NovelToon NovelToon

Jodoh Terbaik Diusia 25 Tahun

Awal pertemuan dan pernikahan

Hari itu, Bella merasa tegang dan gelisah. Ia baru saja menerima kabar dari orangtuanya bahwa mereka akan menjodohkannya dengan seorang pria yang belum pernah dikenalnya sebelumnya. Bella tahu bahwa ini adalah bagian dari tradisi keluarga mereka, namun ia merasa sedikit terganggu dengan keputusan orangtuanya.

Saat Bella tiba di sebuah restoran mewah di pusat kota, ia merasa tidak nyaman. Ia tahu bahwa ini adalah tempat yang terlalu mewah untuknya. Bella melihat sekeliling dan melihat seorang pria yang duduk di meja yang paling jauh di sudut ruangan. Ia tahu bahwa itulah Ryan, pria yang akan dijodohkan dengannya.

Bella melangkah dengan hati yang berdebar-debar. Ryan tampak tampan dengan setelan jas hitamnya yang elegan. Ia tersenyum ketika melihat Bella datang dan langsung bangkit dari kursinya untuk memberikan salam.

"Selamat datang, Bella. Saya Ryan. Silakan duduk," ucap Ryan dengan sopan.

Bella merasa sedikit gugup namun ia berusaha untuk tenang dan menjawab salam Ryan dengan senyuman. Ia duduk di kursi yang disediakan Ryan di seberang meja.

"Saya senang bisa bertemu denganmu, Ryan," kata Bella dengan lembut.

"Dan saya juga senang bisa bertemu denganmu, Bella. Semoga kita bisa mengenal satu sama lain lebih baik hari ini," jawab Ryan.

Kedua mereka memesan makanan dan minuman, dan mulai saling berbincang-bincang. Ryan berbicara tentang pekerjaannya sebagai pengusaha, sementara Bella menceritakan tentang kuliah dan pekerjaannya sebagai guru di sekolah dasar.

Sesekali mereka terdiam, dan suasana menjadi canggung. Namun, Ryan selalu mampu membuat suasana menjadi santai kembali dengan senyumannya yang hangat.

"Saya tahu kamu tidak senang dengan keputusan orangtuamu untuk menjodohkan kita. Namun, saya berharap kita bisa mencoba untuk saling mengenal satu sama lain," kata Ryan tiba-tiba.

Bella merasa sedikit tersentuh dengan perkataan Ryan. Ia merasa bahwa Ryan adalah pria yang baik hati dan mengerti perasaannya.

"Aku akan mencoba, Ryan. Namun, aku butuh waktu untuk merasa nyaman dengan keadaan ini," kata Bella dengan lembut.

Ryan tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Bella. Saya akan selalu sabar menunggumu."

Pertemuan pertama Bella dan Ryan berakhir dengan cukup baik. Namun, Bella masih merasa tidak nyaman dengan keputusan orangtuanya. Ia tahu bahwa ia harus mencoba untuk membuka hatinya, namun hal itu tidak mudah bagi dirinya. Bella pulang dengan pikiran yang berat, namun ia merasa sedikit tenang karena tahu bahwa Ryan adalah pria yang baik hati dan sabar.

Hari itu, Ryan datang ke rumah Bella bersama kedua orang tuanya. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, dan suasana menjadi sedikit tegang. Bella merasa sangat gugup dan tidak nyaman.

"Maaf, Bella. Kami ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," kata ibu Ryan dengan lembut.

"Sudahkah kalian bertemu sebelumnya?" tanya ayah Bella pada Ryan.

"Ya, kita sudah bertemu beberapa kali di acara keluarga," jawab Ryan.

"Saya ingin membicarakan sesuatu dengan Bella," ujar Ryan. "Saya sudah lama merasa cocok dengan Bella dan ingin meminta izin untuk melamar dia."

Bella merasa sangat kaget. Dia tidak pernah berpikir bahwa Ryan akan mengajukan lamaran setelah pertemuan pertama mereka yang tidak berkesan.

"Saya tahu ini terdengar tiba-tiba," sambung Ryan. "Tapi, saya merasa bahwa kita berdua cocok dan saya ingin memulai hidup baru dengan Bella."

Bella tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa bingung dan tidak tahu harus mengambil keputusan apa.

"Saya mengerti jika ini terlalu tiba-tiba bagi kamu, Bella," kata Ryan dengan sabar. "Saya tidak ingin memaksa kamu untuk memutuskan sekarang. Pikirkanlah baik-baik, dan berdoalah untuk menemukan jawabannya."

Setelah Ryan dan keluarganya pergi, Bella merasa sangat bingung. Dia tidak tahu harus mengambil keputusan apa. Dia berdoa sepanjang malam dan akhirnya merasa yakin bahwa ini adalah pilihan yang terbaik baginya.

Keesokan harinya, Bella menghubungi Ryan dan memberitahunya bahwa dia setuju untuk melanjutkan dengan lamarannya.

"Saya sangat senang mendengarnya, Bella," kata Ryan dengan senyum lebar di wajahnya. "Saya janji akan merawat kamu dengan baik dan membuat kamu bahagia."

Bella merasa lega setelah mengambil keputusan itu. Dia merasa bahwa Ryan adalah pria yang baik dan mencintainya dengan tulus. Dia merasa bersyukur atas jalan hidup yang telah ditentukan Tuhan untuknya.

Pada saat pesta pernikahan sedang berlangsung, suasana sangat meriah dan penuh kebahagiaan. Bella dan Ryan terlihat sangat bahagia dan saling mencintai. Mereka menari bersama di tengah panggung dengan lagu romantis yang sedang diputar.

Tetapi, beberapa tamu undangan terlihat cemburu dan iri dengan kemewahan pesta pernikahan Bella dan Ryan. Salah satu teman Bella, bernama Maya, datang mendekati Bella sambil menyampaikan rasa irinya.

Maya: "Bella, pesta pernikahanmu benar-benar indah sekali. Tapi aku merasa iri melihatnya. Aku juga ingin memiliki pesta pernikahan seperti ini."

Bella: "Terima kasih, Maya. Aku juga berharap kamu bisa memiliki pesta pernikahan yang seindah ini suatu saat nanti."

Ryan: "Jangan iri, Maya. Yang terpenting bukanlah pesta pernikahan yang megah, melainkan cinta yang tulus di antara pasangan yang menikah. Kami berdua memang sangat bersyukur atas pernikahan ini, tapi yang paling penting adalah kita saling mencintai dan saling mendukung satu sama lain."

Maya: "Kamu benar, Ryan. Aku merasa terinspirasi dengan kata-katamu. Terima kasih telah mengingatkan kami semua."

Bella: "Aku sangat berterima kasih atas kehadiranmu di sini, Maya. Semoga kamu juga bisa menemukan cinta yang sejati dan bahagia seperti yang kami rasakan saat ini."

Suasana pun kembali meriah dan tamu undangan pun mulai menikmati pesta pernikahan yang dihadirkan oleh Bella dan Ryan. Mereka merasa terhibur dan senang bisa menghadiri pernikahan yang indah dan penuh kebahagiaan ini.

Ryan: "Janganlah terlalu memikirkan perkataan Maya, Bella. Dia mungkin iri dengan kemegahan pesta pernikahan kita. Tapi ingatlah, yang terpenting adalah pernikahan kita yang indah dan berkah ini."

Bella: "Tapi, Ryan, aku merasa sedih dan kesal. Aku tidak suka ada yang menghina atau meremehkan acara pernikahan kita."

Ryan: "Sudahlah, Bella. Jangan biarkan perkataan mereka mengganggu perasaan kita pada hari yang indah ini. Mari kita nikmati momen ini bersama-sama."

Bella merasa lega mendengar kata-kata Ryan dan mulai merasa tenang kembali. Mereka berdua berjalan-jalan di taman di sekitar tempat pesta pernikahan, menikmati keindahan malam yang tenang dan damai.

Bella: "Terima kasih, Ryan. Kamu selalu bisa membuatku merasa tenang dan nyaman."

Ryan: "Itu karena aku mencintaimu, Bella. Aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia dan merasa dicintai."

Bella tersenyum dan merasakan hatinya penuh dengan kebahagiaan. Dia merasa beruntung memiliki suami yang sangat perhatian dan penyayang seperti Ryan. Mereka berdua berjalan pulang ke rumah mereka dengan tangan saling menggenggam, siap memulai kehidupan baru mereka bersama-sama.

kehidupan pernikahan dimulai

Bella melihat-lihat sekeliling rumah itu dengan mata terbuka lebar. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan tinggal di tempat yang begitu megah dan indah. Suasana dalam rumah itu tenang dan nyaman, membuatnya merasa sangat dihargai oleh suaminya.

“Kamu senang dengan rumah ini?” tanya Ryan, tersenyum melihat wajah kagum Bella.

“Sangat senang,” jawab Bella. “Rumah ini begitu indah dan nyaman. Aku tidak pernah membayangkan tinggal di tempat seperti ini.”

“Kamu harus merasa nyaman di rumahmu sendiri,” kata Ryan. “Aku harap kamu merasa senang tinggal bersamaku.”

“Tentu saja,” jawab Bella dengan senyum.

Ryan menggandeng tangan Bella dan membawanya ke kamar tidur. Kamar itu luas dan nyaman, dengan tempat tidur besar di tengah-tengah dan jendela besar yang memungkinkan sinar matahari masuk. Ryan meraih tangan Bella dan membimbingnya ke tempat tidur.

“Sekarang, kamu bisa istirahat di sini,” kata Ryan dengan lembut. “Aku akan menemani kamu sebentar.”

Bella merasa tenang di samping Ryan, dan merasa bahagia karena mereka telah menikah. Meskipun awalnya ia tidak suka dijodohkan, Bella sekarang merasa bersyukur karena ia menikah dengan pria yang begitu baik dan penyayang seperti Ryan.

"Bella, aku senang melihatmu bahagia," ucap Ryan sambil tersenyum manis pada istrinya.

"Terima kasih, Ryan. Kamu begitu baik padaku," jawab Bella sambil tersenyum bahagia.

Ryan mengelus lembut pipi Bella. "Aku ingin membuatmu bahagia seumur hidupmu, Bella. Aku akan selalu ada untukmu dan selalu mencintaimu."

Bella merasakan kehangatan dalam hatinya mendengar kata-kata suaminya tersebut. Dia merasa bersyukur karena memiliki suami seperti Ryan. Mereka lalu berpelukan erat dan saling mencium dengan penuh cinta.

Saat itu, suasana kamar pengantin begitu romantis dengan hiasan mawar merah yang indah dan cahaya lilin yang lembut. Bella merasa seperti berada di dalam dongeng yang indah. Dia tidak sabar untuk memulai kehidupan barunya bersama Ryan.

Waktu berjalan dan hari-hari di rumah baru Bella dan Ryan terasa sangat menyenangkan. Mereka saling berbagi cerita dan bercanda di setiap waktu senggang yang mereka miliki. Bella merasa sangat nyaman dengan keberadaan Ryan dan selalu merasa aman ketika bersama suaminya.

Namun, suatu hari Ryan mendapat kabar dari kantornya bahwa ia harus pergi ke luar kota untuk menghadiri acara penting di perusahaan. Bella merasa sedih karena akan ditinggal sendirian di rumah selama beberapa hari.

"Bella, aku sangat menyesal harus meninggalkanmu sendirian," kata Ryan pada Bella dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Jangan khawatir, Ryan. Aku bisa mengurus diri sendiri," jawab Bella sambil mencoba tersenyum.

Ryan tidak yakin dengan jawaban Bella, dan ia pun mengatakan, "Baiklah, tapi aku akan meminta Asistenku untuk menjaga kamu selama aku pergi. Dia akan mengurus kebutuhanmu dan memastikan kamu aman."

Bella merasa lega mendengar itu dan memeluk Ryan dengan erat. "Terima kasih, sayang. Aku sangat menghargai itu."

Setelah itu, Asisten Ryan datang untuk mengurus Bella selama Ryan pergi. Bella merasa senang karena dia tidak perlu menghadapi masa-masa sulit sendirian di rumah.

Waktu berlalu, Ryan sering bepergian ke luar kota karena tugas bisnisnya. Bella tetap tinggal di rumah dan beraktivitas sehari-hari seperti biasa, namun kali ini tanpa kehadiran Ryan. Meskipun memiliki asisten yang selalu menemani, Bella merasa kesepian karena merindukan kehangatan dan kehadiran suaminya.

Suatu hari, ketika Bella sedang duduk sendiri di teras rumah, dia merenung tentang kesepian yang dia rasakan. Tiba-tiba, asisten Bella menghampiri dan menawarkan secangkir teh hangat.

Asisten: "Maaf mengganggu, Bu. Ini teh hangat untuk menjaga kesehatan Anda."

Bella: "Terima kasih, Ibu. Terkadang rasanya sangat kesepian tanpa suami di sini."

Asisten: "Saya mengerti perasaan Anda, Bu. Tapi pasti suami Anda akan kembali segera."

Bella: "Iya, saya harap begitu. Tapi kadang-kadang rasanya sulit untuk menahan rindu ini."

Asisten: "Mungkin bisa mengisi waktu dengan kegiatan yang menyenangkan. Membaca buku atau menonton film mungkin bisa menghilangkan perasaan kesepian."

Bella: "Iya, mungkin bisa mencoba itu. Terima kasih atas sarannya, Ibu."

Asisten: "Sama-sama, Bu. Saya selalu di sini jika Bu Bella membutuhkan bantuan."

Bella merasa terharu dengan kebaikan asistennya dan merenungkan saran-sarannya. Dia kemudian mencoba membaca buku dan menonton film untuk mengisi waktu yang sepi. Meskipun tetap merindukan kehadiran Ryan, Bella mulai belajar untuk menikmati waktu sendiri dan menemukan cara untuk menghilangkan perasaan kesepian.

Waktu telah berlalu beberapa hari sejak Ryan pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Bella merasa sangat kesepian dan merindukan kehadiran suaminya. Dia mencoba menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan, seperti membaca buku, menonton film, atau berjalan-jalan sendirian, namun perasaan kesepiannya tidak juga hilang.

Suatu hari, Bella memutuskan untuk menelpon Ryan dan melepas kerinduannya lewat video call. Dia merasa senang dan gembira saat wajah Ryan muncul di layar ponselnya.

"Hey, sayang," sapa Ryan dengan senyum hangat di wajahnya.

"Hai, Ryan. Aku merindukanmu," ujar Bella dengan suara lembut.

"Iya, aku juga merindukanmu, sayang. Bagaimana kabarmu di rumah? Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ryan.

Bella menuturkan semua kegiatan yang telah dilakukannya dalam beberapa hari terakhir. Ryan mendengarkan dengan penuh perhatian, dan kemudian mengajak Bella untuk berbicara lebih lama.

Mereka berbicara tentang segala hal, dari pekerjaan Ryan yang sibuk hingga rencana mereka untuk masa depan. Bella merasa sangat nyaman dan bahagia berbicara dengan Ryan, meskipun hanya lewat video call.

Setelah berbicara cukup lama, Bella dan Ryan sepakat untuk mengakhiri panggilan. Sebelum menutup panggilan, Ryan berkata, "Aku akan segera pulang, sayang. Sabar ya menunggu aku di rumah."

Bella tersenyum dan menjawab, "Aku akan menunggumu, Ryan. Aku cinta kamu."

"Iya, aku juga cinta kamu, sayang," balas Ryan sambil tersenyum.

Setelah menutup panggilan, Bella merasa lebih tenang dan bahagia. Meski Ryan masih di luar kota, setidaknya mereka bisa saling berbicara dan melepas kerinduan lewat video call.

Bella merasa sedih ketika mendengar kabar bahwa suaminya, Ryan, akan pulang dari perjalanannya di luar kota dalam waktu satu minggu lagi. Walaupun mereka sudah saling menghubungi dan berkomunikasi melalui video call setiap hari, Bella merindukan kehadiran fisik suaminya.

Mereka berbicara melalui telepon pada malam itu, Bella mengatakan, "Aku merindukanmu, Ryan. Rasanya seperti aku sudah lama tidak melihatmu meskipun kita hanya berpisah beberapa hari saja."

Ryan merespons, "Aku juga merindukanmu, Bella. Aku berjanji akan segera kembali setelah pekerjaanku selesai di sana."

Namun, Bella masih merasa sedih dan kehilangan, meskipun Ryan memberikan janji bahwa dia akan kembali dalam waktu dekat. Dia merindukan kehadiran Ryan dan sentuhan lembutnya, yang tidak bisa digantikan dengan video call.

Namun tak disangka ryan pulang lebih awal.

Ryan tiba di rumah pada malam hari ketika Bella sedang duduk di ruang tamu sendirian, sedih karena merindukan suaminya. Saat Bella mendengar suara pintu dibuka, dia terkejut dan berdiri, "Ryan! Kamu pulang lebih awal!"

Ryan tersenyum dan melangkah ke arah istrinya, memeluknya erat dan mencium pipinya. "Aku tidak tahan untuk memisahkan diri darimu selama seminggu lagi, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal."

Bella tersenyum bahagia dan merangkul Ryan. "Aku sangat senang kamu di sini. Aku merindukanmu."

Ryan menatap Bella dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, sayang. Bagaimana jika kita memulai akhir pekan ini dengan makan malam romantis?"

Bella terkejut dan senang dengan usulan suaminya. "Itu terdengar indah. Aku akan segera menyiapkan diri."

Ryan tersenyum dan memeluk istrinya lagi. "Aku sangat mencintaimu, Bella."

"I love you too, Ryan," jawab Bella sambil tersenyum bahagia.

ke mall dengan ryan pertama kali

Ryan dan Bella sedang bersiap untuk sarapan pagi di ruang makan yang terletak di sudut rumah mereka yang bergaya eropa klasik. Di sekeliling ruangan itu terdapat lukisan-lukisan indah dan perabotan yang mewah.

Bella: "Wah, sarapan pagi kali ini terasa istimewa dengan suasana seperti ini."

Ryan: "Aku senang kamu suka. Ini semua untukmu, sayang."

Bella tersenyum bahagia, namun ia merasa ada yang mengganjal di hatinya.

Bella: "Ryan, aku merasa sedih dengan berita bahwa kamu harus kembali bekerja lagi minggu depan."

Ryan: "Maafkan aku, sayang. Kamu tahu kan aku harus bekerja keras untuk menopang kehidupan kita. Tapi jangan khawatir, aku akan selalu membuat waktu untukmu."

Bella mengangguk dan tersenyum, merasa lega mendengar ucapan Ryan. Mereka lalu menikmati sarapan pagi yang disajikan oleh pelayan mereka dengan pemandangan taman yang indah dari jendela ruang makan.

Mereka berdua menaiki mobil ryan dan menuju ke mall yang terletak di pusat kota. Waktu itu hari Sabtu, cuaca cerah dan ceria. Mereka berbicara tentang rencana mereka untuk dekorasi rumah dan memikirkan barang-barang yang ingin mereka beli.

"Kamu mau membeli apa, Bella?" tanya Ryan sambil menyetir mobil.

"Banyak hal, sebenarnya. Kita perlu membeli lemari pakaian, meja belajar, dan beberapa dekorasi untuk ruang tamu," jawab Bella.

"Baiklah, itu semua terdengar bagus. Tapi aku juga ingin membeli beberapa peralatan olahraga untuk kita gunakan bersama-sama," kata Ryan.

Bella tersenyum. "Tentu saja, itu ide yang bagus. Kita bisa berolahraga bersama di rumah," ujarnya.

Sesampainya di mall, mereka berjalan-jalan melihat-lihat barang-barang dan memutuskan untuk membeli banyak hal. Mereka memilih warna dan desain yang cocok dengan selera mereka dan menghabiskan waktu bersama-sama yang menyenangkan. Setelah berbelanja, mereka kembali ke mobil dan menuju pulang ke rumah, dengan perasaan senang dan puas atas pembelian mereka.

Sebelum pulang mereka makan siang dahulu ke sebuah restoran.

Ryan dan Bella memasuki restoran Jepang yang mewah dengan suasana yang tenang dan elegan. Mereka dipandu oleh seorang pelayan ke meja mereka yang terletak di sudut ruangan dengan pandangan yang indah ke taman bersebelahan.

"Mereka memiliki menu yang luar biasa di sini," kata Ryan sambil memberikan menu pada Bella.

"Terima kasih, sayang," kata Bella sambil membuka menu. "Aku berharap kita bisa mencoba semuanya!"

Ryan tertawa. "Kita bisa mencoba sebanyak yang kita mau, Bella. Ini hari istimewa untuk kita."

Bella tersenyum dan menarik nafas dalam-dalam. "Benar sekali. Aku bahagia bisa menghabiskan waktu bersamamu, Ryan."

Ryan meraih tangan Bella dengan lembut. "Aku juga bahagia bersamamu, Bella. Aku mencintaimu."

Bella tersenyum dan membalas genggaman tangan Ryan. "Aku mencintaimu juga, Ryan."

Kemudian pelayan datang ke meja mereka dan mereka memesan makanan. Ryan memesan sushi dan sashimi dengan saus yang lezat, sedangkan Bella memilih ramen dengan telur dan daging sapi panggang. Mereka menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang dan menikmati suasana yang tenang dan romantis.

Lalu setelah selesai makan.

Ryan dan Bella keluar dari restoran Jepang yang mewah setelah selesai makan siang, langit terlihat cerah di siang hari itu. Mereka berjalan-jalan di sekitar mal dan mencari masjid terdekat. Setelah menanyakan beberapa orang, mereka menemukan sebuah masjid kecil di pojok jalan. Ryan dan Bella masuk ke dalam masjid dan menunaikan salat Dzuhur.

Setelah salat, Ryan dan Bella mengobrol sejenak dengan beberapa jamaah masjid. Mereka mengucapkan salam dan bertukar cerita tentang pengalaman mereka dalam beribadah di masjid. Ryan menanyakan tentang kegiatan sosial yang sering dilakukan oleh masjid tersebut, sedangkan Bella bertanya tentang jadwal kajian yang diadakan di masjid.

"Masjid ini sering mengadakan kegiatan sosial untuk masyarakat sekitar, seperti bakti sosial dan pengajian umum," kata salah seorang jamaah masjid yang sedang berbincang dengan Ryan.

"Kajian di sini biasanya diadakan pada malam Jum'at, dan tema kajiannya seringkali berkaitan dengan masalah yang dihadapi umat Islam saat ini," tambah jamaah masjid yang lain.

Ryan dan Bella merasa senang mendapat informasi yang berguna dari jamaah masjid. Mereka berterima kasih dan berpamitan untuk melanjutkan aktivitas mereka.

Ryan menghentikan mobil di sisi jalan dan membuka jendela untuk memberikan uang pada ibu dan anak bayinya yang sedang mengamen. Ibu itu berterima kasih sambil mengangkat tangannya sebagai tanda syukur.

Bella melihat aksi suaminya dan tersenyum bangga. "Kamu sangat baik hati, Ryan. Itu adalah aksi yang sangat mulia," ujarnya.

Ryan tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Itu hanya sedikit bantuan kecil, Bella. Kita harus saling membantu sesama, terutama pada orang-orang yang membutuhkan."

"Mungkin kita bisa lebih sering melakukan aksi seperti ini," sahut Bella. "Siapa tahu kita bisa membantu banyak orang dengan cara kecil seperti ini."

Ryan mengangguk setuju. "Kita pasti bisa, Bella. Kita harus selalu berusaha membantu sesama dan melakukan hal-hal kecil yang bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik."

Bella tersenyum bahagia dan mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah sambil berbincang-bincang tentang rencana-rencana mereka untuk membantu orang lain di masa depan.

Bella merenung sejenak saat mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Dia mengagumi sikap dermawan suaminya, Ryan. Bella baru mengenal Ryan sejak mereka bertemu pertama kali dan selama ini, Ryan selalu menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang sangat peduli dengan sesama. Bella senang sekali mengetahui bahwa Ryan tetap mempertahankan sikap dermawannya itu bahkan setelah mereka menikah.

“Kamu tahu, aku sangat bangga memiliki suami seperti kamu, Ryan,” kata Bella dengan suara lembut.

Ryan tersenyum dan menggenggam tangan Bella. “Terima kasih, sayang. Tapi aku tidak berbuat apa-apa yang istimewa. Memberikan sedikit uang kepada mereka yang membutuhkan adalah tindakan kecil yang bisa dilakukan oleh siapa saja.”

“Tapi tidak semua orang berani melakukannya,” ujar Bella. “Kamu selalu menjadi panutan bagi aku, Ryan.”

Ryan mengelus rambut Bella. “Kamu punya hati yang baik, sayang. Aku yakin kamu juga akan berbuat hal-hal baik untuk orang lain.”

Bella tersenyum. Dia merasa sangat bahagia memiliki suami yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi dalam hidupnya.

Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka dan sampai. Dirumah. Mereka bekerjasama dengan asisten mereka untuk mebereskan barang barang belanjaan mereka, yang tadi sudah dibeli.

Saat itu sudah sore hari, sinar matahari perlahan mulai redup dan udara menjadi sedikit dingin. Ryan dan Bella telah selesai berbelanja dan kembali ke rumah mereka yang baru saja dibeli. Mereka sibuk membongkar barang belanjaan di meja makan, menyusun perabotan baru mereka dengan hati-hati. Bella terlihat kelelahan dan berkeringat karena cuaca yang panas dan kelelahan akibat aktivitas berbelanja seharian.

Ryan melihat istrinya yang kelelahan dan memberikan segelas air dingin kepadanya. "Minumlah, sayang," kata Ryan dengan lembut. "Kamu terlihat sangat lelah."

Bella mengambil segelas air dingin dan minum dengan pelan-pelan. "Terima kasih, Ryan," ucapnya sambil menghela napas. "Aku benar-benar kelelahan. Tapi, aku senang sekali dengan perabotan baru kita. Semua terlihat sangat cantik dan cocok untuk rumah kita."

Ryan tersenyum. "Aku juga senang, sayang. Kita akan membuat rumah kita menjadi tempat yang indah untuk kita tinggali bersama."

Bella tersenyum bahagia mendengar kata-kata suaminya. "Aku sangat beruntung memiliki suami yang seperti kamu, Ryan. Terima kasih sudah memperhatikan aku dan membuatku bahagia."

Ryan memeluk istrinya dengan lembut. "Kamu adalah segalanya bagiku, sayang. Aku akan selalu memperhatikanmu dan membuatmu bahagia."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!