Jodoh Terbaik Diusia 25 Tahun

Jodoh Terbaik Diusia 25 Tahun

Awal pertemuan dan pernikahan

Hari itu, Bella merasa tegang dan gelisah. Ia baru saja menerima kabar dari orangtuanya bahwa mereka akan menjodohkannya dengan seorang pria yang belum pernah dikenalnya sebelumnya. Bella tahu bahwa ini adalah bagian dari tradisi keluarga mereka, namun ia merasa sedikit terganggu dengan keputusan orangtuanya.

Saat Bella tiba di sebuah restoran mewah di pusat kota, ia merasa tidak nyaman. Ia tahu bahwa ini adalah tempat yang terlalu mewah untuknya. Bella melihat sekeliling dan melihat seorang pria yang duduk di meja yang paling jauh di sudut ruangan. Ia tahu bahwa itulah Ryan, pria yang akan dijodohkan dengannya.

Bella melangkah dengan hati yang berdebar-debar. Ryan tampak tampan dengan setelan jas hitamnya yang elegan. Ia tersenyum ketika melihat Bella datang dan langsung bangkit dari kursinya untuk memberikan salam.

"Selamat datang, Bella. Saya Ryan. Silakan duduk," ucap Ryan dengan sopan.

Bella merasa sedikit gugup namun ia berusaha untuk tenang dan menjawab salam Ryan dengan senyuman. Ia duduk di kursi yang disediakan Ryan di seberang meja.

"Saya senang bisa bertemu denganmu, Ryan," kata Bella dengan lembut.

"Dan saya juga senang bisa bertemu denganmu, Bella. Semoga kita bisa mengenal satu sama lain lebih baik hari ini," jawab Ryan.

Kedua mereka memesan makanan dan minuman, dan mulai saling berbincang-bincang. Ryan berbicara tentang pekerjaannya sebagai pengusaha, sementara Bella menceritakan tentang kuliah dan pekerjaannya sebagai guru di sekolah dasar.

Sesekali mereka terdiam, dan suasana menjadi canggung. Namun, Ryan selalu mampu membuat suasana menjadi santai kembali dengan senyumannya yang hangat.

"Saya tahu kamu tidak senang dengan keputusan orangtuamu untuk menjodohkan kita. Namun, saya berharap kita bisa mencoba untuk saling mengenal satu sama lain," kata Ryan tiba-tiba.

Bella merasa sedikit tersentuh dengan perkataan Ryan. Ia merasa bahwa Ryan adalah pria yang baik hati dan mengerti perasaannya.

"Aku akan mencoba, Ryan. Namun, aku butuh waktu untuk merasa nyaman dengan keadaan ini," kata Bella dengan lembut.

Ryan tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Bella. Saya akan selalu sabar menunggumu."

Pertemuan pertama Bella dan Ryan berakhir dengan cukup baik. Namun, Bella masih merasa tidak nyaman dengan keputusan orangtuanya. Ia tahu bahwa ia harus mencoba untuk membuka hatinya, namun hal itu tidak mudah bagi dirinya. Bella pulang dengan pikiran yang berat, namun ia merasa sedikit tenang karena tahu bahwa Ryan adalah pria yang baik hati dan sabar.

Hari itu, Ryan datang ke rumah Bella bersama kedua orang tuanya. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, dan suasana menjadi sedikit tegang. Bella merasa sangat gugup dan tidak nyaman.

"Maaf, Bella. Kami ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," kata ibu Ryan dengan lembut.

"Sudahkah kalian bertemu sebelumnya?" tanya ayah Bella pada Ryan.

"Ya, kita sudah bertemu beberapa kali di acara keluarga," jawab Ryan.

"Saya ingin membicarakan sesuatu dengan Bella," ujar Ryan. "Saya sudah lama merasa cocok dengan Bella dan ingin meminta izin untuk melamar dia."

Bella merasa sangat kaget. Dia tidak pernah berpikir bahwa Ryan akan mengajukan lamaran setelah pertemuan pertama mereka yang tidak berkesan.

"Saya tahu ini terdengar tiba-tiba," sambung Ryan. "Tapi, saya merasa bahwa kita berdua cocok dan saya ingin memulai hidup baru dengan Bella."

Bella tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa bingung dan tidak tahu harus mengambil keputusan apa.

"Saya mengerti jika ini terlalu tiba-tiba bagi kamu, Bella," kata Ryan dengan sabar. "Saya tidak ingin memaksa kamu untuk memutuskan sekarang. Pikirkanlah baik-baik, dan berdoalah untuk menemukan jawabannya."

Setelah Ryan dan keluarganya pergi, Bella merasa sangat bingung. Dia tidak tahu harus mengambil keputusan apa. Dia berdoa sepanjang malam dan akhirnya merasa yakin bahwa ini adalah pilihan yang terbaik baginya.

Keesokan harinya, Bella menghubungi Ryan dan memberitahunya bahwa dia setuju untuk melanjutkan dengan lamarannya.

"Saya sangat senang mendengarnya, Bella," kata Ryan dengan senyum lebar di wajahnya. "Saya janji akan merawat kamu dengan baik dan membuat kamu bahagia."

Bella merasa lega setelah mengambil keputusan itu. Dia merasa bahwa Ryan adalah pria yang baik dan mencintainya dengan tulus. Dia merasa bersyukur atas jalan hidup yang telah ditentukan Tuhan untuknya.

Pada saat pesta pernikahan sedang berlangsung, suasana sangat meriah dan penuh kebahagiaan. Bella dan Ryan terlihat sangat bahagia dan saling mencintai. Mereka menari bersama di tengah panggung dengan lagu romantis yang sedang diputar.

Tetapi, beberapa tamu undangan terlihat cemburu dan iri dengan kemewahan pesta pernikahan Bella dan Ryan. Salah satu teman Bella, bernama Maya, datang mendekati Bella sambil menyampaikan rasa irinya.

Maya: "Bella, pesta pernikahanmu benar-benar indah sekali. Tapi aku merasa iri melihatnya. Aku juga ingin memiliki pesta pernikahan seperti ini."

Bella: "Terima kasih, Maya. Aku juga berharap kamu bisa memiliki pesta pernikahan yang seindah ini suatu saat nanti."

Ryan: "Jangan iri, Maya. Yang terpenting bukanlah pesta pernikahan yang megah, melainkan cinta yang tulus di antara pasangan yang menikah. Kami berdua memang sangat bersyukur atas pernikahan ini, tapi yang paling penting adalah kita saling mencintai dan saling mendukung satu sama lain."

Maya: "Kamu benar, Ryan. Aku merasa terinspirasi dengan kata-katamu. Terima kasih telah mengingatkan kami semua."

Bella: "Aku sangat berterima kasih atas kehadiranmu di sini, Maya. Semoga kamu juga bisa menemukan cinta yang sejati dan bahagia seperti yang kami rasakan saat ini."

Suasana pun kembali meriah dan tamu undangan pun mulai menikmati pesta pernikahan yang dihadirkan oleh Bella dan Ryan. Mereka merasa terhibur dan senang bisa menghadiri pernikahan yang indah dan penuh kebahagiaan ini.

Ryan: "Janganlah terlalu memikirkan perkataan Maya, Bella. Dia mungkin iri dengan kemegahan pesta pernikahan kita. Tapi ingatlah, yang terpenting adalah pernikahan kita yang indah dan berkah ini."

Bella: "Tapi, Ryan, aku merasa sedih dan kesal. Aku tidak suka ada yang menghina atau meremehkan acara pernikahan kita."

Ryan: "Sudahlah, Bella. Jangan biarkan perkataan mereka mengganggu perasaan kita pada hari yang indah ini. Mari kita nikmati momen ini bersama-sama."

Bella merasa lega mendengar kata-kata Ryan dan mulai merasa tenang kembali. Mereka berdua berjalan-jalan di taman di sekitar tempat pesta pernikahan, menikmati keindahan malam yang tenang dan damai.

Bella: "Terima kasih, Ryan. Kamu selalu bisa membuatku merasa tenang dan nyaman."

Ryan: "Itu karena aku mencintaimu, Bella. Aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia dan merasa dicintai."

Bella tersenyum dan merasakan hatinya penuh dengan kebahagiaan. Dia merasa beruntung memiliki suami yang sangat perhatian dan penyayang seperti Ryan. Mereka berdua berjalan pulang ke rumah mereka dengan tangan saling menggenggam, siap memulai kehidupan baru mereka bersama-sama.

Terpopuler

Comments

jangan lupa mampir di karyaku juga ya dan beri dukungannya. sekalian boleh minta folback nya agar bisa berteman

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!