Malam itu, jalanan ibukota tidak sepadat biasanya. Saat ini sudah pukul sepuluh malam, sebagian besar penduduk ibukota yang biasanya meramaikan jalanan dan membuat kemacetan sudah kembali ke rumah masing-masing. Di saat seperti ini, seorang pria bermata hitam legam mengemudikan mobilnya menuju ke salah satu kelab malam ternama di ibukota. Pria itu merasa jika dia membutuhkan sedikit minuman untuk menenangkan pikirannya.
Pria itu adalah Frans, salah satu pengusaha muda yang sedang naik daun. Kemampuannya dalam berbisnis tidak bisa diragukan lagi. Tapi, di balik sosok sukses tersebut, ada jiwa yang terkadang merasa lelah. Wajar saja karena semakin tinggi pohon tumbuh, pastilah semakin kencang pula angin berembus.
Frans memarkirkan mobilnya di depan sebuah kelab malam lalu memberikan kunci mobilnya kepada petugas keamanan kelab untuk memarkirkan mobilnya. Sebagai pria yang disegani, orang-orang yang mengenali wajahnya langsung menunduk hormat kepadanya.
Suara musik yang mengentak-entak diiringi bau alkohol menyambut kedatangan Frans. Pria itu menyisir ke sekitarnya hingga matanya jatuh pada kedua temannya yang saat ini sudah duduk di salah satu bangku di sudut ruangan. Segera Frans mendatangi mereka dan menyapa dua sahabatnya itu.
“Hei, Frans. Kenapa kau lama sekali?” omel Peter. “Apakah kau tidak tahu kalau aku lelah menunggumu?”
Sean memiting leher Peter. “Lelah apanya? Bukankah kau senang karena dari tadi cuci mata melihat wanita-wanita seksi di sini?” celetuknya, membuat Peter dan Frans tertawa terbahak-bahak.
Peter menghentikan tawanya seiring dengan Frans yang mengambil tempat untuk duduk di sampingnya sembari menegak segelas minuman keras yang sudah dipesan Peter dan Sean terlebih dahulu tadi. Pria itu menoleh ke arah Frans seraya menanyakan sesuatu.
“Tadi, di telepon kau berkata kalau ada sesuatu yang ingin kau ceritakan kepada kami. Jadi, kapan kau mau bercerita? Sekarang atau nanti?” tanya Peter lalu tersenyum miring. “Karena kalau kau masih akan bercerita nanti, aku akan mencari seorang gadis terlebih dahulu untuk menemaniku di sini.”
Frans dan Sean saling berpandangan. Sekali mata keranjang memang akan selalu mata keranjang. Mereka tidak habis pikir kalau sahabat mereka benar-benar sangat menggilai perempuan. Entah setan apa yang merasuki pria itu karena setiap harinya, dia tidak bisa berhenti mencari seorang wanita yang ingin dia ajak bersenang-senang.
“Apakah hanya ada wanita di kepalamu?” cibir Sean kesal.
“Women are pieces of art. Memangnya salah kalau aku mengapresiasi karya seni Tuhan yang paling indah?” tanya Peter. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa sambil mengamati keadaan di sekitarnya.
Sean memutar bola matanya mendengar hal itu.
Frans menghela napasnya. “Ayahku tadi menelepon,” ucapnya, membuat Sean dan Peter lantas menoleh dan menatapnya dengan tatapan serius.
“Ada apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?” tanya Sean.
“Dia mengundangku untuk datang ke ulang tahun perusahaannya. Aku, sih, sudah bilang kalau aku akan datang,” balas Frans.
“Lalu, apa masalahnya?” Kali ini Peter yang bertanya. “Kau diundang dan sudah menjawab iya. Jadi, apalagi yang kau khawatirkan?”
“Selama dua tahun setelah perceraianku dengan Carlynda, aku tidak pernah sekali pun menggandeng wanita lain di depan semua orang karena aku memang sudah tidak minat mencari wanita. Tapi, aku yakin sekali kalau di acara itu nanti akan banyak orang yang berpikir kalau aku belum bisa melupakan mantan istriku kalau aku datang sendirian,” keluh Frans kemudian menghela napas panjang.
“Ah, jadi kau ingin kami mencarikan wanita yang mau pergi denganmu ke acara ulang tahun perusahaan ayahmu?” tanya Sean yang paham betul dengan keinginan temannya.
Frans meringis lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Hahaha ... Ya, kurang lebih seperti itu,” jawab Frans.
“Kalau masalah itu mudah, Frans. Peter pasti akan mencarikan wanita untukmu,” ujar Sean sambil melirik ke arah Peter.
Peter berdecap. Pria itu menatap ke sekelilingnya guna mencari wanita yang harus Frans bawa ke acara ulang tahun perusahaan keluarga Nielsen sampai matanya terpaku pada seorang wanita yang duduk di depan meja bar.
“Bagaimana dengan wanita yang duduk di depan meja bar itu? Dia adalah salah satu super model terkenal di negara ini. Kudengar dia sedang membutuhkan uang karena kekasihnya membawa kabur uang tabungannya. Dia pasti mau menemanimu asal kau membayarnya,” jelas Peter.
*****
Hari ulang tahun perusahaan keluarga Nielsen akhirnya tiba. Frans datang ke pesta dengan gagah menggandeng tangan seorang model terkenal bernama Claudia. Kehadiran Frans menjadi pusat perhatian. Orang-orang lebih ingin menyapa Frans daripada Aren selaku pemimpin perusahaan keluarga Nielsen.
Siapa yang tidak tahu Frans? Putra pertama keluarga Nielsen yang memutuskan untuk tidak campur tangan dengan kerajaan bisnis keluarganya dan memilih untuk membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Orang-orang terkagum-kagum dengan Frans sebab pria itu bisa mendapat kesuksesan besar meski tanpa mengandalkan harta orang tuanya. Mereka tidak tahu apa penyebab Frans tidak ingin berurusan dengan perusahaan keluarganya, karena hanya itu berita yang mereka dengar dari publik.
“Lihatlah, putra pertama keluarga Nielsen datang. Aku tidak menyangka dia akan datang karena kudengar dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya,” ucap seorang tamu.
“Huh! Jangan menyebarkan gosip yang tidak-tidak. Belum tentu itu semua benar,” tegur tamu yang lain.
“Dia datang bersama dengan model terkenal. Apakah mungkin model itu akan menjadi istri barunya? Mengingat dia sudah bercerai dengan istrinya dua tahun lalu,” tebak tamu yang lain.
Bisikan demi bisikan terdengar seiring dengan langkah Frans dan Claudia memasuki tempat pesta. Orang-orang menatap mereka dengan tatapan penuh tanda tanya dan kagum bercampur menjadi satu.
Lulla yang melihat hal tersebut tentu saja merasa kesal. Dia mengepalkan tangannya, sebal karena Frans justru menjadi pusat perhatian sementara dirinya dan Aren tidak terlalu diperhatikan.
Sementara Aren tersenyum menyambut kedatangan Frans yang dibalas Frans dengan senyuman yang tidak kalah tulus. Hubungan Aren dan Frans cukup baik. Dari kecil mereka tak pernah sekali pun bertengkar. Hal itu pula yang membuat Lulla semakin membenci Frans sebab Aren pasti akan dengan senang hati bekerja menjadi bawahan Frans kalau-kalau Frans yang menggantikan posisi Jorgie untuk memimpin perusahaan. Maka dari itu Lulla memikirkan cara untuk menyingkirkan Frans dari kediaman keluarga Nielsen.
Melihat putra-putranya sudah datang, Jorgie menaiki podium untuk memberikan sambutan kepada para tamu.
“Selamat malam semuanya. Terima kasih sudah datang ke acara pesta ulang tahun perusahaan Nielsen. Kehadiran kalian sangat berarti bagiku dan keluargaku,” ucap Jorgie, memulai pidatonya. “Aku ingin berterima kasih kepada dua putraku yang sangat membanggakan yaitu Frans dan Aren. Jika bukan karena kehadiran mereka, mungkin aku tidak akan bersemangat untuk membangun kerajaan bisnis ini. Dan sekarang, mereka berdua tumbuh menjadi dua pria yang sangat sukses ....”
Frans menatap hanya dingin ayahnya menanggapi hal tersebut. ‘Kenapa dia tiba-tiba memujiku? Apa yang sebenarnya dia inginkan?’ tanya Frans dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
anita
ceritanya bgus thor,semangat ya...
2023-07-17
0