30 Hari Di Pesantren

30 Hari Di Pesantren

Bab 1. Prolog

Hari ini, Rifan bersama kedua orangtuanya nekat mendatangi kediaman seorang gadis muda nan cantik yang merupakan kekasih Rifan. Mereka sudah menjalin hubungan sekitar tiga tahun, tepatnya ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Kini Rifan merasa sudah cukup umur untuk melangsungkan pernikahan, terlebih ia juga sudah mendapat pekerjaan dan ia yakin dapat menafkahi istrinya nanti setelah menikah.

Setelah mendapat persetujuan dari Mecca, nama kekasih Rifan. Akhirnya Rifan mengajak ibu dan ayahnya untuk berangkat menuju rumah gadis itu, dengan bermodalkan tekad serta barang-barang seserahan, ia berharap keluarga Mecca mau menerima lamaran ini dan memberi restu baginya untuk menikahi Mecca. Meski Rifan tahu bahwa orang tua Mecca sedikit tak menyukainya, sebab Rifan sadar dirinya bukan lah seorang ahli agama.

TOK TOK TOK...

"Assalamualaikum, permisi!" ucap Haidar, sang ayah dari Rifan yang turut menemani putranya itu melamar sang kekasih.

Entah kenapa Rifan tiba-tiba merasa gugup, ia menjadi tidak percaya diri saat mereka telah sampai di depan rumah keluarga Mecca itu. Tampak nafasnya memburu dan detak jantungnya semakin terasa kencang tak karuan, sungguh Rifan sangat cemas jika lamarannya kali ini ditolak.

"Fan, kamu kenapa? Keringat kamu sampai deras banget begini loh," ujar Amira, ibu kandung Rifan yang terkejut ketika menyadari putranya tampak begitu gugup.

"Eee a-aku gapapa kok bun, bunda gausah khawatir begitu," jawab Rifan berbohong.

"Yasudah, kamu harus tenang Rifan! Ini kan atas kemauan kamu sendiri, jadi ya kamu harus bisa kendalikan diri kamu!" sahut Haidar.

"Iya yah, ayah sama bunda tenang aja karena aku udah persiapin diri kok!" ucap Rifan.

Amira tersenyum seraya mengusap wajah putranya itu, ia awalnya memang tak setuju saat Rifan mengatakan ingin segera menikah, tapi mau bagaimana lagi ia tidak mungkin bisa melarang keinginan Rifan, putra kesayangannya itu.

Ceklek

Tak lama pintu pun terbuka, tampak sosok Baron sang ustadz di kampung tempat tinggalnya itu muncul dari balik pintu dengan pakaian kebesarannya. Baron tersenyum datar melihat kedatangan keluarga Rifan disana, ia melebarkan pintu dan mempersilahkan Rifan serta orangtuanya masuk ke dalam.

"Waalaikumsalam, eh kalian sudah datang ternyata. Mari mari masuk semuanya, kebetulan kita juga sudah menunggu daritadi!" ucap Baron.

"Iya abi, maaf banget ya kita agak terlambat? Tadi soalnya tiba-tiba ada kendala di jalan, ban mobil kita mendadak kempes. Padahal sebelumnya baik-baik aja kok," ucap Rifan sambil tersenyum.

"Ya gapapa, sudah ayo masuk semuanya!" ucap Baron dengan ramah tamah.

Tanpa menunggu lama lagi, rombongan keluarga Rifan itu pun mulai memasuki rumah Mecca dengan tuntunan Baron. Mereka dituntun sampai menuju sofa dan dipersilahkan duduk, tampak disana sudah tersedia cukup banyak makanan serta minuman yang mungkin memang sengaja disiapkan untuk menyambut kedatangan mereka.

Rifan cukup senang melihat itu, tandanya keluarga Mecca mau menerima kehadiran dirinya yang ingin mempersunting anak gadis mereka dan membawanya ke dalam ikatan hubungan yang lebih erat dan tentunya sah. Namun, di ruang tamu itu yang terlihat hanyalah Baron beserta istrinya yang biasa dipanggil ustadzah Maryani.

"Assalamualaikum, umi.." Rifan mengucap salam dan menyapa Maryani sambil tersenyum, diikuti oleh kedua orangtuanya yang melakukan hal serupa.

"Waalaikumsallam, selamat datang nak Rifan dan keluarga! Silahkan duduk semua, maaf ya jamuan kami hanya seadanya!" ucap Maryani.

"Ah gapapa umi, segini juga sudah banyak kok. Kami sekeluarga justru yang seharusnya minta maaf karena merepotkan," ucap Amira.

"Gak sama sekali kok Bu, kami justru senang dengan kehadiran nak Rifan beserta ibu dan bapak," ucap Maryani.

Rifan bersorak dalam hati, ia benar-benar bahagia saat ini karena mengira lamarannya akan berjalan lancar setelah sambutan hangat yang diberikan Maryani serta Baron barusan padanya. Ia dan kedua orangtuanya sudah duduk bersama di sofa, begitu juga dengan Baron dan Maryani yang turut terduduk berhadapan.

"Jadi, pak Haidar dan Bu Amira ini ada keperluan apa datang kesini?" tanya Baron langsung memulai obrolan.

"Iya pak itu dia, saya selaku ayah dari Rifan hanya ingin mewakilkan dia untuk mengatakan tujuan kami sesungguhnya datang ke rumah ini. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah untuk melamar putri bapak, Mecca Meidiana," jawab Haidar.

Rifan tersenyum sembari menundukkan kepala, dalam hatinya ia bertanya-tanya dimana Mecca dan mengapa gadis itu belum muncul sampai saat ini. Padahal ia sudah sangat rindu dan ingin segera bertemu dengan kekasihnya itu, apalagi sudah lumayan lama mereka tak bersua.

"Silahkan Rifan, kamu sampaikan langsung dong keinginan kamu!" ucap Haidar.

"Eee i-i-iya yah," ucap Rifan dengan gugup. Perlahan ia pun mulai memberanikan diri menatap wajah Baron yang terlihat sangat di depannya.

"Abi, sa-saya..." belum sempat Rifan selesai bicara, tiba-tiba Baron mengangkat telapak tangannya dan membuat Rifan keheranan.

"Ada apa Abi?" tanya Maryani pada suaminya.

"Gapapa, Abi cuma minta Rifan buat bicara langsung sama Mecca nanti. Percuma dong kalau dia bicara sekarang, kan yang mau dilamar itu Mecca bukan Abi," jawab Baron disertai kekehan.

"Hahaha, Abi ini bisa aja. Ya tapi bener sih yang dibilang Abi, kamu tunggu sebentar ya Rifan sampai Mecca datang?" sahut Maryani.

"I-i-iya umi, saya juga daritadi cari-cari Mecca. Emangnya dia kemana ya umi?" ucap Rifan.

"Mecca ada kok di dalam, dia lagi siap-siap aja dibantu sama adiknya. Paling juga sebentar lagi dia keluar kok, soalnya udah lumayan lama dia dandan tadi," ucap Maryani.

"Oalah, iya gapapa umi saya sabar kok tunggu Mecca sampai keluar," ucap Rifan tersenyum.

Mereka akhirnya terpaksa menunda pembicaraan, lalu sambil menunggu kedatangan Mecca, mereka mulai berbincang-bincang kecil dan menikmati cemilan yang sudah disediakan. Namun, Rifan tampak gemetar dan gugup sebab ia baru pertama kali ada dalam kondisi seperti ini.

Tak lama kemudian, yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Mecca dengan penampilan cantiknya keluar dari kamar dan berjalan ke arah kerumunan orang itu bersama sang adik yang setia menemani, ya Mecca pun tak kalah gugupnya dengan Rifan karena ia akan segera dilamar oleh pria itu.

"Nah, itu dia Mecca nya keluar. Ayo ayo sini duduk sayang! Tuh Rifan sama keluarganya udah nungguin kamu tau," ucap Maryani.

"Iya umi," lirih Mecca sembari duduk di sebelah ibu serta ayahnya itu, begitu juga dengan sang adik yang turut terduduk disana.

Rifan hanya bisa melongok menatap wajah Mecca yang tampak lebih cantik dari biasanya, ia tak percaya jika sebentar lagi kekasihnya itu akan resmi ia lamar dan hubungan mereka bisa terus berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Inilah yang sudah lama Rifan nanti-nantikan.

"Ehem ehem.." suara deheman Baron membuat lamunan Rifan buyar dan seketika mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

bobo

bobo

aku mampir thor.trimakasih undangany..smg sukses sll y thor

2023-05-14

1

Maharani Rania

Maharani Rania

kurang sreg nama ustadz ko Baron

2023-05-01

1

'"d'azZam'🍁💞

'"d'azZam'🍁💞

baru mampir

2023-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!