Rahasia Kutukan Sang Miliarder
Di sebuah ruangan putih beraroma obat-obatan, Frans melihat Charlynda yang tidak berhenti menangis usai mendapatkan kabar buruk tentang kegugurannya. Sebagai seorang ibu yang kandungannya sudah memasuki usia 4 bulan, tentu saja hal itu menjadi kesedihan yang sangat mendalam bagi istrinya itu. Namun, ada sebuah kemarahan dari sorot mata wanita itu kepadanya sejak ia memasuki ruangan.
“Bagaimana mungkin aku bisa kehilangan bayiku?! Ini pasti bukan sebuah kebetulan! Penyebabnya pasti karena kutukan yang kau miliki, Frans!” Charlynda meluapkan kemarahan sekaligus kesedihannya kepada Frans.
“Charlynda, aku mohon tenanglah. Kau baru saja mendapatkan perawatan. Tubuhmu masih belum sungguh-sungguh pulih.” Frans mencoba menenangkan istrinya. Ia bisa mengerti kesedihan istrinya saat ini, meski juga ada keterlukaan saat istrinya menyebut kutukan yang ia miliki.
“Tidak, Frans! Orang yang harus disalahkan atas keguguran ini adalah kau! Kau yang menyebabkan aku kehilangan bayiku! Ini semua gara-gara kutukan yang kau miliki itu!” teriak Charlynda tidak terkendali.
Kembali mendengar kata kutukan itu, Frans hanya bisa tertunduk seperti seorang tersangka. Bibirnya tak mampu berucap memberikan pembelaan. Kutukan yang bertahun-tahun dialamatkan padanya kini membuatnya kembali merasa bersalah atas keguguran yang dialami istrinya.
“Saat ini juga aku meminta cerai darimu, Frans! Aku tidak mau hidup bersama laki-laki yang membawa kutukan mengerikan itu!” Charlynda bersuara lantang.
Frans mendongak terkejut dengan kalimat itu. “Charlynda, apa yang baru saja kau katakan?”
“Aku katakan, aku meminta cerai darimu, Frans. Aku menyesal telah menikah denganmu jika seperti ini keadaanya. Kau hanya akan membawa kesialan dalam hidupku dengan kutukan yang kau miliki itu,” ucap Charlynda tajam.
Frans terpejam penuh sesal bersama hatinya yang seketika remuk. Membuat bibirnya lagi-lagi tak mampu berkata-kata. Satu sisi, ia masih ingin mempertahankan pernikahannya, setelah gagal dipernikahan pertamanya. Namun, di sisi lain, jika memang benar kutukan dalam dirinya yang menjadi penyebab semua ini, maka ia akan memilih melepaskan istrinya, ketimbang membuat istrinya semakin menderita karenanya.
“Aku tidak peduli kau setuju atau tidak dengan keinginanku ini, Frans. Karena aku akan tetap menginginkan perceraian ini. Aku tidak mau terkena imbas dari kutukan sialan yang kau miliki itu,” ucap Charlynda tanpa hati.
Frans mengangguk pelan dengan tatapan kesedihan kepada istrinya. “Baiklah jika memang itu yang kau inginkan, Charlynda. Maafkan aku sudah membuatmu menderita karena semua ini.”
“Kalau begitu segera kau urus surat-suratnya dari sekarang, Frans. Aku tidak mau membuang-buang waktu lagi untuk bersamamu,” ucap Charlynda ketus.
***
Beberapa minggu kemudian Frans benar-benar mewujudkan keinginkan Charlynda untuk bercerai darinya di sebuah pengadilan. Dengan tertunduk lesu, ia menerima nasib malangnya yang kembali menduda untuk yang kedua kalinya dan kembali kehilangan calon bayinya untuk yang kedua kalinya.
Keluar dari ruang persidangan, Frans masih mendapati raut kebencian Charlynda kepadanya. Ia mencoba untuk mengerti dengan tatapan kebencian itu. Sebab memang tidak bisa dipungkiri, jika nasib buruk yang menimpa mantan istrinya itu penyebabnya adalah dirinya. Meski begitu, ia tetap melangkah menghampiri untuk mengatakan sesuatu untuk yang terakhir kalinya.
“Charlynda, sekali aku meminta maaf atas nasib buruk yang kau alami ini. Aku sangat berharap keputusan kita berdua saat ini adalah terbaik untuk kita berdua,” ucap Frans.
“Tentu saja perceraian ini akan menjadi jalan terbaik untuk kita berdua, Frans. Karena dengan begitu aku bisa memutus nasib burukku karena kutukanmu itu,” balas Charlynda masih tajam.
Mendengar itu, Frans terpejam penuh sesal.
“Jujur saja aku masih sangat membencimu, Frans. Melihat wajahmu membuatku teringat dengan bayiku yang harus mengalami nasib buruk karena kutukanmu itu. Bayi tak berdosa yang seharusnya masih tumbuh dalam perutku untuk lahir ke dunia, justru harus menjadi korban,” pekik Charlynda menangis.
“Sekali lagi aku minta maaf, Charlynda.” Frans tertunduk pilu.
“Sayangnya permintaan maafmu itu tidak bisa mengembalikan bayiku lagi, Frans.”
“Aku tahu kau sangat terpukul, Charlynda. Namun, bukan berarti aku tidak merasakan hal yang sama sepertimu saat ini. Bagaimanapun dia juga bayiku, karena aku adalah ayahnya. Aku juga merasa terpukul dan sangat kehilangannya,” lirih Frans menahan tangis.
Charlynda terdiam, enggan menatap wajah pilu Frans yang semakin membuatnya benci.
“Baiklah, aku bisa menerima semua kebencianmu kepadaku karena kutukan yang kumiliki itu. Namun, kau harus mengingat satu hal ini, Charlynda. Jika aku juga sangat terpukul dan kehilangan atas meninggalnya bayi kita,” ucap Frans berusaha menegarkan diri.
“Tentu saja kau juga harus merasa kehilangan dan terpukul, Frans. Karena jika tidak, maka kau tidak memiliki hati sebagai orang tua.” Charlynda terus bersikap ketus.
“Fine. Apa pun itu, aku berharap kau bisa mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik setelah ini, Charlynda. Aku doakan, semoga kau bisa menemukan laki-laki yang lebih dariku dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik ketimbang bersamaku. Aku tulus mendoakan kebahagiaanmu.” Frans mengulurkan tangan, mengharapkan sambutan tangan Charlynda untuk yang terakhir kalinya.
“Semoga kau juga bahagia setelah ini.” Charlynda membalas uluran tangan itu, kemudian berlalu meninggalkan Franas.
*****
Pulang ke rumah, Frans langsung melampiaskan semua kesedihannya dengan menangis di sofa ruang tamu. Kesedihan itu bukan lantaran penceraian yang kembali terjadi dalam hidupnya, melainkan karena kutukan yang bertahun-tahun dialamatkan kepadanya ternyata benar-benar nyata. Frans sudah mencoba membuktikan jika kutukan itu tidak nyata, bukan satu kali, tetapi Frans sudah dua kali mengalaminya.
Pernikahan pertama Frans bukan karena cinta, tetapi karena tujuan tersembunyinya yang ingin membuktikan kutukan yang ada padanya, tetapi sang istri justru meninggal dunia dalam keadaan hamil anaknya. Itu semua Frans anggap sebagai musibah, Frans kembali menemukan wanita yang dirasa cocok menjadi pendampingnya, mereka menikah lalu dua tahun kemudian istri keduanya hamil, tetapi lagi-lagi Frans kehilangan calon anaknya, membuat Frans tak bisa lagi menyangkal jika semuanya nyata.
“Apa yang harus kulakukan untuk melenyapkan kutukan sialan itu, Tuhan?” Frans meremas rambutnya frustrasi.
Ya, Frans berada dalam keputusasaan saat ini. Keinginanya untuk bisa memiliki kehidupan normal dalam membina rumah tangga dan membesarkan seorang anak tampak tidak bisa berjalan dengan baik. Dua kali gagal berumah tangga dan gagal melahirkan keturunan, membuatnya dihantui oleh kutukan itu saat ini.
“Bagaimana aku bisa hidup bahagia jika kutukan itu masih terus mengikutiku? Bagaimana aku bisa bahagia, jika orang-orang yang aku sayangi selalu menderita karena kutukan itu?” keluh Frans pada dirinya sendiri.
Punggung tegap Frans kemudian bergetar diikuti oleh suara tangis. “Apa aku memang sudah ditakdirkan untuk tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dan keturunan, Tuhan? Lalu apa gunanya aku hidup jika aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan? Aku manusia biasa yang menginginkan kebahagiaan. Aku butuh keturunan untuk meneruskan semua yang telah aku raih.”
Sebagai laki-laki yang mapan, Frans memang telah memiliki banyak hal dalam urusan memenuhi kebutuhan hidup dan memanjakan hidupnya dengan kemewahan. Namun, tidak dalam urusan percintaan. Bukan karena cinta tak dia dapatkan dari pasangan, melainkan cinta itu sendiri yang tidak dapat tumbuh di hatinya, sekali pun Frans sudah dua kali menikah. Hanya perasan nyaman yang dapat dia rasakan terhadap pasangan, tidak dengan cinta. “Fine. Jika memang kutukan itu yang menginginkan aku hancur, maka aku tidak akan mencari pasangan ataupun keturunan lagi. Akan aku buktikan, jika aku bisa menikmati hidupku dengan apa yang aku miliki saat ini. Aku tidak akan mengharapkan keturunan lagi,” desis Frans berusaha menguatkan diri untuk kembali menata hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments