Peta Desa Rembulan
Di malam hari aku terbangun dari tidurku setelah seharian lelah mendengar ocehan ayahku. Meskipun ayahku terus melarang ku untuk mendengar cerita kakek, tapi aku tetap akan melakukannya lagi. Aku selalu merasa bersalah dan meminta maaf kepada ayahku di dalam batinku.
Aku pergi keluar kamar dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air segar di teko. Glug glug glug fuahhh, rasanya tenggorokan ku lega kembali. Kemudian setelah minum aku segera kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurku. Tapi begitu aku ingin membuka pintuku, aku melihat pintu rumah terbuka lebar.
Aku berjalan menuju pintu rumah untuk menutupinya, aku melihat keluar pepohonan terhembus dengan angin malam yang kencang. Aku segera menutup pintu rumahnya, namun saat hendak aku menutupnya, tiba-tiba saja di depan jalan ada orang dengan pakaian hitam memegang tongkat obor di tangannya.
Aku heran melihat ada orang sendirian keluar di tengah badai angin ini sambil membawa obor. Padahal hembusan angin cukup kencang, tapi kenapa apinya tidak padam. Orang itu terus berjalan lurus dan sepertinya dia akan datang ke suatu tempat. Sejenak aku berpikir dan terdiam, kalau orang itu sedang merencanakan sesuatu yang jahat, sepertinya orang aneh itu akan membakar salah-satu rumah warga desa.
Kemudian aku keluar rumah sambil mengikuti orang itu dari belakang diam-diam. Dia sama sekali tak merasa waspada dan hanya jalan lurus saja seperti orang yang dihipnotis. Aku terus mengikutinya di tengah hembusan badai angin yang cukup kuat, kakiku kedinginan karena aku memakai celana pendek.
Pria itu terus berjalan dan pergi menaiki bukit, aku semakin heran dan tak tahu apa yang akan dia lakukan. Padahal awalnya aku mengira dia akan membakar salah-satu rumah warga atau kebun dan sawah-sawah kami. Tapi ternyata dia malah menaiki bukit yang jalannya menuju ke arah sekolah ku. Disini aku berpikir kalau ada dua kemungkinan apa yang akan dia lakukan, mungkin saja dia akan membakar hutan atau sekolah ku.
Aku terus mengikuti orang yang membawa obor itu dengan menyelinap di antara pepohonan. Dia terus berjalan hingga akhirnya sampai di depan sekolahku dan pergi berbelok. Kemudian aku segera mengejarnya untuk mengikutinya, tapi tiba-tiba aku kehilangan keberadaan orang itu. Aku panik dan melihat ke sekitar untuk mencari keberadaan orang itu.
Aku terkejut kalau tiba-tiba saja dia berada di arah jalan menuju jembatan Setan itu. Kemudian aku mengejarnya dengan berjalan cepat sambil menatap orang itu yang berjalan di antara pepohonan. Lagi-lagi aku terkejut kalau orang itu menghilang untuk kedua kalinya begitu aku sampai di depan jembatan Setan. Seketika aku merasa merinding dan kakiku bergemetar ketakutan.
Tapi... lagi-lagi aku melihat orang itu, dia... berada di sebrang jembatan itu. Aku sangat terkejut kalau tiba-tiba saja dia berada disitu dan saat ini dia sedang berdiam diri sambil memegang obor menghadap depan. Aku tak tahu apa yang dia lihat sampai berhenti berjalan dan terdiam seperti itu.
Sreeet... tiba-tiba saja dia menghadap kebelakang yaitu menghadap ku sambil menundukkan kepalanya sehingga aku tak bisa melihat seperti apa wajah orang itu. Wushhhh kemudian obor yang dia pegang mati tertiup angin dan disini menjadi lebih gelap karena tidak ada cahaya.
Kemudian orang itu mengangkat kepalanya dan berkata, "Fajar... apa yang kamu lakukan disini?" ucap orang itu yang ternyata dia adalah guruku. Pak Budi yang dikabarkan menghilang sebulan yang lalu karena menyebrang jembatan ini.
Tapi melihatnya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, aku merasa cukup lega kalau ternyata Pak Budi masih ada. Aku selalu berpikir yang aneh-aneh dengan hilangnya Pak Budi, entah itu karena diculik makhluk halus atau dibunuh bahkan menyebrangi jembatan Setan ini.
"Syukurlah kalau bapak baik-baik saja" ucapku yang merasa senang masih bisa melihatnya. Karena dia adalah guru yang baik kepadaku, terkadang kalau Pak Budi memiliki uang yang lebih, dia selalu mengajak ku makan bersama di kantin. Dia adalah guru yang sosoknya paling dekat bagiku dari pada guru-guru yang lain. Tapi pertanyaan ku adalah... kenapa Pak Budi melakukan ini? kenapa dia tiba-tiba bersembunyi dari warga desa?.
"Bapak tidak baik-baik saja nak..." ucap Pak Budi yang tiba-tiba saja wajahnya pucat dan penuh dengan keringat dingin.
Aku terkejut melihatnya, "A-ada apa pak!? bapak kenapa?" ucapku yang heran melihat ekspresi wajahnya yang terlihat seperti orang yang ketakutan.
"Fajar cepat lari dari sini! Fajar!" Teriak Pak Budi kepadaku.
Kemudian tiba-tiba saja ada sosok hitam yang seluruh bagian tubuhnya panjang. Lebih tepatnya sosok itu tingginya dua kali lipat dari tinggi Pak Budi yang merupakan orang tertinggi yang tinggal di desa. Sosok itu aku tak melihatnya dengan jelas karena ada kabut, tapi yang pasti dia sedang berjalan menuju Pak Budi dengan cepat.
Aku benar-benar panik dan takut dengan sosok itu hingga suara Pak Budi terdengar samar-samar ditelinga ku karena seluruh tubuhku bergetar merinding. Sosok itu akhirnya berhenti dan persis berdiri di belakang Pak Budi. Aku melotot terkejut dan terjatuh karena syok melihat sosok yang sangat menyeramkan.
Badannya kurus, lengan, kaki, jari, badan, leher sampai kepalanya juga panjang!. Lalu, bola matanya melotot merah kepadaku dengan gigi hitamnya yang tajam. Aku benar-benar ketakutan sampai tak sadar kalau air mataku keluar karena saking takutnya.
"FAJAAAAAAAAAARRRR!" ucap pak Budi yang akhirnya makhluk itu mangap dan memakan setengah tubuh Pak Budi.
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriakku dengan sangat keras.
Tapi!? apa-apaan ini? kenapa sekarang aku berada di kasurku? dan sedang berada di kamarku?. Aku benar-benar kebingungan dan detak jantungku berdebar-debar begitu cepat, aku juga masih merasakan ketakutan dan juga bulu kudukku sampai berdiri. Badanku juga penuh dengan keringat, nafasku tersengal-sengal karena ketakutan yang luar biasa.
Tapi setelahnya aku baru sadar kalau ternyata itu adalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang ku rasakan itu terasa sangat nyata sekali sampai-sampai seluruh tubuhku masih bergemetar ketakutan mengingatnya. Kemudian tiba-tiba saja aku merasa haus dan tenggorokanku menjadi kering.
Seketika aku langsung teringat kembali dari mana mimpi itu berawal. Mimpi itu berawal ketika aku terbangun dari tidurku dan pergi ke dapur untuk mengambil minum karena merasa haus yang luar biasa. Begitu juga dengan apa yang kurasakan saat ini, tenggorokan ku benar-benar kering dan aku butuh minum secepatnya.
Aku melihat jam dinding yang ada di kamarku sudah menunjukkan pukul 12 malam. Meskipun aku merasa takut dan kakiku bergemetar, aku tetap beranjak dari kasur ku untuk mengambil segelas air di dapur. Dengan perlahan aku membuka pintu kamarku dan melihat ke samping, apakah pintu rumahnya sudah tertutup atau belum, namun syukurlah pintu rumahnya sudah tertutup dengan rapat.
Jadi aku bisa merasa lega dan segera pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Aku meminum dua gelas air sampai habis karena kehausan. Kemudian aku berjalan kembali ke kamarku dan di saat itulah... aku melihat pintu rumahku terbuka lebar dan hembusan angin malam membuat pintu rumahku bergoyang-goyang.
Aku... merasa takut... tapi... aku tahu kalau aku harus menutup pintu rumahku. Akhirnya aku memutuskan untuk menutup pintu rumahku terlebih dahulu dan setelahnya segera kembali masuk ke dalam kamarku. Krieet... krieet aku berjalan dengan pelan-pelan di atas lantai kayu rumahku yang sudah rapuh dan lapuk.
Aku melihat keluar rumah begitu sampai di depan pintu rumahku. Aku terkejut begitu melihat ada sebuah obor di sebrang jalan dan dengan cepat aku segera menutup pintu rumahku dengan keras. Nafasku kembali menjadi sesak dan jantungku semakin berdebar-debar dengan kencang.
"Fajar..."
"UWAAAAAAAA!!!!" teriakku yang terkejut karena ada yang memanggil namaku karena itu mengingatkan ku pada Pak Budi yang memanggil namaku di dalam mimpiku.
Tapi begitu aku menghadap ke belakang ternyata itu hanyalah ibuku dan ia juga ikut terkejut melihat ku berteriak ketakutan. Seketika rasanya lega hingga aku menjatuhkan diriku ke lantai karena tahu itu adalah ibuku.
"Fajar! jangan bikin ibu kaget!... haaahhh... kenapa kamu belum tidur juga?" ucap ibuku yang marah kepadaku.
"Maaf bu, tadi Fajar tiba-tiba saja terbangun karena mimpi buruk" ucapku sambil menundukkan kepalaku di hadapan ibuku kalau aku merasa bersalah.
"Hmm, yasudah tidak apa-apa... pantas saja ibu dengar Fajar tadi berteriak. Ternyata karena mimpi buruk toh, kalau begitu cepat kembali ke kamarmu dan cepat kembali tidur" ucap ibuku yang pergi ke depan pintu rumah.
"Iya bu, tapi... ibu mau ngapain?" ucapku yang merasa gelisah karena ibu berdiri di depan pintu rumah.
"Ibu hanya ingin mengganjal pintu rumahnya pake gagang sapu. Soalnya dari tadi pintunya terbuka terus karena tertiup angin. Yah, lagian juga pintu rumahnya sudah tua, jadi pantas saja mudah terdorong angin" ucap ibuku sembari mengganjal gagang pintunya dengan gagang sapu.
Aku kembali lega dan mengelus-elus dadaku sembari masuk ke dalam kamarku untuk segera tidur kembali. Karena besok aku harus kembali bersekolah dan aku juga tidak sabar ingin bermain bola lagi bersama teman-teman ku saat jam istirahat nanti. Tapi... soal mimpi buruk yang baru saja terjadi? apakah aku ceritakan saja kepada teman-teman ku ya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments