Zahrani seorang perempuan muda yang masih berusia dua puluh delapan tahun dan seorang janda anak satu.
Hidup sebatang kara, karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Zahrani tidak punya saudara karena dia anak tunggal. Keluarga dari ibu juga ayahnya kebanyakan berada di luar pulau Jawa.
Zahrani benar benar hidup sebatang kara.
Setelah bercerai dari suaminya yang suka KDRT dan selingkuh.
Zahrani memutuskan untuk meninggalkan rumah miliknya yang dibangun bersama sang suami. Tak ingin terlibat apapun dengan mantan suaminya, Zahrani memilih pindah dan tinggal dirumah peninggalan orang tuanya bersama Aslan, anak Zahrani dari pernikahannya bersama Fajar.
Aslan saat ini berusia lima tahun dan sudah mulai akan masuk sekolah taman kanak-kanak.
Zahrani yang baru saja pindah, langsung mendaftarkan Aslan di sekolah TK terdekat.
Berbekal uang dari penjualan mobil sebagai harta Gono gini, Zahrani mulai merintis kehidupan barunya dikampung kelahirannya.
Zahrani juga masih memiliki sawah warisan dari orang tuanya yang tidak pernah Fajar tau. Karena Zahrani tidak pernah memberitahu pada mantan suaminya itu.
"Bunda, sekarang kita akan tinggal dirumah eyang terus ya?" tanya Aslan dengan wajah lugunya, anak berusia lima tahun itu terlihat begitu antusias dan sangat senang tinggal di kampung, karena banyak teman sebayanya yang sangat ramah dan baik.
"Iya sayang. Kita akan tinggal di sini terus. Aslan juga akan mulai masuk sekolah di sini.
Aslan gak boleh rewel ya, temani bunda. Kita akan bahagia tinggal di rumah eyang, nak!" sahut Zahrani dengan senyuman hangat.
"Oke!
Aslan janji gak bakalan nakal kok, Aslan pasti akan nurut sama omongan bunda. Dan Aslan akan belajar yang rajin, biar bisa jadi tentara." Aslan dengan wajah lucunya membalas ucapan bundanya dengan ceria, membuat Zahrani begitu bangga dan bahagia memiliki anak secerdas dan sebaik Aslan.
"Aslan main di halaman depan dulu ya, bunda mau bersih bersih di dalam.
Biar rumahnya nyaman lagi karena debunya dibersihkan, oke sayang!"
"Siap bunda!" Aslan berlari kecil di halaman depan rumahnya dan mulai bermain robot robotan miliknya.
"Asalamualaikum.
Zahra, ini aku Siska!"
Zahra yang berada di dalam dan fokus membersihkan setiap sudut rumah tidak mendengar jika diluar ada tamu yang datang.
Aslan yang paham jika sedang ada tamu langsung berdiri dan meninggalkan mainannya untuk membukakan pintu pagarnya.
"Hai anak ganteng, bunda ada di dalam ya?" sapa Siska saat melihat Aslan yang tengah membuka pintu pagar.
"Iya, Tante!
Bunda sedang bersih bersih debu di dalam rumah!" sahut Aslan lugu dengan wajah imutnya.
"Duh pinter nya anak ganteng, boleh kenalan gak nih?" ujar Siska gemas sambil mencubit gemas pipi gembil Aslan.
"Boleh!
Namaku Aslan, umurku lima tahun!
Tante ini siapa namanya, kenapa nyariin bunda?" balas Aslan dengan begitu lancarnya, semakin membuat Siska gemas pada bocah usia lima tahun di hadapannya itu.
"Nama Tante, Siska, sayang!
Tante temennya bunda Zahra!
Boleh antar Tante ketemu bunda di dalam?" sahut Siska lembut dengan senyuman hangatnya, membuat Aslan merasa nyaman di dekat Siska yang memang sangat menyukai anak kecil.
"Asalamualaikum!" Siska masuk ke dalam rumah bersama Aslan , dan terdengar jawaban salam dari arah dapur.
"Waalaikumsallm.
Ya ampun, ini kamu Siska?" teriak Zahra kaget melihat kedatangan sahabatnya, yang sudah lama tidak berjumpa.
"Iya ini aku, kamu apa kabar, Ra?
Aku kangen banget!
Tadi aku dikasih tau sama mas Fahri, katanya lihat kamu dirumah. Aku langsung kesini, eeh ternyata benar. Masyaalloh!" sahut Siska antusias dengan senyuman yang tak lepas dari bibir tipisnya.
"Maaf ya, rumahku masih kotor, maklum lama gak ada yang nempatin.
Yuk kita ngobrol di depan saja, disini masih banyak debunya." Zahra sungkan pada sahabatnya, lama tidak ketemu membuat suasana canggung, namun Siska dengan sikap cerianya langsung bisa mencairkan suasana.
"Aku sengaja kesini ingin melihat kamu dan juga ingin bantu kamu bersih bersih. Yuk terusin saja bersih bersihnya, aku bantuin!" Siska Menaik turunkan alisnya dengan senyuman tulus ke arah Zahra yang langsung memeluknya dan mengucapkan rasa bahagianya, ternyata sahabatnya tidak berubah, dia masih begitu baik dan ceria seperti dulu.
Zahra dan Siska langsung bergerak dengan gesit membersihkan semua sudut ruangan, sehingga hanya dalam waktu dua jam, rumah sudah terlihat bersih dan rapi.
Zahra membuatkan es teh untuk Siska dan mereka mengobrol di ruang tamu.
"Apa benar kamu sudah cerai, Ra?" tanya Siska membuka obrolan setelah sekian menit mereka saling diam.
"Iya, sis!
Makanya aku pulang kerumah orang tuaku. Ingin hidup tenang dengan anakku di sini, tanpa ada gangguan dari mantan suamiku." Zahra tersenyum masam, malu juga sedih dengan masalah rumah tangganya yang hancur karena ulah orang ketiga.
"Apa Fajar sudah benar benar membuat kamu terluka, sampai kamu memutuskan untuk bercerai?
Dan apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Siska menatap sendu pada sahabatnya yang terlihat masih ada kepedihan di sorot matanya.
"Aku akan mulai cari kerja, Sis!
Dan nanti tolong bantu aku cari orang yang bisa di percaya untuk jaga anakku, tapi kalau aku sudah dapat kerjaan." sahut Zahra dengan senyuman tipisnya menatap kearah sahabatnya dengan rasa sungkan.
"Mas Fajar selingkuh, dan selingkuhannya tengah hamil tua, minta dinikahi dan menuntut tanggung jawab. Aku gak mau di madu karena kamu tau sendiri gimana mas Fajar, dia sangat temperamental dan selingkuhannya bermulut tajam. Aku seringkali di teror dengan kata kata kasar dan keluarga perempuan itu juga tidak segan mencaci maki aku untuk aku menerima perempuan itu jadi istrinya mas Fajar.
Yasudah, dari pada hidupku susah dan men-deri-ta karena makan hati oleh sikap mereka.
Aku memutuskan untuk mundur.
Awalnya mas Fajar gak mau, tapi aku tetap pada keputusan ku, dan sekarang kita sudah resmi cerai." Zahra mengatakan apa yang terjadi pada rumah tangganya tanpa mau mengurangi atau menambahinya.
Siska hanya bisa beristighfar mendengar cerita sahabatnya itu. Prihatin dan juga salut pada Zahrani yang masih bisa tegar menghadapi setiap ujian hidupnya.
"Mas Samudra pasti kaget tau kamu balik kesini.
Sekarang dia sudah sukses, Ra!
Anaknya dua bersama Andini. Kalau ketemu, masih sering nanyain kabar kamu ke aku. Sepertinya Mas Samudra memang begitu mencintai kamu, buktinya dia tidak pernah bisa melupakan cinta pertamanya, yaitu kamu!"
"Apaan sih, jangan ngomong sembarangan, gak enak kalau ada yang dengar. Bisa jatuhnya fitnah!
Bahaya ah!" Zahra tiba tiba teringat dengan sosok Samudra, pria kharismatik yang sampai kini masih melekat di relung hatinya terdalam.
Hanya mampu menyimpan perasaan tanpa bisa mengucapkan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
"Apaan sih, jangan ngomong sembarangan, gak enak kalau ada yang dengar. Bisa jatuhnya fitnah!
Bahaya ah!" Zahra tiba tiba teringat dengan sosok Samudra, pria kharismatik yang sampai kini masih melekat di relung hatinya terdalam.
Hanya mampu menyimpan perasaan tanpa bisa mengucapkan.
"Gak ada yang denger kok, cuma kita berdua!" Siska nyengir dengan mengedipkan kedua matanya menggoda Zahrani yang terlihat sudah salah tingkah.
"Kamu gimana, Sis?
Masih kerja di kelurahan?" tanya Zahra mengalihkan perbincangan soal Samudra, tak ingin menambah pedih di dalam hatinya.
"Masih, tapi hari ini libur, kan hari Sabtu!" sahut Siska santai dengan wajah yang terlihat ceria namun menyimpan kesedihan di dalam matanya yang bening.
"Kamu kenapa, apa ada masalah?
Matamu mengatakan kamu sedang tidak baik baik saja, ada apa?" selidik Zahra menatap lekat pada pemilik mata coklat dengan wajah oval.
"Aku ngerasa belum sempurna jadi perempuan, Ra!
Kamu tau sendirilah, kita hampir bareng nikahnya, tapi aku belum juga dapat momongan, kadang suka sedih saja saat ngumpul bareng keluarga Mas Zaenal, ibu mertua dan ipar sering menyindirku perempuan mandul.
Huuuft kalau sudah begitu, aku sudah down!" keluh Siska dengan wajah sendu dan matanya mulai berkaca kaca, teringat bagaimana keluarga suaminya yang seringkali memusuhinya. Apalagi ibu mertuanya yang terang terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Siska.
"Apa kamu dan suamimu sudah periksa, kalian baik baik saja kan?" balas Zahra menanggapi keluh kesah sahabatnya.
"Aku dan Mas Zaenal sehat semua, kami dinyatakan subur. Mungkin belum rejekinya saja. Tapi tetap saja hari rasanya sakit saat hampir semua keluarga suamiku selalu menyindir aku mandul dan tidak berguna jadi perempuan." lirih Siska sambil menghembuskan nafasnya dalam, menatap nanar pada ruangan kosong rumah Zahrani.
"Lalu, bagaimana tanggapan suami kamu dengan masalah ini, apa dia juga menuntut dan menghakimi kamu karena belum juga hamil?" tanya Zahra serius sambil menggenggam jemari Siska, berusaha memberikan dukungan dan kekuatan pada wanita cantik yang ada di depannya.
"Mas Zaenal tidak pernah menuntut apapun, Alhamdulillah suamiku memahami jika anak adalah hal mutlak dari yang Kuasa. Itu sebabnya, Mas Zaenal menuruti keinginanku untuk pindah rumah disini. Aku membangun rumah di lahan kosong sebelah rumah orang tuaku. Baru dua bulan aku pindah kesini, Ra!
Alhamdulillah, hidupku jauh lebih tenang dan bahagia tinggal berdua dengan suami, tidak lagi ada yang tiap hari menyindirku." cerita Siska dengan senyuman tipis, masih teringat bagaimana sakitnya hinaan keluarga dari suaminya selama ini.
"Yang sabar, insyaallah semua akan baik baik saja.
Selama suami kamu mau memahami dan tetap mendukung kamu, insyaallah kalian akan terus bahagia. Tidak usah stres dan banyak pikiran karena itu bisa memicu kesehatan dan sulit hamil. Banyak berdoa dan sedekah, dan jangan lewatkan baca istighfar seribu kali tiap hari, insyaallah Alloh akan mengabulkan doa dan harapan kamu. Bismillah ya, dan tetap semangat!" Zahrani menatap penuh kasih sayang pada sahabatnya, karena saat ini hanya Siska lah satu satunya orang yang dekat dengannya, Siska sudah seperti keluarga bagi Zahra.
"Aamiin, terimakasih, Ra!
Dari dulu, kamu selalu bisa membuatku tenang dan aku selalu menemukan kenyamanan setelah berbicara denganmu, makasih ya!
Aku senang sekali kamu pindah lagi di kampung ini. Sekarang aku punya teman untuk bercerita dan berbagi. Aku harap, kamu juga menganggap ku sebagai saudara kamu." balas Siska haru dan memeluk erat Zahra yang terlihat tersenyum dan matanya mulai mengembun.
"Sudah ah, kita kok jadi melow begini!
Kamu butuh apa, nanti aku bantu dan temani belanja, sekalian kita jalan jalan." sambung Siska yang merubah wajahnya untuk ceria kembali.
"Aku mau beli motor, Sis!
Biar bisa buat Wira wiri. Dan juga mau belanja kebutuhan dapur dan perabotan rumah.
Besok temani aku belanja ya!" sahut Zahra antusias dan mulai yakin kalau dirinya pasti bisa menjalani kehidupan barunya dengan status baru sebagai seorang janda.
"Siap, aku akan ijin suamiku kalau besok mau temani ku seharian. Owh iya, dapat salam dari mas Fahri, katanya nanti kalau kamu butuh bantuan boleh minta tolong sama dia, katanya jangan sungkan sungkan!" Siska nyengir karena merasa lucu melihat reaksi Zahra yang langsung mencebik mendengar penuturannya tentang Fahri, laki laki yang selalu usil saat mereka masih sama sama sekolah. Fahri adalah kakaknya Siska, jarak umur mereka hanya sekisar dua tahun saja, Fahri saat ini berprofesi sebagai Tentara angkatan darat, sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya dan sudah memiliki satu orang anak.
"Kakak kamu itu apa kabarnya sekarang?
Anaknya sudah berapa?" Zahra jadi kepo dengan laki laki yang dulu pernah menyatakan perasaan suka padanya, namun Zahra menganggap itu cuma lelucon, karena Fahri selalu bersikap iseng padanya.
"Mas Fahri sekarang tugas di 521, anaknya masih satu. Entahlah, aku merasa hubungannya dengan mbak Yunita kayak hambar gitu, gak pernah tuh ada mesra mesranya. Kayaknya mas Fahri beneran cinta sama kamu deh, tapi kamunya malah nikah sama si Fajar. Ya gitu akhirnya mas Fahri patah hati dan nikah sama pilihan ayah.
Istrinya cerewet banget, Mas Fahri jarang pulang, lebih betah di kantor dari pada di rumah." Siska menceritakan kehidupan sang kakak dan membuat Zahra tersenyum dan geli melihat ekspresi Siska yang menggemaskan karena mulutnya sambil di monyong monyongin.
"Ya ampun, kamu ini ya, Sis!
Masak berpikir buruk sama rumah tangga Kakak kamu sendiri, pamali ah. Mungkin karakter mereka saja yang kaku, romantis kan gak selalu di pamerin." sahut Zahra santai menanggapi ocehan sahabatnya.
"Yasudah gak usah bahas mas Fahri, biarin saja.
Kamu gak masak kan hari ini?
Aku tadi masak banyak dirumah, biar habis ini aku ambilin buat kamu sama Aslan. Anggap saja aku menjamu kedatangan kamu di kampung kita, iya gak?" Siska Menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar ke arah Zahra yang langsung ketawa melihat tingkah sahabatnya itu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
"Yasudah gak usah bahas mas Fahri, biarin saja.
Kamu gak masak kan hari ini?
Aku tadi masak banyak dirumah, biar habis ini aku ambilin buat kamu sama Aslan. Anggap saja aku menjamu kedatangan kamu di kampung kita, iya gak?" Siska Menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar ke arah Zahra yang langsung ketawa melihat tingkah sahabatnya itu.
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol dan mengenang masa lalu, Siska Lakitan pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, suaminya sebentar lagi pasti pulang dari kantor tempatnya bekerja. Dan Zahra juga waktunya untuk memandikan Aslan.
"Bunda, Aslan mau punya sepeda kayak teman teman disini, semuanya naik sepeda bareng bareng." celoteh Aslan saat Zahra tengah memandikannya di belakang rumah. Rumah peninggalan orang tua Zahrani memang sangat luas, di halaman belakan masih ada lahan yang cukup luas dan sudah di pagar tembok tinggi menjulang, Zahrani berniat mau membuat taman di belakang rumahnya dan dikasih kolam ikan.
"Insyaallah nanti bunda belikan, tapi gak harus baru ya nak, karena bunda belum dapat pekerjaan. Gak papakan sayang?" sahut Zahrani lembut sambil mengusap tubuh Aslan dengan sabun.
"Gak papa kok bund, asal Aslan bisa ikut main naik sepeda sama teman teman disini." jawab Aslan senang dengan senyuman lebar dan terlihat begitu nyaman berada di lingkungan kampung, karena banyak anak anak yang bermain dengan bebas. Beda saat tinggal di kota, Aslan hanya bisa bermain di dalam rumah saja.
"Kalau begitu, besok kita beli sepedanya ya sayang. Kita akan minta tolong sama Tante Siska untuk menemani beli. Oke?" Zahrani merasa lega, karena sang anak tidak rewel dan justru terlihat begitu nyaman berada di rumah orang tuanya.
Saat Zahrani sedang asik menemani Aslan nonton televisi, terdengar suara salam dari arah luar.
Ternyata Siska dan suaminya yang datang berkunjung, dengan membawa beraneka macam makanan yang di taruh di wadah.
"Ya ampun kamu kenapa repot repot begini sih, sis?" sambut Zahra yang kaget dengan bawaan Siska, ada begitu banyak makanan dan jajanan yang dia bawa sama suaminya.
"Ish GR, ini bukan buat kamu saja lah.
Kita akan makan bareng bareng disini, boleh kan?" sahut Siska sambil tersenyum lebar dan membuat Zahra ikut tersenyum dengan tingkah ceria sahabatnya itu.
"Wah beneran?
Boleh dong, justru aku seneng banget.
Kita makannya dimana, gelar karpet saja ya diruang tengah, biar lebih leluasa." sambut Zahra yang langsung cekatan mengambil karpet dan menggelarnya di ruangan tengah.
Siska dan suaminya meletakkan makanan yang mereka bawa di atas karpet lalu duduk disana.
"Aku buatkan minumnya ya, mau apa?" Zahra berdiri dan akan melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman.
",Kita teh hangat saja lah, Ra!
Dan jangan lupa siapkan es teh dua ya, buat mas Fahri dan anaknya. Mereka sedang jalan menuju kesini." sahut Siska santai, pura pura tak melihat wajah Zahra yang terkejut.
"Mas Fahri juga mau kesini, sis?" Zahra bertanya dengan wajah yang tak biasa. Membuat Siska paham kalau sahabatnya ada rasa tak nyaman pada kakaknya karena dulu pernah menolak cintanya Fahri.
"Kamu tenang saja, Mas Fahri gak bakalan ungkit ungkit kisah masa lalu. Sudah santai saja kali, gak usah tegang begitu." sahut Siska dengan sikap cueknya, dan beralih pada Aslan lalu mengajaknya gabung untuk duduk bersama menikmati hidangan yang ada.
"Tau ah!" Zahra berusaha cuek dan memilih pergi ke dapur melanjutkan rencananya untuk membuat minuman. Dua gelas teh hangat, dia gelas es teh, satu gelas susu, dan satu gelas jeruk hangat.
Saat Zahra kembali dari dapur, ternyata Fahri dan anak gadisnya sudah ada bersama Siska dan suaminya. Bahkan Fahri terlihat tengah memangku Aslan dan mengajaknya bermain.
"Ra!" Fahri menatap Zahra dengan wajah tak biasa tersimpan sorot sendu di kedua bola matanya yang tajam. Cinta di hatinya masih utuh untuk seorang Zahrani.
"Mas Fahri, apa kabar?" sambut Zahra yang menelangkupkan kedua tangannya di dada.
"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat sekarang, sehat dan masih ganteng!" sahut Fahri yang menjawab dengan pedenya, membuat Siska mencebik kesal dengan kelakuan kakak laki lakinya.
"Malu tuh sama umur, sudah tua juga. Gayanya kayak ABG!" sungut Siska membuat Zahra tak bisa menahan tawanya. Membuat Fahri semakin terpesona dengan wajah cantik nan teduh wanita di hadapannya.
"Faktanya memang begitu, kakak kamu memang tampan juga masih terlihat sangat muda. Bener kan, Ra?" balas Fahri yang mengedipkan matanya ke arah Zahra yang terlihat merona dengan tingkah lucu laki laki yang dari dulu selalu membuat hatinya penuh canda.
"Ah lebay!" cebik Siska namun juga tak bisa menahan geli dengan sikap sang kakak.
Canda tawa terdengar dari dalam rumahnya Zahra, kehadiran Siska dan keluarganya membuat hidup Zahra memiliki warna tersendiri.
Bahkan Adelia, anaknya Fahri merasa cocok main dengan Aslan. Membuat Fahri sangat senang.
"Kalau begitu kita pamit dulu ya, Ra!
Besok kita berangkat jam sepuluh pagi saja, kita akan menghabiskan waktu seharian buat belanja. Suamiku sudah kasih ijin kok, iya kan sayang?" Siska menatap suaminya manja dan disambut senyuman hangat oleh suaminya, Zahra ikut senang melihat keharmonisan rumah tangga sahabatnya.
"Memangnya kalian mau pergi kemana, kok gak ajak ajak?" sahut Fahri yang ikut menimpali ucapan Siska.
"Mau anterin Zahra belanja kebutuhan rumah, dan juga mau cari motor juga sepeda buat Aslan." sahut Siska menjelaskan.
"Sepeda kecil ya, dirumah ada punyanya Adel, kasih bagus kok, sudah gak kepakai, kalau kamu gak keberatan, biar di pakai sama Aslan. Adel sudah besar jadi sepedanya yang kecil nganggur." sambung Fahri dengan wajah seriusnya, membuat Siska langsung mengiyakan, karena tadi tidak punya pikiran sampai kesana.
"Betul itu, gimana Ra?
Dari pada beli, uangnya bisa buat yang lain kan, beli barang yang lainnya. Nanti juga sebentar lagi Aslan besar, ganti lagi sepedanya." usul Siska yang setuju dengan ide kakaknya.
"Aku tadinya juga niat mau beli yang bekas saja, tapi kalau di kasih sama mas Fahri juga gak papa, asal tidak memberatkan." sahut Zahra merasa sungkan dan membuat Fahri tertawa gemas dengan wajah ayu di depannya.
"Gak kok Tan, sepedanya memang sudah gak di pakai Adel lagi, sudah gak muat soalnya." Adelia ikut menimpali dan juga mendukung ide papa dan tantenya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!