisa berteman dengan rakyat biasa, asalkan dia tahu batasannya."

Austin tertegun dengan jawaban dari Natasha. Baru kali ini dia menemukan seorang gadis yang bahkan tidak menampilkan ekspresi jijik saat berbicara dengannya.

      "Lalu, apa kau tahu mengapa aku menutupi sebagian wajahku?"

Natasha tersenyum.

     "Salah satu penjaga sudah memberitahukannya pada saya. Sewaktu masih bayi, kekediaman pangeran terbakar hingga membuat wajah pangeran sebagian melepuh."

Austin hanya mengangguk, menyenyangkan juga berbicara dengan Natasha, batinnya.

     "Apakah kau akan jijik dan melarikan diri dari sini saat melihat wajahku seutuhnya?"

     "Apa alasan untuk saya merasa jijik dan melarikan diri?"

     "Aku, kan kuliah dijurusan kedokteran jadi untuk apa jijik," batinnya.

Austin akhirnya melepaskan topengnya dan menunjukan wajahnya. Lucas yang kala itu sedang bermain pun termangu melihat wajah tampan Austin.

      "Wah, pangeran sangat tampan. Kenapa tidak melepas topengnya saja sejak tadi?"

Austin merasa malu dengan penuturan Lucas, dia lantas mengalihkan pandangannya pada Natasha yang diam mematung.

Sejujurnya yang dikatakan oleh Lucas sangat amat disetujui oleh Natasha. Biarpun ada bekas luka bakar, tetapi hal itu tidak mengurangi proporsi ketampanan seorang Austin. Pipinya saja sudah bersemu merah.

Austin yang merasa aneh, pun mulai memakai kembali topengnya.

     "Sudah kudug-"

     "Padahal pangeran sangat tampan, mengapa harus menutupinya?" tanya Natasha secara blak-blakan membuat Austin langsung bersemu merah pipinya.

     "Waduh, mulutku memang sulit dikontrol!"

      "Ahaha, maafkan saya. Se-sepertinya hari sudah mau malam, saya harus kembali."

Natasha langsung berlari dengan wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus, sementara Austin hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu.

     "Lucu juga."

Malam harinya mereka diminta untuk menginap saja di kekaisaran, mengingat perjalan juga sangat jauh. Saat ini Natasha sedang berdiri di depan jendela dengan mengamati bintang. Detik berikutnya dia dikejutkan dengan kehadiran seseorang di balkon kamar yang dia tempati.

Seseorang itu mengetuk pelan jendela Natasha dan memberikannya isyarat untuk keluar. Akhirnya dia membuka jendela dan mulai berjalan ke arah balkon.

     "Pangera Austin? Apa yang anda lakukan di sini?"

     "Hanya ingin menunjukanmu sesuatu. Apa kau suka dengan batu ruby?"

Natasha bingung dan hanya mengangguk. Austin tersenyum lantas mengeluarkan sebuah batu ruby dari dalam saku celananya. Itu berwarna merah dan sangat indah.

Natasha tak percaya, dia akhirnya bisa melihat yang namanya batu ruby.

     "Pangeran, ini sangat indah."

     "Kau mau? Ambillah. Aku masih punya lagi kalau kau menginginkannya."

     "Benarkah ini untukku?" tanyanya dengan antusias.

      "Iya."

Natasha lantas mengambilnya. Dia memperhatikan batu tersebut yang bersinar lumayan terang karena bantuan dari cahaya bulan.

      "Aku tidak pernah melihat batu ruby yang seindah ini. Terima kasih, aku akan menyimpannya dengan baik!"

Austin tersenyum, dia senang saat melihat Natasha tersenyum.

Dia tahu bahwa senyuman gadis di depannya itu sangatlah tulus dan indah.

Bersambung...

03| Masalah pertama

Pagi itu keluarga Beverly kembali ke kerajaan mereka, karena saat ini tempat itu tidak ada yang memimpin ditambah dengan Lucas dan Natasha yang menyusul keduanya.

Saat berpamitan pada keluarga kaisar, Natasha nampak melambai kecil ke arah Austin. Permaisuri yang melihat itu merasa heran. Selama ini tidak ada yang mau tersenyum ke arah Austin, bahkan melihatnya saja enggan.

Austin tersenyum sembari mengangguk. Setelah kepergian keluarga Beverly, permaisuri lantas mengalihkan pandangannya ke Austin.

Merasa diperhatikan, dia lantas menatap ibunya.

     "Ibu?"

     "Tumben kau tersenyum? Apa kalian sudah sedekat itu?" selidik permaisuri.

      "Ti-tidak bisa dibilang dekat juga, bu. Kami baru bertemu kemarin dan hanya dia yang tidak menghindar setelah melihat wajahku. Aku rasa memang masih banyak orang baik di dunia ini termasuk dia."

Permaisuri nampak tersenyum, setelah bertahun-tahun dia dihindari oleh banyak orang termasuk istri dari adik-adiknya sendiri, akhirnya ada orang yang mau berbicara dengannya.

     "Ibu senang. Sebenarnya ibu sudah melihat kalian kemarin waktu di taman belakang. Kau akrab juga dengan anak bungsu dari keluarga Beverly."

     "Lucas namanya. Dia anak yang manis, memiliki kepribadian yang baik juga. Sudahlah, aku harus pergi berlatih dulu."

      "Ya, sudah. Ibu juga harus mengurus adikmu yang bungsu."

Hari ini Natasha tidak masuk sekolah, karena sudah pasti dia akan telat. Mereka bercerita banyak hal selama dalam perjalanan.

Saat memasuki hutan, perasaan Natasha mendadak menjadi tidak enak. Dia lantas mencoba untuk menepis segala pikiran buruk dan berusaha untuk melupakannya.

Namun, tiba-tiba beberapa pengawal berteriak keras hingga kerega kuda itu bergoyang. Saat Natasha hendak mengintip, dia justru dikagetkan dengan kepala salah satu pengawal yang terlempar melewati depan matanya.

Saat itu juga Natasha dapat merasakan adanya energi negatif yang mendekat. Jumlahnya sekitar ada lima dengan salah satu dari mereka ada yang kuat energinya.

     "Ibu, ayah. Sepertinya ada yang mendekat. Aku bisa merasakan ada lima energi negatif. Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya panik.

Kedua pasangan itu saling melihat lantas mengangguk mantap.

     "Natasha, kau bisa menungganggi kuda, kan? Bawa Lucas pergi dari sini dengan kuda. Sisanya serahkan saja pada ayah dan ibu!"

Mendengar itu, Natasha bertambah panik. Pasalnya dia memang tidak bisa menunggangi kuda.

     "Tapi bu, a-aku tidak bis-"

     "Tidak ada waktu lagi. Natasha dengarkan ayah, jika tidak ada kabar dari kami maka kau yang harus mengurus kerajaan. Tanggung jawab menjadi seorang pemimpin ada di tanganmu. Jangan bilang tidak bisa kalau belum mencobanya. Ayah titip adikmu, pergilah. Kami akan melindungi kalian."

Mendengar itu Natasha hanya bisa mengangguk lantas berlari keluar dengan menarik tangan Lucas. Ada satu kuda yang telah terpisah dari tuannya. Salah satu pengawal pun membantu mereka untuk naik.

     "Putri, tolong jaga keselamatan anda dengan pangeran. Sekarang masa depan kerajaan Beverly ada di tangan anda!"

Pengawal tadi lantas memukul kuda dibagian belakang hingga berlari ke depan.

Lucas sudah menangis sembari berteriak memanggil raja dan ratu.

     "Ibuuu, ayaaah. Jangan tinggalkan Lucasss!"

     "Lucas, berhenti menangis. Sekarang kita berada di situasi yang genting. Kau akan membuat kakak tidak bisa fokus!"

Walaupun begitu, Natasha aslinya lebih terpukul apalagi setelah mendengar ucapan mereka. Seakan semuanya sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi suatu saat.

Natasha merasakan adanya satu energi negatif yang mengikuti mereka, dia terus menambah kecepatan lari kuda itu. Dia bahkan tidak pedul jika harus terluka, asalkan mereka bisa tiba di tujuan dengan selamat.

Tiba-tiba saja Natasha tidak merasakan energi negatif itu di manapun. Dia lantas memilih untuk menperlambat lari kuda itu. Mereka juga kini sudah keluar dari hutan dengan perasaan yang lega.

      "Kak, bagaimana dengan ibu dan ayah? Mereka akan kembali, kan?" tanya Lucas dengan mengelap air matanya.

      "Mereka pasti kembali, karena mereka adalah raja dan ratu kerajaan Beverly. Mereka punya tanggung jawab untuk memakmurkan rakyatnya."

Natasha sejak tadi menahan tangis, dia sedang berusaha tegar agar sang adik percaya. Setelah beberapa jam akhirnya mereka tiba di desa. Banyak warga yang melihat kondisi baju Natasha robek akibat terkena ranting kayu.

     "Astaga, apa yang terjadi dengan putri?"

     "Kenapa pangeran Lucas menangis?"

Mereka hanya bisa bertanya tanpa berani untuk mendekat. Setibanya di gerbang, para penjaga langsung belari ke arah putri.

     "Putri, pangeran. Apa yang terjadi? Mengapa hanya menunggangi kuda saja?"

Natasha seperti enggan menjawab dan memilih untuk masuk saja, tetapi sebelum itu dia menyempatkan untuk menyuruh mereka membawa Lucas ke kamarnya.

      "Tolong bawa Lucas ke kamarnya, aku sedang tidak ingin diganggu!"

Lucas menatap Natasha dengan perasaan bingung. Jika kedua orang tua mereka akan kembali, lantas mengapa gadis itu nampak tidak bersemangat sama sekali?

      "Paman, ibu dan ayah akan baik-baik saja, kan?" tanyanya membuat mereka kebingungan.

      "Memangnya apa yang terjadi pangeran?"

Mereka akhirnya membawa Lucas sembari mendengarkan ceritanya.

     "Tadi sewaktu di jalan, ada suara gaduh diluar kereta kuda. Terus ayah sama ibu bilang untuk aku dan kak Natasha pergi dari sana menaiki kuda. Aku juga sempat melihat paman yang membawa kami ke sana sudah tidak bernapas lagi."

Mendengan penuturan itu, mereka sontak terkejut.

     "Beritahu ketua keadaan darurat ini, kita harus bisa menyelamatkan raja dan ratu. Cepat!"

Lucas hanya dapat melihat para penjaga itu berlarian ke sana dan ke mari.

     "Paman, kenapa mereka semua terlihat sibuk?"

     "Pangeran, dengarkan saya. Beberapa tahun ke depan pangeran akan mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Pangeran akan saya antar ke kamar untuk membersihkan diri lalu beristirahat. Tolong untuk selalu berada di sisi putri."

Di sisi lain Natasha nampaknya tengah menangis. Dia menutupi wajahnya dengan bantal. Pintu pun dia kunci dengan beberapa kali ketukan dari pelayan pribadinya.

      "Putri, anda baik-baik saja? Tolong berbicaralah, kami semua khawatir dengan kondisi anda."

Natasha masih menangis. Apa yang membuatnya begitu terlihat menderita?

Dikehidupan yang sebenarnya, Natasha hanyalah anak yatim piatu dan dia sejak kecil tinggal bersama sang nenek. Namun, neneknya kembali menyusul kedua orang tuanya saat dia masuk kuliah. Jadi bayangkan berapa lama dia tidak merasakan kasih saya dari orang tua?

Saat dia sudah merasakannya, hal itu direnggut juga. Natasha menangis hingga tertidur pulas. Salah satu penjaga datang untuk mendobrak pintu kamar putri, walaupun mereka sudah dilarang untuk tidak membukanya.

Pintu itu terbuka dengan menampilkan keadaan Natasha yang sudah berantakan. Matanya sembab akibat menangis sedari tadi, bahkan air matanya pun masih saja membasahi bantal.

Pelayan pribadi Natasha yang diketahu bernama Rose mulai mendekat.

     "Astaga putri, sebenarnya apa yang terjadi sampai anda menangis begini."

Entah berapa lama Natasha tertidur, dia terbangun dan melihat sekelilingnya. Ada Rose selaku pelayan pribadi, Lucas dan sepasang suami istri yang telah tua.

      "Natasha, akhirnya cucuku bangun. Ayo sayang, kau harus mengisi perutmu. Tidak baik tertidur dengan perut yang kosong."

Lucas memperhatikan penampilan kakaknya.

      "Mata kakak kenapa? Siapa yang sudah memukul kakak?"

Natasha masih diam dan memperhatikan mereka.

      "Aku mau mandi, tolong biarkan aku sendiri dulu."

Natasha akhirnya beranjak dari sana, Rose lantas membantu gadis itu untuk melepaskan pakaiannya.

     "Akan saya siapkan airnya."

     "Nenek, siapa yang sudah membuat mata kakak bengkak?" tanya Lucas dengan polosnya.

     "Sayang, kita keluar dulu, ya. Kakakmu butuh waktu untuk sendiri, ayo. Nenek akan buatkan Lucas dengan kue yang paling enak."

     "Wah, benarkah? Asiikk!"

Setelah kejadian itu, berita kematian raja dan ratu Beverly pun menyebar cepat. Banyak yang menduga-duga bahwa mereka meninggal dikarekanan kesulitan melawan.

Banyak rumor yang beredar tentang siapa pelaku sebenarnya. Padahal mereka tahu betul, raja Beverly memiliki kekuatan sihir yang paling terbaik dari raja-raja lainnya. Jika sampai membunuh mereka, itu berarti pelakunya jelas lebih tinggi sihirnya.

Sudah sekitar tigas hari Natasha tak menampakan dirinya di luar, bahkan ketika keluarga kekaisaran datang pun dia enggen menampakan diri.

      "Aku tidak boleh terus-terusan begini. Ada banyak rakyat yang membutuhkan peminpin baru. Ibu dan ayah juga pasti sudah menduga hal ini akan terjadi, jadi mari kita bangkit."

Natasha berjalan ke arah cermin, menatap dirinya yang terlihat lumayan kacau.

     "Aku tidak bisa bertemu dengan para bangsawan dengan penampilan seperti ini."

Setelah menyelesaikan mandi dan berganti pakaian, Natasha bergegas keluar. Dia membuka pintunya lebar-lebar hingga membuat para penjaga itu terkejut.

      "Tolong katakan pada bangsawan di ruang pertemuan, aku akan sedikit terlambat datang!"

      "Baik."

Natasha berjalan ke arah dapur, dia melihat beberapa pelayan sedang memasak. Benar, sekarang sudah siang dan waktunya untuk makan siang.

     "Tolong segera sajikan makannan di atas meja."

Mereka terkejut kala melihat Natasha yang sudah berdiri di ambang pintu dapur.

      "Baik putri!"

Natasha lantas kembali berjalan ke arah ruang pertemuan. Dia tahu, walaupun kinerjanya nanti masih berkurang, tetapi dia berjanji akan menjaga kerajaan ini dengan taruhan nyawanya.

     "Putri Natasha Beverly memasuki ruangan!"

Pintu terbuka menampilkan sosok Natasha yang saat itu terlihat berbeda. Beberapa bangsawan yang belum pernah melihat wajah asli Natasha pun terpukau melihat kecantikannya. Dia lantas meduduki tempat biasa sang ayah duduk.

     "Maaf telah membuat anda sekalian menunggu. Jadi mari kita mulai saja."

     "Begini putri, kami tadi sempat berdiskusi mengenai pembuatan patung raja dan ratu di halaman utama. Setidaknya penerus-penerus kita nantinya penasaran dan mencari tahu tentangnya. Jasa mereka terlalu banyak hingga meninggalkan kenangan bagi kami dan warga desa."

     "Benar, putri. Raja telah membawa kedamaian pada negeri ini sehingga banyak sekali rakyatnya yang makmur."

Natasha hanya mengangguk mendengar pendapat mereka.

      "Aku setuju. Silahkan kalian buat patungnya, untuk urusan biaya biar aku bicarakan dengan grand duke."

Tiba-tiba seorang pria mengambil alih pembicaraan.

     "Maaf sebelumnya putri, kami juga tadi sempat membahas mengenai pergantian raja. Mengingat kursi pemimpin kerajaan tidak boleh terlalu lama kosong."

Natasha masih memperhatikan tanpa ada senyuman.

       "Melihat putri yang masih terbilang muda dan pendidikannya juga belum terselesaikan, bagaimana jika pemimpin kerajaan digantikan oleh anak saya. Umurnya sudah cukup untuk bisa membawa negeri ini ke zaman yang lebih damai dan putri bisa fokus pada pendidikan. Setelah pendidikan putri selesai, barulah posisi itu akan dikembalikan!"

Natasha adalah gadis yang tidak terlalu percaya dengan orang asing. Ya, bagi dia mereka yang tengah duduk dengannya saat ini adalah orang asing.

Beberapa bangsawan nampak tidak setuju, mereka juga terlihat tidak senang dengan ucapan tersebut.

     "Jika anda mau menjadikan anak anda sebagai raja, maka anda bisa menemui raja terdahulu dan meminta izinnya."

Mereka semua terkejut dengan ucapan Natasha.

      "Aku tidak bisa memberikan posisi penting itu pada orang yang jelas-jelas belum aku kenal dengan baik. Ayahku telah menitipkan negeri ini padaku, memintaku menjadi pemimpin menggantikannya. Aku tentu akan menurutinya, kita tidak tahu apa rencana anda ketika telah berhasil mendapatkan posisi tersebut."

Mendengar itu, dia hanya mampu tersenyum. Ternyata sulit juga untuk bernegosiasi dengan Natasha.

     "B-bukan begitu putri. Anda harus menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu jadi an-"

      "Aku masih memiliki kakek, mantan raja terdahulu sebelum ayahku. Jadi kakekku bisa meminpin negeri ini sampai pendidikanku selesai. Baiklah, rapatnya cukup sampai di sini."

Setelah rapat selesai, semuanya kembali ke kediaman mereka masing-masing. Di salah satu mansion, terlihat sebuah keluarga tengah berkumpul.

      "Jadi kita gagal untuk mendapatkam posisi itu, ayah?" tanya seorang pria dengan rambut hitamnya.

      "Gadis itu ternyata tidak bodoh. Sekarang yang harus kita lakukan adalah menyingkirkan siapapun yang akan menjadi pengganti sementara biarpun itu raja terdahulu sekalipun."

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!