Saat Cinta Harus Memilih
Zahrani seorang perempuan muda yang masih berusia dua puluh delapan tahun dan seorang janda anak satu.
Hidup sebatang kara, karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Zahrani tidak punya saudara karena dia anak tunggal. Keluarga dari ibu juga ayahnya kebanyakan berada di luar pulau Jawa.
Zahrani benar benar hidup sebatang kara.
Setelah bercerai dari suaminya yang suka KDRT dan selingkuh.
Zahrani memutuskan untuk meninggalkan rumah miliknya yang dibangun bersama sang suami. Tak ingin terlibat apapun dengan mantan suaminya, Zahrani memilih pindah dan tinggal dirumah peninggalan orang tuanya bersama Aslan, anak Zahrani dari pernikahannya bersama Fajar.
Aslan saat ini berusia lima tahun dan sudah mulai akan masuk sekolah taman kanak-kanak.
Zahrani yang baru saja pindah, langsung mendaftarkan Aslan di sekolah TK terdekat.
Berbekal uang dari penjualan mobil sebagai harta Gono gini, Zahrani mulai merintis kehidupan barunya dikampung kelahirannya.
Zahrani juga masih memiliki sawah warisan dari orang tuanya yang tidak pernah Fajar tau. Karena Zahrani tidak pernah memberitahu pada mantan suaminya itu.
"Bunda, sekarang kita akan tinggal dirumah eyang terus ya?" tanya Aslan dengan wajah lugunya, anak berusia lima tahun itu terlihat begitu antusias dan sangat senang tinggal di kampung, karena banyak teman sebayanya yang sangat ramah dan baik.
"Iya sayang. Kita akan tinggal di sini terus. Aslan juga akan mulai masuk sekolah di sini.
Aslan gak boleh rewel ya, temani bunda. Kita akan bahagia tinggal di rumah eyang, nak!" sahut Zahrani dengan senyuman hangat.
"Oke!
Aslan janji gak bakalan nakal kok, Aslan pasti akan nurut sama omongan bunda. Dan Aslan akan belajar yang rajin, biar bisa jadi tentara." Aslan dengan wajah lucunya membalas ucapan bundanya dengan ceria, membuat Zahrani begitu bangga dan bahagia memiliki anak secerdas dan sebaik Aslan.
"Aslan main di halaman depan dulu ya, bunda mau bersih bersih di dalam.
Biar rumahnya nyaman lagi karena debunya dibersihkan, oke sayang!"
"Siap bunda!" Aslan berlari kecil di halaman depan rumahnya dan mulai bermain robot robotan miliknya.
"Asalamualaikum.
Zahra, ini aku Siska!"
Zahra yang berada di dalam dan fokus membersihkan setiap sudut rumah tidak mendengar jika diluar ada tamu yang datang.
Aslan yang paham jika sedang ada tamu langsung berdiri dan meninggalkan mainannya untuk membukakan pintu pagarnya.
"Hai anak ganteng, bunda ada di dalam ya?" sapa Siska saat melihat Aslan yang tengah membuka pintu pagar.
"Iya, Tante!
Bunda sedang bersih bersih debu di dalam rumah!" sahut Aslan lugu dengan wajah imutnya.
"Duh pinter nya anak ganteng, boleh kenalan gak nih?" ujar Siska gemas sambil mencubit gemas pipi gembil Aslan.
"Boleh!
Namaku Aslan, umurku lima tahun!
Tante ini siapa namanya, kenapa nyariin bunda?" balas Aslan dengan begitu lancarnya, semakin membuat Siska gemas pada bocah usia lima tahun di hadapannya itu.
"Nama Tante, Siska, sayang!
Tante temennya bunda Zahra!
Boleh antar Tante ketemu bunda di dalam?" sahut Siska lembut dengan senyuman hangatnya, membuat Aslan merasa nyaman di dekat Siska yang memang sangat menyukai anak kecil.
"Asalamualaikum!" Siska masuk ke dalam rumah bersama Aslan , dan terdengar jawaban salam dari arah dapur.
"Waalaikumsallm.
Ya ampun, ini kamu Siska?" teriak Zahra kaget melihat kedatangan sahabatnya, yang sudah lama tidak berjumpa.
"Iya ini aku, kamu apa kabar, Ra?
Aku kangen banget!
Tadi aku dikasih tau sama mas Fahri, katanya lihat kamu dirumah. Aku langsung kesini, eeh ternyata benar. Masyaalloh!" sahut Siska antusias dengan senyuman yang tak lepas dari bibir tipisnya.
"Maaf ya, rumahku masih kotor, maklum lama gak ada yang nempatin.
Yuk kita ngobrol di depan saja, disini masih banyak debunya." Zahra sungkan pada sahabatnya, lama tidak ketemu membuat suasana canggung, namun Siska dengan sikap cerianya langsung bisa mencairkan suasana.
"Aku sengaja kesini ingin melihat kamu dan juga ingin bantu kamu bersih bersih. Yuk terusin saja bersih bersihnya, aku bantuin!" Siska Menaik turunkan alisnya dengan senyuman tulus ke arah Zahra yang langsung memeluknya dan mengucapkan rasa bahagianya, ternyata sahabatnya tidak berubah, dia masih begitu baik dan ceria seperti dulu.
Zahra dan Siska langsung bergerak dengan gesit membersihkan semua sudut ruangan, sehingga hanya dalam waktu dua jam, rumah sudah terlihat bersih dan rapi.
Zahra membuatkan es teh untuk Siska dan mereka mengobrol di ruang tamu.
"Apa benar kamu sudah cerai, Ra?" tanya Siska membuka obrolan setelah sekian menit mereka saling diam.
"Iya, sis!
Makanya aku pulang kerumah orang tuaku. Ingin hidup tenang dengan anakku di sini, tanpa ada gangguan dari mantan suamiku." Zahra tersenyum masam, malu juga sedih dengan masalah rumah tangganya yang hancur karena ulah orang ketiga.
"Apa Fajar sudah benar benar membuat kamu terluka, sampai kamu memutuskan untuk bercerai?
Dan apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Siska menatap sendu pada sahabatnya yang terlihat masih ada kepedihan di sorot matanya.
"Aku akan mulai cari kerja, Sis!
Dan nanti tolong bantu aku cari orang yang bisa di percaya untuk jaga anakku, tapi kalau aku sudah dapat kerjaan." sahut Zahra dengan senyuman tipisnya menatap kearah sahabatnya dengan rasa sungkan.
"Mas Fajar selingkuh, dan selingkuhannya tengah hamil tua, minta dinikahi dan menuntut tanggung jawab. Aku gak mau di madu karena kamu tau sendiri gimana mas Fajar, dia sangat temperamental dan selingkuhannya bermulut tajam. Aku seringkali di teror dengan kata kata kasar dan keluarga perempuan itu juga tidak segan mencaci maki aku untuk aku menerima perempuan itu jadi istrinya mas Fajar.
Yasudah, dari pada hidupku susah dan men-deri-ta karena makan hati oleh sikap mereka.
Aku memutuskan untuk mundur.
Awalnya mas Fajar gak mau, tapi aku tetap pada keputusan ku, dan sekarang kita sudah resmi cerai." Zahra mengatakan apa yang terjadi pada rumah tangganya tanpa mau mengurangi atau menambahinya.
Siska hanya bisa beristighfar mendengar cerita sahabatnya itu. Prihatin dan juga salut pada Zahrani yang masih bisa tegar menghadapi setiap ujian hidupnya.
"Mas Samudra pasti kaget tau kamu balik kesini.
Sekarang dia sudah sukses, Ra!
Anaknya dua bersama Andini. Kalau ketemu, masih sering nanyain kabar kamu ke aku. Sepertinya Mas Samudra memang begitu mencintai kamu, buktinya dia tidak pernah bisa melupakan cinta pertamanya, yaitu kamu!"
"Apaan sih, jangan ngomong sembarangan, gak enak kalau ada yang dengar. Bisa jatuhnya fitnah!
Bahaya ah!" Zahra tiba tiba teringat dengan sosok Samudra, pria kharismatik yang sampai kini masih melekat di relung hatinya terdalam.
Hanya mampu menyimpan perasaan tanpa bisa mengucapkan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
aku .mampir thor
2023-06-01
1
Pinka 77
sabar ya zahra
2023-03-31
1
վմղíα | HV💕
salam kenal thor mampir juga kecerita ku 👃
2023-03-29
1