sepeda

"Yasudah gak usah bahas mas Fahri, biarin saja.

Kamu gak masak kan hari ini?

Aku tadi masak banyak dirumah, biar habis ini aku ambilin buat kamu sama Aslan. Anggap saja aku menjamu kedatangan kamu di kampung kita, iya gak?" Siska Menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar ke arah Zahra yang langsung ketawa melihat tingkah sahabatnya itu.

Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol dan mengenang masa lalu, Siska Lakitan pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, suaminya sebentar lagi pasti pulang dari kantor tempatnya bekerja. Dan Zahra juga waktunya untuk memandikan Aslan.

"Bunda, Aslan mau punya sepeda kayak teman teman disini, semuanya naik sepeda bareng bareng." celoteh Aslan saat Zahra tengah memandikannya di belakang rumah. Rumah peninggalan orang tua Zahrani memang sangat luas, di halaman belakan masih ada lahan yang cukup luas dan sudah di pagar tembok tinggi menjulang, Zahrani berniat mau membuat taman di belakang rumahnya dan dikasih kolam ikan.

"Insyaallah nanti bunda belikan, tapi gak harus baru ya nak, karena bunda belum dapat pekerjaan. Gak papakan sayang?" sahut Zahrani lembut sambil mengusap tubuh Aslan dengan sabun.

"Gak papa kok bund, asal Aslan bisa ikut main naik sepeda sama teman teman disini." jawab Aslan senang dengan senyuman lebar dan terlihat begitu nyaman berada di lingkungan kampung, karena banyak anak anak yang bermain dengan bebas. Beda saat tinggal di kota, Aslan hanya bisa bermain di dalam rumah saja.

"Kalau begitu, besok kita beli sepedanya ya sayang. Kita akan minta tolong sama Tante Siska untuk menemani beli. Oke?" Zahrani merasa lega, karena sang anak tidak rewel dan justru terlihat begitu nyaman berada di rumah orang tuanya.

Saat Zahrani sedang asik menemani Aslan nonton televisi, terdengar suara salam dari arah luar.

Ternyata Siska dan suaminya yang datang berkunjung, dengan membawa beraneka macam makanan yang di taruh di wadah.

"Ya ampun kamu kenapa repot repot begini sih, sis?" sambut Zahra yang kaget dengan bawaan Siska, ada begitu banyak makanan dan jajanan yang dia bawa sama suaminya.

"Ish GR, ini bukan buat kamu saja lah.

Kita akan makan bareng bareng disini, boleh kan?" sahut Siska sambil tersenyum lebar dan membuat Zahra ikut tersenyum dengan tingkah ceria sahabatnya itu.

"Wah beneran?

Boleh dong, justru aku seneng banget.

Kita makannya dimana, gelar karpet saja ya diruang tengah, biar lebih leluasa." sambut Zahra yang langsung cekatan mengambil karpet dan menggelarnya di ruangan tengah.

Siska dan suaminya meletakkan makanan yang mereka bawa di atas karpet lalu duduk disana.

"Aku buatkan minumnya ya, mau apa?" Zahra berdiri dan akan melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman.

",Kita teh hangat saja lah, Ra!

Dan jangan lupa siapkan es teh dua ya, buat mas Fahri dan anaknya. Mereka sedang jalan menuju kesini." sahut Siska santai, pura pura tak melihat wajah Zahra yang terkejut.

"Mas Fahri juga mau kesini, sis?" Zahra bertanya dengan wajah yang tak biasa. Membuat Siska paham kalau sahabatnya ada rasa tak nyaman pada kakaknya karena dulu pernah menolak cintanya Fahri.

"Kamu tenang saja, Mas Fahri gak bakalan ungkit ungkit kisah masa lalu. Sudah santai saja kali, gak usah tegang begitu." sahut Siska dengan sikap cueknya, dan beralih pada Aslan lalu mengajaknya gabung untuk duduk bersama menikmati hidangan yang ada.

"Tau ah!" Zahra berusaha cuek dan memilih pergi ke dapur melanjutkan rencananya untuk membuat minuman. Dua gelas teh hangat, dia gelas es teh, satu gelas susu, dan satu gelas jeruk hangat.

Saat Zahra kembali dari dapur, ternyata Fahri dan anak gadisnya sudah ada bersama Siska dan suaminya. Bahkan Fahri terlihat tengah memangku Aslan dan mengajaknya bermain.

"Ra!" Fahri menatap Zahra dengan wajah tak biasa tersimpan sorot sendu di kedua bola matanya yang tajam. Cinta di hatinya masih utuh untuk seorang Zahrani.

"Mas Fahri, apa kabar?" sambut Zahra yang menelangkupkan kedua tangannya di dada.

"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat sekarang, sehat dan masih ganteng!" sahut Fahri yang menjawab dengan pedenya, membuat Siska mencebik kesal dengan kelakuan kakak laki lakinya.

"Malu tuh sama umur, sudah tua juga. Gayanya kayak ABG!" sungut Siska membuat Zahra tak bisa menahan tawanya. Membuat Fahri semakin terpesona dengan wajah cantik nan teduh wanita di hadapannya.

"Faktanya memang begitu, kakak kamu memang tampan juga masih terlihat sangat muda. Bener kan, Ra?" balas Fahri yang mengedipkan matanya ke arah Zahra yang terlihat merona dengan tingkah lucu laki laki yang dari dulu selalu membuat hatinya penuh canda.

"Ah lebay!" cebik Siska namun juga tak bisa menahan geli dengan sikap sang kakak.

Canda tawa terdengar dari dalam rumahnya Zahra, kehadiran Siska dan keluarganya membuat hidup Zahra memiliki warna tersendiri.

Bahkan Adelia, anaknya Fahri merasa cocok main dengan Aslan. Membuat Fahri sangat senang.

"Kalau begitu kita pamit dulu ya, Ra!

Besok kita berangkat jam sepuluh pagi saja, kita akan menghabiskan waktu seharian buat belanja. Suamiku sudah kasih ijin kok, iya kan sayang?" Siska menatap suaminya manja dan disambut senyuman hangat oleh suaminya, Zahra ikut senang melihat keharmonisan rumah tangga sahabatnya.

"Memangnya kalian mau pergi kemana, kok gak ajak ajak?" sahut Fahri yang ikut menimpali ucapan Siska.

"Mau anterin Zahra belanja kebutuhan rumah, dan juga mau cari motor juga sepeda buat Aslan." sahut Siska menjelaskan.

"Sepeda kecil ya, dirumah ada punyanya Adel, kasih bagus kok, sudah gak kepakai, kalau kamu gak keberatan, biar di pakai sama Aslan. Adel sudah besar jadi sepedanya yang kecil nganggur." sambung Fahri dengan wajah seriusnya, membuat Siska langsung mengiyakan, karena tadi tidak punya pikiran sampai kesana.

"Betul itu, gimana Ra?

Dari pada beli, uangnya bisa buat yang lain kan, beli barang yang lainnya. Nanti juga sebentar lagi Aslan besar, ganti lagi sepedanya." usul Siska yang setuju dengan ide kakaknya.

"Aku tadinya juga niat mau beli yang bekas saja, tapi kalau di kasih sama mas Fahri juga gak papa, asal tidak memberatkan." sahut Zahra merasa sungkan dan membuat Fahri tertawa gemas dengan wajah ayu di depannya.

"Gak kok Tan, sepedanya memang sudah gak di pakai Adel lagi, sudah gak muat soalnya." Adelia ikut menimpali dan juga mendukung ide papa dan tantenya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

suka

2023-06-01

1

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!