Besoknya aku terbangun di jam 07:30, astaga! aku telat pergi ke sekolah. Ini pasti karena kejadian tadi malam yang membuatku sulit untuk tidur dan hasilnya aku bangun kesiangan. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk mandi dengan cepat setelahnya memakai seragam. Kemudian aku mengambil beberapa roti tawar di meja makan dan pergi keluar rumah untuk segera bersekolah sambil makan roti di jalan.
Padahal aku tidak pernah telat sekolah, karena hal itulah ayah dan ibuku tidak perlu mengkhawatirkan ku dan pergi bekerja di sawah di pagi hari. Aku segera bergegas ke sekolah dengan cepat, sesampai di sekolah aku segera menaiki tangga dan tiba di depan pintu kelasku.
Brak!
Semua teman di kelasku terkejut dan memperhatikan ku termasuk dengan guru yang sedang mengajar di kelasku juga ikut terkejut karena aku mendobrak pintu.
"Ma-maaf..." ucapku sambil menundukkan kepalaku di hadapan guruku.
"Tumben kamu telat Fajar, kalau gitu cepat duduk" ucap Pak Bowo yang tidak mempedulikan ketelatan ku dan melanjutkan mengajar kelas. Kemudian aku segera duduk setelah dipersilahkan duduk oleh pak Bowo dan menaruh tasku di bangku.
"Pssst... fajar, tumben sekali kau telat, ada apa" bisik Agus yang duduk di samping ku.
"Nanti akan ku ceritakan, jadi diam lah sampai bel istirahat" bisikku.
Setelah itu Pak Bowo terus melanjutkan pelajarannya sampai selesai. Aku terus memperhatikan pelajarannya sambil memikirkan mimpi buruk yang tadi malam ku alami untuk ku ceritakan kepada teman-teman ku. Mungkin teman-temanku pasti akan ketakutan jika aku menceritakan mimpi buruk yang ku alami.
Jadi, apakah aku harus menceritakannya atau tidak, kalau di mimpiku aku bertemu dengan Pak Budi yang menghilang sebulan yang lalu yang di duga karena menyebrangi jembatan setan itu. Tapi di mimpiku itu, Pak Budi benar-benar melewati jembatan itu... kemudian... sosok yang mengerikan mengenai muncul dibelakangnya dan...
"UWAAAAAAAA!!!" teriakku dengan keras di kelas disaat jam pelajaran Pak Bowo masih berlangsung. Semua orang sedikit dan memperhatikan ku dengan heran. Aku benar-benar tidak sadar kalau ternyata aku masih ketakutan dengan mimpi itu. Bahkan tadi... aku sekilas melihat sosok itu tepat di hadapan ku dan mata kami saling menatap.
Karena itulah aku berteriak dengan keras.
"Fajar... kamu kenapa? apa kamu ada masalah?" ucap Pak Bowo yang heran padaku.
"Ti-tidak pak!... tidak ada apa-apa..." ucapku sambil menggaruk-garuk kepalaku.
Kemudian setelahnya pembelajaran dilanjutkan dan aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal mimpi itu terlebih dahulu dan fokus dengan pelajaran saat ini. Aku tetap mencoba untuk fokus belajar meskipun pikiran ku goyah karena mimpi buruk itu, aku tetap memaksakan otakku untuk belajar dan melupakan mimpi buruk itu hingga pelajaran telah usai.
Kringggg! kringggg! hingga akhirnya bel istirahat berbunyi dan aku ikut merasa lega mendengar bunyi bel istirahat. Aku meletakkan kepalaku di atas meja dengan lemas dan lelah karena sedari tadu bertarung dengan pikiran ku sendiri.
Kemudian teman-temanku terdekat ku pergi menghampiri mejaku. Pasti mereka ingin menanyakan kepadaku mengapa aku berteriak di kelas tadi. Yah, aku akan menjawabnya sekaligus menceritakan mimpi buruk ku kepada mereka dengan tujuan agar mereka tidak berani mendekati Jembatan itu dan bukannya agar mereka takut.
"Fajar... apa kau baik-baik saja hari ini?" ucap Lilis yang terlihat khawatir padaku.
"Jika kau memiliki masalah, ceritakan saja kepada kami" sambung Anis dengan wajah juteknya, dia sepertinya sama sekali tak mengkhawatirkan ku, huh.
"A-aku... aku, baik-baik saja teman-teman, terima kasih sudah mengkhawatirkan ku" ucapku yang entah kenapa aku tidak ingin menceritakan mimpi buruk yang ku alami kepada teman-teman ku. Ini aneh, padahal aku ingin sekali menceritakannya kepada teman-teman ku.
Tapi... tiba-tiba saja kakiku gemetaran dan aku juga merasa takut. Aku takut untuk bercerita kepada mereka mengenai mimpi buruk yang ku alami, aku takut kalau mereka... akan menjadi seperti ku. Terus merasa resah dan ketakutan seperti ku, aku tidak ingin mereka ikut merasakannya.
"Hah... sepertinya dia tidak mau menceritakannya kepada kita, apa boleh buat" ucap Rahmat yang kecewa.
"Ku pikir yang membuat dia telat Sekolah dan teriak di kelas karena dia merasa frustasi karena kalah bertanding sepak bola dengan timnya Zilan" ucap Agus yang ucapannya benar-benar tidak masuk akal. Tapi teman-temanku malah menjadikan ucapan Agus sebagai penyebab masalahku hari ini.
Padahal benar-benar bukan seperti itu! aku sama sekali tak peduli dengan kekalahan itu! yang membuatku terlihat memiliki masalah adalah karena mimpi buruk itu. Mereka malah menghibur ku agar tidak merasa frustasi karena kalah bermain sepak bola.
"Tumben sekali kita tidak segera berlari ke lapangan begitu bel istirahat berbunyi, hahaha!" tawa Wawan.
"Benar juga, kalau begitu bagaimana jika kita ke lapangan sekarang " ucap Lilis yang juga merupakan tim sepak bola kami. Yah, sepertinya aku belum menceritakan siapa saja di antara 7 teman dekatku yang ikut bermain bola. Jadi aku akan menjelaskannya dengan singkat, dari ke 7 temanku yang tidak ikut bermain bola adalah Wawan dan Anis.
Kemudian kami segera pergi menuruni tangga dan menuju lapangan sepak bola di bawah. Ternyata hari ini lapangan sepak bola kembali di kuasai oleh Zilan untuk sekian kalinya dan saat ini mereka sedang bertanding dengan kelas mereka sendiri. Akhirnya aku dan teman-temanku duduk di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan mereka.
Begitu aku sedang fokus menonton pertandingan mereka, tiba-tiba saja pandangan ku teralihkan ke samping... yaitu tempat dimana jembatan itu berada. Meskipun tertutup oleh beberapa pohon, aku masih bisa melihatnya dengan jelas kayu-kayu yang menjadikannya sebagai alas untuk jembatan itu.
"Rasakan tendangan super milikku!" teriak Zilan sambil menendang bola dengan keras. Wushhhh! bola itu terpental begitu jauh melewati belakang gawang lawan. Yang artinya... bola itu melayang berada di dekat antara pepohonan arah menuju jembatan itu. Seketika semuanya yang menyaksikan kemana bola itu melayang terdiam seketika.
"Ah... Bolanya..." gumam Ardi yang melongo.
"Aduh bagaimana ini? aku menendangnya terlalu keras. Kalau bolanya hilang kita bisa dimarahi oleh Pak Joko" ucap Zilan yang panik karena takut dimarahi oleh Pak Joko yang merupakan guru olahraga disekolah ini.
Kemudian karena Zilan panik dan takut dimarahi oleh pak Joko, akhirnya Zilan memutuskan untuk berlari ke arah Jembatan itu untuk mengambil bolanya kembali. Semuanya terkejut dan berteriak untuk melarang Zilan pergi ke sana. Tapi tak ada satupun dari mereka yang mengejar mereka untuk menghentikannya karena berbahaya.
Akhirnya aku dan teman-temanku memutuskan untuk menemani Zilan pergi mengambil bolanya, "Ayo teman-teman kita bantu Zilan!" ucap Agus yang berlari lebih dulu mengejar Zilan kemudian satu-persatu teman-temanku yang lainnya mengikuti Agus yang berada di depan mereka.
Sementara itu aku masih terdiam terduduk di samping lapangan dan melihat teman-teman ku berlari menjauh dari pandangan ku dan masuk ke dalam hutan. Deg! deg! deg! deg! jantungku berdebar-debar semakin kencang begitu melihat teman-temanku semakin jauh dariku. Kakiku bergemetar ketakutan dan telapak tanganku di penuhi dengan keringat.
Tidak! aku tidak boleh takut! asalkan bersama dengan teman-temanku, pasti kami akan baik-baik saja. Akhirnya aku menguatkan hati dan mentalku untuk menyusul mereka ke dalam hutan dengan berlari secepat mungkin sebelum semuanya terlambat. Seharusnya aku menceritakan saja cerita tentang mimpi buruk ku kepada teman-temanku, dengan begitu pasti teman-temanku tidak akan pergi mendekati jembatan itu.
Sementara itu Zilan yang sudah sampai lebih dulu di dekat jembatan, sedang mencari dimana bolanya berada "Ah, ternyata bolanya ada di sebrang jembatan. Aku harus mengambilnya" ucap Zilan yang kemudian tanpa pikir panjang pergi mengambil bola itu dan menyebrangi jembatan itu.
Sementara itu teman-temanku yang lebih dulu masuk ke dalam hutan dariku mencari-cari kemana Zilan pergi, "Hah...huh... hah... kemana anak itu pergi? uh, cepat sekali lari anak itu, pantas saja Fajar selalu kalah dalam mengambil alih lapangan sepak bolanya" keluh Rahmat dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
"Benar, kita jadi tahu apa yang dirasakan Fajar deh, haha" tawa Bagas sambil garuk-garuk kepala.
"Teman-teman... itu..." ucap Anis yang wajahnya pucat dan matanya melotot sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah sebrang Jembatan itu. Seketika semuanya ikut merasa merinding dan terkejut begitu melihat Zilan sudah berada di sebrang jembatan.
"ZILAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!!" teriak teman-temanku yang memanggil Zilan dengan keras agar dia kembali ke sebrang.
"Eh? teman-teman! kalian disini juga, syukurlah. Aku tadi sebenarnya takut sekali jika sendirian" ucap Zilan yang merasa lega.
Kemudian tiba-tiba saja aku datang dan berteriak dengan keras "ZILAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!! CEPAT KEMBALI!!!" teriakku dengan keras yang membuat semuanya terkejut dengan keberadaan ku yang baru saja sampai sudah berteriak-teriak.
"Ba-baiklah... tunggu aku kak..." ucap Zilan yang berjalan menyebrangi jembatan itu.
Zilan terus berjalan dengan perlahan sambil memperhatikan bawah jembatan yang kayunya sudah rapuh dan bolong-bolong. Di bawah jembatan itu terdapat aliran arus sungai yang sangat deras. Jadi Zilan berjalan dengan pelan agar dirinya selamat mencapai sebrang. Hingga akhirnya dia sampai di sebrang dengan selamat dan juga dengan bola yang ia bawa.
Tapi...
"Zilaaaaaan! apa yang kau lakukan!? cepat kembali!" teriak teman-temanku.
"Zilaaaan! kenapa kau malah kesana!? apa yang kau lakukan!?" Teriak Agus.
"ZILAAAAN! ZILAAAAN! JANGAAAAAN! CEPATLAH KEMBALIIIII!" Teriakku dengan sangat keras dan rasa takutku menghantui isi hatiku kembali, begitu juga dengan teman-temanku.
Sebenarnya apa yang terjadi? bukankah Zilan sudah sampai di sebrang dan berada bersama ku dan yang lainnya. Yah... memang itu yang dilihat Zilan... tapi sementara itu yang kami lihat adalah... Zilan pergi masuk ke dalam hutan yang ada di sebrang Jembatan itu. Zilan berjalan semakin jauh dan kabut semakin tebal dan kami sampai tak lagi melihat sosok Zilan di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments