NovelToon NovelToon

Jembatan Setan

Prolog

Sudah berapa hari ya? tidak tidak, mungkin sudah berapa minggu atau mungkin saja... aku sudah bertahun-tahun berada disini. Sangat gelap... dan selalu saja seperti ini, tidak ada secercah sinar matahari yang menembus awan mendung yang tebal itu. Seolah-olah waktu tidak berjalan di dunia ini, hanya duduk terdiam di bangku kelas sambil membayangkan kehidupan ku yang dulu.

Benar-benar sangat membosankan sekali, padahal... dulu aku sangat takut sekali berada disini. Aku sampai menangis seminggu lebih dan terus mengurung diri di lemari yang ada di setiap masing-masing kelas. Karena aku takut sekali saat itu jika ada sesuatu yang muncul di hadapan ku.

Aku keluar setiap satu hari sekali untuk mencari makanan di setiap kolong meja yang ada. Entah dari mana makanan itu berasal, meski hanya sebuah camilan yang sudah basi, itu cukup membuatku untuk bertahan hidup sampai saat ini. Hingga akhirnya 3 bulan sudah berlalu dan aku memberanikan diriku untuk keluar dari sekolah ini dan melihat-lihat halaman sekolah.

Ternya di depan sana ada semak-semak beri merah dan juga pohon ceri di antara semak-semak beri itu. Aku pergi ke sana dan perasaan ngeri datang menghampiri ku. Tapi aku tak mempedulikan rasa takutku dan tetap berjalan lurus ke arah semak-semak itu. Lalu saat aku sampai di semak-semak itu, tiba-tiba saja aku sebuah kadal hitam yang memiliki tanda aneh seperti tato di kepalanya.

"Uwaaaaaa! hah! huh!... ternyata hanya kadal..."

Itu benar-benar membuatku terkejut. Lalu karena perutku lapar aku mengambil buah beri liar itu dan memakannya, rasanya sangat manis dan sangat enak. Tapi... ada yang aneh dengan buah beri itu... warna sari beri itu berwarna merah pekat seperti darah. Itu membuatku terkejut dan memuntahkan kembali buah beri yang sudah ku makan.

Namun karena aku masih lapar, aku tak peduli beri itu terlihat seperti apa dan tetap memakannya karena rasanya enak. Begitu juga dengan pohon ceri besar yang ada di antara semak-semak beri liar itu. Aku memanjat dan menghabiskan waktuku untuk memetik buah-buahan yang ada di sana sampai puas dan tak sadar kalai aku sudah tertidur pulas di atas pohon.

1 tahun berlalu... rasa takut sudah tidak mengisi hatiku lagi. Bahkan aku merasa riang dan nyaman tinggal di dunia yang dulu ku anggap mengerikan dan dunia yang terkutuk. Aku berkeliling di lorong-lorong sekolah, memasuki setiap kelas yang ada, toilet, ruang guru, perpustakaan, koprasi sekolah yang berisi segudang makanan. Yah, meski hampir semua makanan itu basi, aku tetap memakannya meskipun juga aku selalu merasa sakit perut dan harus pergi buang air besar setiap harinya.

Tapi... lama-kelamaan... tiba-tiba saja aku teringat teman-temanku di masa lalu sebelum aku terjebak disini dan juga, gadis yang ku sukai. Aku sangat ingin mengetahui kabar mereka saat ini, pasti mereka sudah tumbuh besar dan menjadi orang-orang yang sukses. Lalu, Anna juga pasti tumbuh menjadi wanita yang cantik hehe.

Tapi... kenapa tubuh dan rupaku tidak berubah di dunia ini? padahal rasanya aku sudah bertahun-tahun hidup di dunia ini. Semakin lama... aku merasa frustasi dan rasanya gila. Hidup sendirian di dunia ini, tak ada seseorang atau siapapun yang dapat ku ajak bicara atau menghabiskan waktu bersama dengan ku.

Aku benar-benar lelah dan semakin gila, aku mengacak-acak seluruh kelas. Menendang meja dan bangku dengan kesal tanpa sadar kakiku berdarah dan lecet-lecet. Aku benar-benar tak merasakan sakit saat itu, sama sekali tidak sakit jika dibandingkan dengan rasa kesepian ku.

"Apakah aku akan hidup abadi di dunia ini? jika iya... mungkin aku akan benar-benar kehilangan akal" aku bergumam sambil berbaring di atas meja.

Waktu terus berjalan... tidak, waktu tidak berlaku di dunia ini. Sampai kapanpun aku akan tetap hidup di dunia ini meski 10 ribu abad sudah berlalu pun, pasti aku akan tetap hidup disini sendirian. Ini benar-benar membuatku gila... rasanya sebentar lagi... aku benar-benar akan kehilangan akal sehatku.

...****************...

Kringggg! kringggg!

Bel istirahat berbunyi dan para murid di kelas segera berombongan keluar dari kelas mereka dengan riang. Aku dan teman-temanku segera berlari kencang keluar kelas menuju lapangan sepak bola untuk merebut lapangan nya dari murid-murid lain yang ingin menggunakannya.

"Bagas kau ambil bola dan aku akan menguasai lapangan dengan yang lainnya!" ucapku sambil berlari dengan cepat di depan teman-teman ku.

"Laksanakan kapten!" ucap Bagas yang segera berbelok ke lorong untuk mengambil bola di gudang olahraga yang ada di lantai 2.

Sementara aku dan teman-temanku yang gila bola dengan cepat menuruni tangga satu persatu. Bahkan aku sampai melompat untuk mempercepat langkahku meski melompat menuruni tangga itu sangat berbahaya dan aku sering kena marah guru karena hal itu. Tapi demi bola! aku harus benar-benar cepat! kalau tidak orang itu akan...

"Aku tak akan membiarkan kakak menempatinya lebih dulu!" ucap Zilan yang merupakan adik kelasku yang saat ini kelas 2. Dia juga merupakan sainganku yang paling berbahaya. Karena dia juga sama gilanya dengan teman-temanku yang sangat menyukai sepak bola.

"Hah!? dari mana kau muncul!?" ucapku yang terkejut melihat dia tiba-tiba berada di samping ku dan saat ini kami sedang beradu kecepatan untuk siapa yang lebih dulu menguasai lapangan bola.

"Hehe, tak akan kubiarkan kakak mengambil alih lapangan bola untuk sekian kalinya!" ucap Zilan yang semakin cepat langkah kakinya.

"Seharusnya aku yang berkata begitu!" ucapku yang selalu kalah dalam mengambil alih lapangan sepak bola karena Zilan selalu saja mengambilnya lebih dulu.

Dari segala situasi, kamilah para anak kelas 3 yang dirugikan untuk menguasai lapangan sepak bola. Yang pertama karena semua kelas 3 berada di lantai yang sama, yaitu lantai tiga dan kelas dua berada di lantai dua dan kelas satu ada di lantai 1. Sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuatku kalah, yang membuatku kalah yang paling utama adalah, soal kecepatan.

Kecepatan berlari anak ini, benar-benar luar biasa, langkahnya sangat panjang dan badannya yang berlari dengan kencang mencondong ke depan seperti ninja. Meski begitu, diantara teman-teman ku, hanya akulah yang tercepat dalam berlari. Tapi meskipun aku berlari lebih lambat jika dibandingkan dengan Zilan, aku memiliki stamina yang besar. Dengan stamina yang besar, aku dijadikan striker dan maju tanpa ragu dan lelah.

Aku dan Zilan masih berlari dengan kencang dan penuh semangat. Meskipun Zilan terlihat sudah kelelahan karena berlari terlalu cepat, dia sama sekali tidak terlihat menurunkan kecepatan berlarinya. Kesempatan ku untuk mengalahkannya adalah menunggu sampai dia lelah. Tapi yang paling buruk adalah! garis finish (lapangan sepak bola) sudah ada di depan mata!.

"Hiyaaaaaaaaa!" teriakku dan Zilan dengan keras sambil berlari sekuat tenaga untuk menentukan siapa yang menguasai lapangannya lebih dulu!.

Zzzrrrrrrrrrrtt! alas sepatu menggesek begitu keras di tanah yang berpasir untuk menghentikan langkah karena telah sampai di lapangan sepak bola.

"Huh... hah... huh... Aku menang! hahahaha!" tawa Zilan dengan puas menertawai ku.

"Kau hanya beruntung kali ini! andai sajak jarak lapangannya lebih jauh pasti akulah yang menang karena kau pasti sudah kehabisan tenaga!" ucapku dengan kesal karena pada akhirnya Zilan mengambil lapangan untuk sekian kalinya.

Kemudian teman-temanku datang dengan perasaan kecewa karena lagi-lagi aku kalah mengalahkan Zilan, "Huh, lagi-lagi kau kalah Fajar" keluh Rahmat Karena tak bisa bermain bola.

Kemudian Bagas datang tak lama setelahnya, "Haha! sudah kuduga kita tak bisa mengalahkan kecepatan anak itu" ucap Bagas sambil menggandeng bola di tangan kanannya. Kemudian bolanya diserahkan kepada si pemenang.

"Yah, mau bagaimana lagi... lebih baik kita kembali ke kelas" ucap Lilis.

"Sebelum kembali ke kelas, apakah ada ide untuk dimainkan bersama?" ucap Anis yang sepertinya bosan kalau main di kelas saja.

Kemudian aku mengangkat tanganku dengan tinggi, "Bagaimana kalau kita bermain lari jarak jauh!" ucapku yang bersemangat.

"GAK MAUUUU!" ucap teman-temanku serentak.

Kemudian akhirnya kami tidak jadi ke kelas dan hanya duduk di pinggiran lapangan untuk menonton anak-anak kelas dua bermain sepak bola. Meskipun kami tidak bisa bermain sepak bola, ini jauh lebih baik ketika kami bermain ular tangga di kelas setiap kalah mengambil lapangan.

Kemudian tiba-tiba saja mereka menghentikan permainan mereka dan berkumpul untuk membicarakan sesuatu. Setelahnya Zilan pergi menghampiri ku dan teman-temanku yang sedang duduk termenung di pinggir lapangan.

"Kak! bagaimana kalau kita bertanding?" ucap Zilan zaman tersenyum jahat, seolah-olah dia akan mengalahkan tim kami yang tak terkalahkan.

"Hei teman-teman... apakah kalian setuju?" ucapku yang imut tersenyum jahat.

"Hah... apakah hal ini perlu ditanyakan?" ucap bagas sambil meregangkan otot-ototnya.

"Jangan keluarkan kemampuan kita untuk lawan yang mudah" Ucap Wawan.

Setelahnya kami membentuk formasi 1-3-2 dan lawan membentuk formasi yang berbeda dari biasanya 1-1-4. Formasi yang cukup unik dimana mereka hanya menempatkan satu pemain bertahan dan mengerahkan sisanya di pemain penyerang. Tapi kalau begitu, kami hanya perlu bertahan untuk sementara sampai mengetahui pola penyerangan mereka yang abstrak.

Semua orang sudah tidak sabar untuk memulai pertandingan ini! dan tunggu apa lagi! ayo kita mulai!.

Pertandingan Dilanjutkan!

Sepertinya sebelumnya aku belum memperkenalkan diriku ya?. Baiklah aku akan langsung ke intinya saja, karena aku bukan orang yang suka membuang waktuku untuk menjelaskan suatu hal sampai rinci. Namaku Fajar dan saat ini aku masih seorang pelajar kelas 3 SMP.

Aku dan orang tuaku hidup di sebuah desa yang jauh dari perkotaan. Aku tidak pernah tahu seperti apa pemandangan perkotaan, ayahku hanya menceritakan kalau pemandangan di kota sangat luar biasa. Karena ayahku berasal dari kota dan sedangkan ibuku berasal dari desa ini. Entah bagaimana mereka bisa bertemu dan menjadi jodoh, itu hanya tuhan yang tahu.

Lalu mengenai sekolah ku, saat ini aku sedang bersekolah di SMP yang bernama SMP bulan Purnama. Letak sekolah itu cukup aneh dan agak mengerikan menurutku, karena lokasinya di bukit dan berada di tengah hutan. Tapi meskipun sekolah itu terasa menyeramkan, di sana adalah satu-satunya sekolah untuk SMP yang ada di desa ini. Jadi mau tak mau kami para warga desa harus menyekolahkan anaknya di SMP Bulan Purnama itu.

Lalu aku juga memiliki banyak sahabat ku yang selalu menemani ku setiap hari. Kemudian berteman dan berkenalan dengan murid lain adalah hal menyenangkan. Oleh karena itu rasa takutku yang kurasakan setiap mendaki bukit menghilang seiring berjalannya waktu.

Tapi... apakah kalian tahu? kalau di desa kami memiliki rumor yang menyeramkan yang diceritakan turun-temurun. Rumor yang mengatakan untuk jangan pergi menyebrang jembatan yang ada di bukit. Jaraknya tidak jauh dengan sekolah ku, malahan cukup dekat. Jembatan yang terbuat dari alas berupa kayu dan tali sebagai penyangga.

Memang terlihat menyeramkan karena terlihat sekali kalau jembatan itu sudah lama dari kayunya yang rapuh dan talinya yang sudah robek-robek. Aku pernah berdiri di dekat jembatan itu dan melihat apa yang ada di sebrang jembatan itu. Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, karena hanya ada hutan di depan sana seperti hutan yang mengelilingi sekolah kami. Hanya saja... tempat itu dipenuhi dengan kabut yang sedikit tebal.

Kakekku pernah bilang untuk jangan pernah mendekati jembatan itu apalagi menyebrang ke sana. Kakekku bilang kalau menyebrang jembatan itu maka orang itu tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya. Yang artinya jembatan itu adalah jalan menuju dunia lain selain manusia, yaitu dunia setan! karena itulah jembatan itu diberikan julukan sebagai jembatan setan.

Sudah ada beberapa orang yang pernah hilang sebelumnya karena melewati jembatan itu hanya karena ingin menantang diri mereka. Alhasil mereka dikabarkan menghilang dan rumor itu semakin menjadi-jadi di desa kami. Namun syukurlah setelah beberapa waktu rumor itu mulai memudar karena tidak ada seorangpun yang pernah melewati jembatan itu.

Tapi... rumor itu kembali menjadi topik pembicaraan yang panas di desa. Karena ada seorang guru di SMP kami yang dikabarkan menghilang, lalu para warga desa sekitar langsung menyatakan satu hal, yaitu menghilangnya guru itu karena melewati jembatan setan itu. Nama guru itu adalah Pak Budi, ia mengajar pelajaran fisika dan juga merupakan guru fisika kami.

Sampai sekarang pun Pak Budi belum. ditemukan dan para warga desa kembali merasakan rasa takut yang luar biasa yang pernah mereka alami sebelumnya. Tidak ada yang bisa warga desa lakukan untuk menghilangkan jembatan itu. Karena dulu kabarnya jembatan itu pernah di bakar habis oleh para warga karena di anggap mistis.

Namun apa yang terjadi besoknya? jembatan itu kembali ke keadaan semula. Padahal mereka sudah jelas-jelas membakarnya dengan benar dan membuat jembatan itu terputus lalu terjatuh ke sungai. Tapi jembatan itu seketika kembali ke keadaan sebelum mereka membakarnya.

Itu benar-benar hal yang tidak mungkin, semua orang pasti tahu itu. Mana mungkin ada manusia yang bisa membangun kembali jembatan itu dengan sama persis seperti sebelumnya. Lalu mereka menyadari satu hal, kalau ini bukanlah perbuatan manusia, akan tetapi makhluk yang tidak diketahui identitas atau yang kita kenal sebagai... setan!.

...****************...

Sementara itu pertandingan sepak bola antara kelas 3-9 melawan kelas 2-5 sedang berlangsung dan pertandingan sedang memanas karena setiap tim mencetak skor yang sama!. Sebelum bel sekolah berdering dan memulai kembali belajar, masih tersisa waktu 5 menit untuk menentukan siapa yang akan memenang pertandingan ini yang saat ini skornya 2-2.

Teman-temanku sudah lelah, ini adalah sesuatu yang buruk untuk tim kami. Tapi disisi lain juga mereka juga terlihat sangat kelelahan, kecuali... anak itu, Zilan. Sepertinya mereka sudah merencanakan strategi yang matang untuk mengalahkan tim kami yang terkenal karena tidak pernah kalah melawan siapapun lawan kami.

Karena aku adalah striker terhebat karena memiliki stamina yang besar dan juga aku handal bermain bola dengan di imbangi kecepatan berlari ku. Soal mengapa Zilan tidak kelelahan adalah, ini soal strategi mereka yang menjadikan 4 orang sebagai striker. Mereka menutup kenyataan untuk sementara kalai Zilan adalah striker yang hebat di tim mereka.

Dengan melakukan serangan yang kuat tanpa dengan Zilan yang hanya membantu mengoper bola. Karena sebelumnya Zilan selalu maju dan mencetak gol meski timnya selalu kalah jika berhadapan dengan kami. Tapi di detik-detik akhir kami selalu melakukan serangan balasan karena memanfaatkan Zilan yang sudah kelelahan dan mereka hanya bisa melakukan pertahanan.

Kali ini Zilan tidak membuang tenaganya dan menyimpannya di saat-saat terakhir agar dia bisa memaksimalkan serangan di akhir pertandingan. Mereka sepertinya memikirkan strategi yang sangat sempurna untuk membobol pertahanan kami yang sempurna.

"Ayooo! majuuu!" ucap Zilan yang akhirnya mulai melakukan perlawanan yang sesungguhnya yang sudah dinantikannya.

"Semuanya! kalian hadang yang lain! mengenai Zilan! serahkan saja padaku!" ucapku yang semakin bersemangat. Karena akan sangat memalukan bagi kami yang memiliki julukan tak terkalahkan akan kalah saat sedang di tonton oleh banyak orang saat ini.

"Baik! jangan biarkan siapapun memberi celah kepada lawan!" sambung Bagas.

Tim Zilan maju dengan pergerakan yang aneh, ini membuatku bingung kemana mereka akan mengarahkan bolanya. Namun saat ini aku hanya perlu fokus untuk berada di dekat Zilan yang merupakan sosok yang paling berbahaya saat ini. Mereka mengoper bola dengan sangat baik, padahal mereka sudah kelelahan seperti itu, huh mereka memiliki semangat yang luar biasa ternyata.

"Aku akan merebut bolanya!" ucap Andri kepada Ardi yang sedang memiliki bola.

Namun dengan mudah Ardi melewati pertahanan Andri dengan teknik dan kelincahannya.

"ZILAAAAAAN!" teriak Ardi sambil melambungkan bolanya ke arahku dan Zilan dengan cukup tinggi.

"Bolanya... bolanya terlalu tinggi..." ucapku dalam batin.

Wushhhh... sebelum bolanya sampai ke arah kami, aku dan Zilan melompat dengan tinggi untuk menyundul bolanya. Ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk melakukan serangan ini... jika mereka gagal, maka tim kami yang tak terkalahkan akan tetap menang. Tapi... jika mereka bisa memenangkan pertandingan ini dengan serangan terakhir ini, maka julukan kami akan menjadi mantan tak terkalahkan.

Saat ini kedua tim sedang bertaruh pada bola yang sedang melambung ke arahku dan Zilan.. Untuk menentukan siapakah yang akan memenangkan pertandingan ini.

"Hyaaaaaaaaaat!" ucapku dan Zilan dengan keras dan penuh semangat sambil melompat me atas dengan tinggi-tinggi.

Eh!?... kenapa Zilan bisa melompat dengan begitu tinggi? ah... benar juga. Di pertandingan ini dia sama sekali tidak mengeluarkan tenaga yang besar seperti biasanya. Karena itu dia masih menyimpan tenaga yang banyak dan bisa melompat dengan tinggi. Bolanya tidak sampai ke arahku, tapi bola itu sampai ke arah Zilan karena melompat tinggi.

Duk! bola itu di sundul dengan keras mengarah ke gawang tim kami. Agus yang saat ini sedang menjaga gawang sudah siap untuk menerima bola yang melayang lurus ke arahnya. Aku sedikit tersenyum karena sepertinya bola itu akan dengan mudah di tangkap atau di tepis oleh Agus yang merupakan kiper yang terbaik.

Namun kejadian tak terduga kembali terjadi, tiba-tiba saja Ardi datang menyambut bola yang sedang melayang lurus ke arah Agus. Gawat! bagaimana bisa tiba-tiba dia ada di situ? kemudian Ardi segera melompat salto untuk menendang bola itu dan mengubah arah laju bola itu jadi ke samping.

Hingga akhirnya Agus yang sudah bersiap untuk menangkap bola itu harus segera berlari ke arah samping untuk menghalangi bola yang akan segera masuk. Namun tidak sempat! bola itu terlalu cepat meski Agus sudah melompat untuk menahannya, bola itu tetap melaju dan akhirnya, GOOOLLLL!.

"GOOOOOOOOLLLLLLLLLLLL!!!" Teriak semua orang dengan serentak baik dari tim lawan dan para penonton. Mereka terlihat sangat puas sekali karena akhirnya sang jawara tak terkalahkan, kalah untuk pertama kalinya dengan strategi lawan yang tidak terduga.

Semuanya bersorak atas kemenangan mereka dengan gembira bisa mengalahkan tim kami. Sementara itu tim kami hanya melongo terdiam melihat strategi mereka yang tidak bisa di tebak dan aku mengakui kalau mereka melakukan gerakan tak terduga yang luar biasa.

Kemudian aku menghampiri tim mereka yang sedang merayakan kemenangan mereka, "Cih... ternya kalian hebat juga!" ucapku yang sebenarnya tidak mau mengakuinya.

"Hahaha! kakak juga sangat hebat karena selama ini tidak pernah kalah" ucap Ardi yang membalas pujian ku.

"Hehehe, bagaimana dengan trik yang kami gunakan? kakak sama sekali tak bisa menduganya kan?" ucap Zilan yang merasa bangga.

"Dasar! kalian terlalu hebat! hahaha!" tawaku sambil mengusap-usap rambut mereka berdua dan akhirnya kami tertawa bersama.

Yah... itu sungguh pertandingan yang sangat menyenangkan, entah kenapa terasa sangat menyenangkan walau kalah dibandingkan menang. Sepertinya itu karena kami telah bosan menang hahaha!.

Kringggg! kringggg! bel sekolah sudah berbunyi kembali dan kami segera kembali ke kelas kami masing-masing untuk melanjutkan pembelajaran kami. Setelah selesai sekolah ini aku berencana untuk segera pulang. Yah! ini merupakan kebiasaan yang sering kulakukan saat pulang sekolah.

Setiap kali pulang sekolah aku tidak pernah pergi bermain dulu dengan teman-teman ku dan segera pulang. Karena aku selalu ingin mendengar cerita mengenai jembatan setan itu dari kakekku yang merupakan penduduk desa yang paling tua dari seluruh warga yang ada dan tentunya kakek lebih banyak mengetahui cerita mistis mengenai jembatan setan itu.

Aku sudah tidak sabar ingin segera pulang dan mendengarkan cerita kakek mengenai jembatan itu. Meskipun terkadang aku merasa ketakutan dan merinding mendengar cerita kakekku. Tapi disisi lain ceritanya sangat menarik dan menyenangkan. Yah... semoga saja dengan cerita kakek ini aku bisa menemukan cara untuk menghilangkan jembatan setan itu...

Pesan Kakek

Kringggg! kringggg!

Akhirnya bel pulang sekolah yang ku tunggu-tunggu tiba juga. Aku harus segera pulang dan mendengarkan cerita kakek saat sampai rumah nanti. Aku pun segera membereskan buku-buku dan alat tulis yang ku gunakan untuk belajar ke dalam tasku. Tepat jam 3 sore, itu adalah waktu pulang sekolah kami.

Karena sekolahnya berada di tengah hutan, disini tampak lebih gelap karena sedikit cahaya matahari yang masuk. Aku segera pergi dan berpamitan kepada teman-teman ku seperti biasanya begitu waktu pulang sekolah tiba.

"Hei, apa kalian tahu kenapa Fajar selalu saja buru-buru pulang ke rumahnya?" ucap Bagas yang kebingungan dan penasaran dengan apa yang kulakukan.

"Kalau kau penasaran kenapa tidak tanya saja kepada orangnya langsung?" ucap Rahmat sambil bersiap-siap pulang.

"Mungkin saja Agus tahu, karena diakan temannya sejak kecil" sambung Lilis.

"Benar juga! aku juga sebenarnya penasaran sih. Jadi, Agus... apakah kau tahu apa yang dia lakukan setiap harinya saat pulang sekolah?" ucap Anis yang tiba-tiba saja bergabung di pembicaraan mereka.

"Hmm... kalau tidak salah, Fajar pernah bilang kepadaku kalau dia tertarik dengan cerita jembatan setan itu. Jadi dia pulang dan meminta kakeknya untuk menceritakannya " ucap Agus sambil garuk-garuk kepala.

"Hah? aneh sekali dia tertarik sama cerita mengenai jembatan itu" celoteh Anis sambil mengerutkan dahinya seakan dia sedang berpikir keras.

"Yah, walaupun rumor tentang jembatan itu sedang menjadi topik pembicaraan di desa karena hilangnya Pak Budi. Tapi sebenarnya, apa yang ingin dia ketahui?" ucap Wawan yang ikut bergabung setelah selesai piket.

Kemudian teman-temanku terdiam dan memikirkan alasanku yang tertarik dengan cerita jembatan setan itu. Sebenarnya alasanku simple saja, karena kakek adalah penduduk tertua di desa ini dan memiliki cerita yang tidak pernah diketahui oleh orang lain mengenai jembatan itu.

Jadi aku memanfaatkan waktuku bersama kakek sebaik mungkin selama kakek masih hidup mengenai jembatan itu. Karena jembatan itulah para penduduk desa jadi ketakutan dan selalu resah. Begitu juga dengan teman-teman ku yang jadi penakut karena hal itu. Aku hanya ingin kehidupan di desa ini menjadi normal, tanpa rasa takut dan kegelisahan, hanya itu saja sungguh.

Kemudian aku sudah berada di depan rumahku, "Kakeeeeek!" teriakku yang segera berlari kencang untuk menemui kakek yang selalu di kamarnya.

Cklek! aku membuka pintu kamar kakek dengan perlahan agar tidak menggangunya.

"Cucu kakek Fajar!" ucap kakek yang menyambut ku dengan mengulurkan kedua tangannya yang memintaku untuk memeluknya. Aku segera melepaskan tas yang ku pikul di bahu dan memeluk kakek dengan senang.

Kakekku adalah orang yang paling ku sayangi, aku beruntung memiliki kakek yang baik. Aku juga sangat bersyukur karena kakek selalu dalam keadaan sehat dan tak pernah sakit. Padahal seharusnya di usianya yang sudah tua saat ini rentan terkena penyakit. Tapi kakekku tidak pernah sakit dan selalu sehat dan juga selalu memperlihatkan senyumannya.

Tapi... meski kakek sehat dan selalu tersenyum seperti saat ini. Entah kenapa aku merasa kalau kakek adalah orang yang rapuh, kakek terlihat seperti selalu sedih dan dia selalu menutupi kesedihannya dengan menunjukkan senyumannya padaku. Terkadang aku pernah mengintip ke dalam kamar kakekku.

Aku melihat kakekku terus memandangi jendela luar dan terkadang sambil memegang sebuah foto kakek saat masih muda bersama dengan nenek. Kakek terus memandangi foto itu dengan sangat lama dengan ekspresi yang kosong. Sekali lihat pun aku langsung tahu apa isi hati kakekku saat itu, kalau kakek sangat merindukan nenek.

Tapi kakek tidak pernah sekalipun menangis atau menunjukkan ekspresinya yang sedih baik saat menatap fotonya ataupun saat menatap jendela kamarnya. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu selalu saja muncul saat kakek sedang sendirian. Entah apa yang dia pikirkan dan itu membuatku berubah pikiran kalau kakek sangat ingin bertemu kembali dengan nenek.

Rasanya ada hal lain yang ingin kakek lakukan, entah apa itu aku benar-benar tidak mengetahuinya. Ternyata aku benar-benar tidak mengetahui sedikit pun tentang kakek. Padahal aku selalu mengira aku adalah orang yang paling mengerti dibandingkan ayahku yang anaknya kakek. Tapi aku salah... ternyata tidak ada seorangpun yang mengerti mengenai isi hati kakek.

"Fajar... dengarkan cerita kakek..." ucap kakekku yang tiba-tiba mengubah ekspresi wajahnya seperti saat ia sendiri. Padahal Kakek tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti ini kepadaku sebelumnya. Aku benar-benar terkejut dan seketika tubuhku bergemetar merinding.

"A-ada apa... ka-kakek!?" ucapku yang terbata-bata.

"Kakek hanya akan menceritakan hal ini sekali saja. Jadi Fajar harus mengingatnya dengan baik..." ucap kakekku yang mulai serius kepadaku.

Sementara itu ayah dan ibuku sedang bekerja di sawah dan saat ini mereka sedang duduk di tenda yang terbuat dari kayu di tengah sawah. Ayah dan ibuku adalah seorang petani di desa ini, yah... karena hanya inilah satu-satunya penghasilan terbesar yang ada di desa ini. Ayahku yang dulunya orang kantoran yang bekerja di kota, kini melanjutkan hidupnya menjadi petani bersama dengan orang yang dicintainya.

"Pah... ini makan dulu..." ucap ibuku yang bernama Siti. Ibuku memberikan bekal berupa masakan rumahan kepada ayah.

"Iya, makasih mah... mamah juga makan dulu, pasti capek karena bantuin papah dari tadi" ucap ayahku yang begitu menyayangi ibuku dengan segenap cintanya.

"Iya pah..." ucap ibuku yang malu-malu.

"Mah! ini sudah jam 3 kan!? kalau gitu papah pulang dulu mah!" ucap ayahku yang segera menaruh makanannya kembali dan dengan tergesa-gesa pergi melewati sawah.

"Pah! papah! tunggu!" ucap ibuku yang mencoba menghentikan langkah ayahku dengan ucapannya.

Sementara itu teman-temanku yang baru saja pulang dari sekolah setelah memikirkan ku. Bertemu dengan ayahku yang sedang berlari keluar dari sawah saat mereka hendak pulang ke rumah mereka masing-masing. Ayahku segera menghentikan teman-temanku yang sedang berjalan pulang dan bertanya kepada teman-temanku.

"Agus! apakah Fajar sudah pulang!?" ucap ayahku dengan tergesa-gesa.

"Sudah pak, Fajar selalu langsung pulang begitu selesai" ucap Wawan dengan tiba-tiba.

Kemudian ayahku segera berlari meninggalkan teman-temanku dan segera kembali ke rumah untuk menemui ku. Sementara itu Wawan dan Rahmat yang saat ini bersama dengan Agus terlihat kebingungan melihat sikap ayahku. Mereka sangat heran karena baru pertama kali ini ayahku terlihat seperti orang panik.

"Kenapa kamu yang jawab! haduh!... kalau begini bisa repot urusannya!" celoteh Agus dengan kesal karena Wawan menyerobot pembicaraan Agus dengan ayahku.

"Me-memangnya kenapa? dan sebenarnya ada apa sih?" ucap Wawan yang semakin bingung dan menggaruk-garuk kepalanya. Rahmat yang dari tadi diam saja juga ikut menggaruk-garuk kepalanya karena bingung.

Sementara ayahku sudah berada di depan rumah dan segera masuk ke dalam rumah dan pergi menemui ku di kamar kakek. Brak! ayah membuka pintu kamar kakek dengan sangat kencang hingga membuatku terkejut. Wajahnya merah kesal seakan-akan akan meluapkan seluruh emosinya kepada ku. Aku jadi takut, karena sepertinya ayah akan marah besar padaku.

"Fajar! ikut bapak!" ucap ayahku yang menarik ku keluar dari kamar kakek.

Aku hanya bisa diam dan menerimanya, karena aku terus mengingkari permintaan ayahku. Apakah kalian tahu apa permintaan itu? yaitu mengenai aku yang ingin mengetahui kisah jembatan setan itu. Ayahku selalu menghalangiku di saat aku selalu ingin tahu cerita itu kepada kakek.

Jadi aku hanya mendengar sedikit-demi sedikit cerita yang ku dapat dari kakek sebelum ayah datang ke rumah untuk menghentikan ku. Tapi kali ini... aku mendengar begitu banyak cerita dari kakek.. Tidak, ini bukan seperti sebuah cerita, akan tetapi seperti sebuah misteri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!