Jembatan Setan
Sudah berapa hari ya? tidak tidak, mungkin sudah berapa minggu atau mungkin saja... aku sudah bertahun-tahun berada disini. Sangat gelap... dan selalu saja seperti ini, tidak ada secercah sinar matahari yang menembus awan mendung yang tebal itu. Seolah-olah waktu tidak berjalan di dunia ini, hanya duduk terdiam di bangku kelas sambil membayangkan kehidupan ku yang dulu.
Benar-benar sangat membosankan sekali, padahal... dulu aku sangat takut sekali berada disini. Aku sampai menangis seminggu lebih dan terus mengurung diri di lemari yang ada di setiap masing-masing kelas. Karena aku takut sekali saat itu jika ada sesuatu yang muncul di hadapan ku.
Aku keluar setiap satu hari sekali untuk mencari makanan di setiap kolong meja yang ada. Entah dari mana makanan itu berasal, meski hanya sebuah camilan yang sudah basi, itu cukup membuatku untuk bertahan hidup sampai saat ini. Hingga akhirnya 3 bulan sudah berlalu dan aku memberanikan diriku untuk keluar dari sekolah ini dan melihat-lihat halaman sekolah.
Ternya di depan sana ada semak-semak beri merah dan juga pohon ceri di antara semak-semak beri itu. Aku pergi ke sana dan perasaan ngeri datang menghampiri ku. Tapi aku tak mempedulikan rasa takutku dan tetap berjalan lurus ke arah semak-semak itu. Lalu saat aku sampai di semak-semak itu, tiba-tiba saja aku sebuah kadal hitam yang memiliki tanda aneh seperti tato di kepalanya.
"Uwaaaaaa! hah! huh!... ternyata hanya kadal..."
Itu benar-benar membuatku terkejut. Lalu karena perutku lapar aku mengambil buah beri liar itu dan memakannya, rasanya sangat manis dan sangat enak. Tapi... ada yang aneh dengan buah beri itu... warna sari beri itu berwarna merah pekat seperti darah. Itu membuatku terkejut dan memuntahkan kembali buah beri yang sudah ku makan.
Namun karena aku masih lapar, aku tak peduli beri itu terlihat seperti apa dan tetap memakannya karena rasanya enak. Begitu juga dengan pohon ceri besar yang ada di antara semak-semak beri liar itu. Aku memanjat dan menghabiskan waktuku untuk memetik buah-buahan yang ada di sana sampai puas dan tak sadar kalai aku sudah tertidur pulas di atas pohon.
1 tahun berlalu... rasa takut sudah tidak mengisi hatiku lagi. Bahkan aku merasa riang dan nyaman tinggal di dunia yang dulu ku anggap mengerikan dan dunia yang terkutuk. Aku berkeliling di lorong-lorong sekolah, memasuki setiap kelas yang ada, toilet, ruang guru, perpustakaan, koprasi sekolah yang berisi segudang makanan. Yah, meski hampir semua makanan itu basi, aku tetap memakannya meskipun juga aku selalu merasa sakit perut dan harus pergi buang air besar setiap harinya.
Tapi... lama-kelamaan... tiba-tiba saja aku teringat teman-temanku di masa lalu sebelum aku terjebak disini dan juga, gadis yang ku sukai. Aku sangat ingin mengetahui kabar mereka saat ini, pasti mereka sudah tumbuh besar dan menjadi orang-orang yang sukses. Lalu, Anna juga pasti tumbuh menjadi wanita yang cantik hehe.
Tapi... kenapa tubuh dan rupaku tidak berubah di dunia ini? padahal rasanya aku sudah bertahun-tahun hidup di dunia ini. Semakin lama... aku merasa frustasi dan rasanya gila. Hidup sendirian di dunia ini, tak ada seseorang atau siapapun yang dapat ku ajak bicara atau menghabiskan waktu bersama dengan ku.
Aku benar-benar lelah dan semakin gila, aku mengacak-acak seluruh kelas. Menendang meja dan bangku dengan kesal tanpa sadar kakiku berdarah dan lecet-lecet. Aku benar-benar tak merasakan sakit saat itu, sama sekali tidak sakit jika dibandingkan dengan rasa kesepian ku.
"Apakah aku akan hidup abadi di dunia ini? jika iya... mungkin aku akan benar-benar kehilangan akal" aku bergumam sambil berbaring di atas meja.
Waktu terus berjalan... tidak, waktu tidak berlaku di dunia ini. Sampai kapanpun aku akan tetap hidup di dunia ini meski 10 ribu abad sudah berlalu pun, pasti aku akan tetap hidup disini sendirian. Ini benar-benar membuatku gila... rasanya sebentar lagi... aku benar-benar akan kehilangan akal sehatku.
...****************...
Kringggg! kringggg!
Bel istirahat berbunyi dan para murid di kelas segera berombongan keluar dari kelas mereka dengan riang. Aku dan teman-temanku segera berlari kencang keluar kelas menuju lapangan sepak bola untuk merebut lapangan nya dari murid-murid lain yang ingin menggunakannya.
"Bagas kau ambil bola dan aku akan menguasai lapangan dengan yang lainnya!" ucapku sambil berlari dengan cepat di depan teman-teman ku.
"Laksanakan kapten!" ucap Bagas yang segera berbelok ke lorong untuk mengambil bola di gudang olahraga yang ada di lantai 2.
Sementara aku dan teman-temanku yang gila bola dengan cepat menuruni tangga satu persatu. Bahkan aku sampai melompat untuk mempercepat langkahku meski melompat menuruni tangga itu sangat berbahaya dan aku sering kena marah guru karena hal itu. Tapi demi bola! aku harus benar-benar cepat! kalau tidak orang itu akan...
"Aku tak akan membiarkan kakak menempatinya lebih dulu!" ucap Zilan yang merupakan adik kelasku yang saat ini kelas 2. Dia juga merupakan sainganku yang paling berbahaya. Karena dia juga sama gilanya dengan teman-temanku yang sangat menyukai sepak bola.
"Hah!? dari mana kau muncul!?" ucapku yang terkejut melihat dia tiba-tiba berada di samping ku dan saat ini kami sedang beradu kecepatan untuk siapa yang lebih dulu menguasai lapangan bola.
"Hehe, tak akan kubiarkan kakak mengambil alih lapangan bola untuk sekian kalinya!" ucap Zilan yang semakin cepat langkah kakinya.
"Seharusnya aku yang berkata begitu!" ucapku yang selalu kalah dalam mengambil alih lapangan sepak bola karena Zilan selalu saja mengambilnya lebih dulu.
Dari segala situasi, kamilah para anak kelas 3 yang dirugikan untuk menguasai lapangan sepak bola. Yang pertama karena semua kelas 3 berada di lantai yang sama, yaitu lantai tiga dan kelas dua berada di lantai dua dan kelas satu ada di lantai 1. Sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuatku kalah, yang membuatku kalah yang paling utama adalah, soal kecepatan.
Kecepatan berlari anak ini, benar-benar luar biasa, langkahnya sangat panjang dan badannya yang berlari dengan kencang mencondong ke depan seperti ninja. Meski begitu, diantara teman-teman ku, hanya akulah yang tercepat dalam berlari. Tapi meskipun aku berlari lebih lambat jika dibandingkan dengan Zilan, aku memiliki stamina yang besar. Dengan stamina yang besar, aku dijadikan striker dan maju tanpa ragu dan lelah.
Aku dan Zilan masih berlari dengan kencang dan penuh semangat. Meskipun Zilan terlihat sudah kelelahan karena berlari terlalu cepat, dia sama sekali tidak terlihat menurunkan kecepatan berlarinya. Kesempatan ku untuk mengalahkannya adalah menunggu sampai dia lelah. Tapi yang paling buruk adalah! garis finish (lapangan sepak bola) sudah ada di depan mata!.
"Hiyaaaaaaaaa!" teriakku dan Zilan dengan keras sambil berlari sekuat tenaga untuk menentukan siapa yang menguasai lapangannya lebih dulu!.
Zzzrrrrrrrrrrtt! alas sepatu menggesek begitu keras di tanah yang berpasir untuk menghentikan langkah karena telah sampai di lapangan sepak bola.
"Huh... hah... huh... Aku menang! hahahaha!" tawa Zilan dengan puas menertawai ku.
"Kau hanya beruntung kali ini! andai sajak jarak lapangannya lebih jauh pasti akulah yang menang karena kau pasti sudah kehabisan tenaga!" ucapku dengan kesal karena pada akhirnya Zilan mengambil lapangan untuk sekian kalinya.
Kemudian teman-temanku datang dengan perasaan kecewa karena lagi-lagi aku kalah mengalahkan Zilan, "Huh, lagi-lagi kau kalah Fajar" keluh Rahmat Karena tak bisa bermain bola.
Kemudian Bagas datang tak lama setelahnya, "Haha! sudah kuduga kita tak bisa mengalahkan kecepatan anak itu" ucap Bagas sambil menggandeng bola di tangan kanannya. Kemudian bolanya diserahkan kepada si pemenang.
"Yah, mau bagaimana lagi... lebih baik kita kembali ke kelas" ucap Lilis.
"Sebelum kembali ke kelas, apakah ada ide untuk dimainkan bersama?" ucap Anis yang sepertinya bosan kalau main di kelas saja.
Kemudian aku mengangkat tanganku dengan tinggi, "Bagaimana kalau kita bermain lari jarak jauh!" ucapku yang bersemangat.
"GAK MAUUUU!" ucap teman-temanku serentak.
Kemudian akhirnya kami tidak jadi ke kelas dan hanya duduk di pinggiran lapangan untuk menonton anak-anak kelas dua bermain sepak bola. Meskipun kami tidak bisa bermain sepak bola, ini jauh lebih baik ketika kami bermain ular tangga di kelas setiap kalah mengambil lapangan.
Kemudian tiba-tiba saja mereka menghentikan permainan mereka dan berkumpul untuk membicarakan sesuatu. Setelahnya Zilan pergi menghampiri ku dan teman-temanku yang sedang duduk termenung di pinggir lapangan.
"Kak! bagaimana kalau kita bertanding?" ucap Zilan zaman tersenyum jahat, seolah-olah dia akan mengalahkan tim kami yang tak terkalahkan.
"Hei teman-teman... apakah kalian setuju?" ucapku yang imut tersenyum jahat.
"Hah... apakah hal ini perlu ditanyakan?" ucap bagas sambil meregangkan otot-ototnya.
"Jangan keluarkan kemampuan kita untuk lawan yang mudah" Ucap Wawan.
Setelahnya kami membentuk formasi 1-3-2 dan lawan membentuk formasi yang berbeda dari biasanya 1-1-4. Formasi yang cukup unik dimana mereka hanya menempatkan satu pemain bertahan dan mengerahkan sisanya di pemain penyerang. Tapi kalau begitu, kami hanya perlu bertahan untuk sementara sampai mengetahui pola penyerangan mereka yang abstrak.
Semua orang sudah tidak sabar untuk memulai pertandingan ini! dan tunggu apa lagi! ayo kita mulai!.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Baby_Miracles
Aku mampir thor, author temukan aku 1000 tahun lagi. Semangat thor, bunga udah meluncur
2023-04-01
0
tambahan bunga sudah kuberikan
2023-03-29
1
𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢
🥀🌺Semangat ya ka,jangan lupa feedback🥀🌺
2023-03-25
1