Hubungan Saudara yang Baik

Tatapan semua orang tertuju pada Jorgie yang saat ini tengah memberikan sebuah sambutan dan pidato untuk para tamu undangannya. Lulla yang awalnya kesal karena kedatangan Frans yang menarik perhatian orang-orang pun kini tidak lagi memikirkan tentang Frans sebab suaminya memuji-muji dirinya di depan umum sampai membuat tamu-tamu undangan kagum pada Lulla yang di sebut dengan wanita di balik kesuksesan besar Jorgie Nielsen.

Sementara Frans yang merasa bosan mendengar pidato ayahnya mengajak Claudia untuk menepi ke pinggir, agak menyingkir dari keramaian. Setelah menyingkir, Frans mengambilkan minuman untuk Claudia.

“Kalau kau mau makan atau minum jangan sungkan. Ini adalah acara keluargaku. Jadi, kau bebas makan kalau kau mau,” ucap Frans pada Claudia.

Claudia terkekeh. “Terima kasih, Frans. Tapi, aku adalah seorang model. Manajerku sedang memintaku diet ketat karena minggu depan aku akan melakukan fashion show,” balas Claudia dengan sopan.

Frans mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia tidak akan memaksa gadis ini untuk makan jika dia memang tidak mau. “Baiklah. Jika kau bosan dan ingin pulang, nanti akan ada sopirku yang mengantarmu. Tenang saja, aku akan tetap membayarmu meskipun kau pulang lebih dulu,” ucap Frans pelan supaya tidak ada yang mendengar kalau dia membayar Claudia untuk datang bersamanya.

Claudia mengangguk. “Thank you,” ucapnya lalu menyeruput minumannya.

Saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba saja Aren menghampiri mereka. Meskipun Aren dan Frans adalah saudara tiri, hubungan mereka bisa dibilang cukup dekat. Satu-satunya orang yang memusuhi Frans di dalam keluarga Nielsen adalah ibu tirinya. Sementara saudara tirinya justru sangat baik kepadanya.

“Hai, Frans dan ....”

“Claudia,” ucap Frans, menyambung sapaan dari Aren.

Aren tersenyum ke arah Claudia lalu kembali menoleh ke arah Frans. “Aku senang kau mau datang ke acara ini,” ucapnya.

Frans terkekeh pelan. “Tidak masalah sama sekali. Dari pada Papa menerorku dengan telepon lebih baik aku datang, bukan?” selorohnya.

Tak hanya sekali atau dua kali Jorgie meneror Frans dengan telepon yang dilakukan berulang-ulang. Sebab Frans malas untuk datang ke acara yang diadakan Jorgie, pria itu kerap kali harus berusaha ekstra supaya Frans mau datang ke acara yang dia adakan. Jorgie sadar betul kalau apa yang dilakukan oleh Frans memang memiliki dasar yang kuat. Tapi, tetap saja dia ingin melihat putranya di acara-acara penting yang dia adakan.

Drrtt ... Drrtt ....

“Ah, maaf. Aku harus mengangkat telepon ini. Permisi,” ucap Claudia lalu berjalan agak menjauh dari Frans dan Aren.

Saat Claudia sudah agak menjauh, Aren bertanya kepada Frans, “Apakah dia kekasih barumu?”

Frans menggeleng. “Tidak. Peter yang mengenalkan dia kepadaku. Aku tidak tertarik untuk menjadikan dia kekasih karena kau pasti tahu sendiri apa yang terjadi dengan pernikahan-pernikahanku,” jawab Frans sambil menghela napas.

“Kau masih percaya dengan kutukan itu?” desis Aren sambil menatap ke sekelilingnya, memastikan kalau tidak akan ada yang mendengar ucapannya.

Frans mengedikkan bahunya.

Sebelum Aren sempat mengomentari Frans lagi, Claudia justru datang menghampiri mereka dan berpamitan untuk pulang.

“Frans, maaf sekali aku harus pulang sekarang. Tiba-tiba saja manajerku menelepon dan katanya aku harus menggantikan seorang model yang mangkir dari pemotretan,” kata Claudia.

“Tidak apa-apa, Claudia. Sopirku sudah menunggumu di depan. Hati-hati di jalan,” balas Frans.

“Selamat malam, Frans, Aren,” ucap Claudia lalu berjalan meninggalkan acara tersebut.

Setelah Claudia pergi, Aren meminta Frans untuk ikut dengannya ke ruangan lain. Dia ingin mengobrol secara pribadi dengan Frans jadi dia mengajak Frans menuju ke ruangan yang jauh lebih sepi. Kebetulan di aula tersebut ada ruangan yang bisa digunakan untuk beristirahat.

Di ruangan tersebut, mereka berdua saling bertukar cerita. Meskipun Lulla sangat membenci Frans, Aren justru sangat menghormati pria tersebut. Mereka bahkan sering berkomunikasi tanpa sepengetahuan Lulla karena kalau Lulla tahu, dia pasti akan marah besar kepada Aren.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Aren?” tanya Frans penasaran sebab saudara tirinya tersebut sampai mengajaknya ke ruangan lain karena dia ingin bercerita kepada Frans mengenai sesuatu.

“Sebenarnya saat ini aku menyukai seorang wanita, Frans,” ucap Aren, memulai ceritanya. “Tapi, aku tidak yakin aku akan mendapat restu untuk menikah dengan dia.”

Frans mengerutkan dahinya. “Kenapa tidak mungkin? Apakah dia jangan-jangan mantan istriku?” celetuk Frans.

“Tentu saja bukan! Apakah kau gila?” omel Aren, mendapat balasan berupa tawa renyah dari Frans.

“Baiklah, baiklah. Aku serius sekarang. Kenapa kau berpikir kalau kau tidak akan mendapatkan restu?” tanya Frans setelah berhenti tertawa.

Aren menghela napasnya. “Wanita yang aku sukai bukanlah wanita kaya raya. Dia hanyalah wanita biasa dari kalangan bawah. Aku takut ibuku tidak akan memberi restu kalau dia tahu aku ingin menikahi wanita biasa,” jelas Aren.

“Aren, menurutku hidupmu adalah pilihanmu. Tidak ada yang boleh mengatur-atur dirimu. Kalau kau memang mencintai dia, maka kau nikahi saja dia. Kalau masalah ibumu, dia pasti nanti akan mau menerima wanita yang kau nikahi kalau kau sudah menikah. Perlahan namun pasti,” ujar Frans, menasihati Aren.

Aren tersenyum lebar. Dia senang karena Frans selalu mendukungnya. Tidak hanya masalah asmara, tanpa sepengetahuan orang tuanya, sebetulnya Frans juga salah satu orang yang ikut andil di belakang layar atas kesuksesan Aren selama ini. Klien-klien yang dia dapatkan sebagian besar merupakan campur tangan dari Frans yang sudah merekomendasikan Aren kepada klien-kliennya. Kalau bukan karena bantuan Frans, mungkin Aren tidak akan bisa sesukses sekarang ini.

“Frans, terima kasih. Aku tahu kalau kau pasti akan mendukungku,” ucap Aren dengan sangat bahagia.

“Aku hanya mengatakan apa adanya saja, Aren. Kebahagiaanmu adalah pilihanmu. Jadi, jangan sampai kau justru tidak bahagia karena harus menuruti perintah orang lain,” terang Frans.

Aren mengangguk-anggukkan kepala. “Lalu, bagaimana denganmu? Apakah kau sudah menemukan wanita yang bisa menggantikan Carlynda?” tanya Aren.

“Aku saat ini sedang tidak ingin memikirkan tentang asmara,” jawab Frans acuh tak acuh. “Sepertinya menikah pun tidak ada gunanya bagiku karena aku tidak akan bisa memiliki keturunan.”

“Frans, jangan putus asa seperti itu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Siapa tahu kalau nanti kau akan beruntung dan mendapat keajaiban dari Tuhan,” celetuk Aren.

Frans terkekeh geli. Pria itu tidak menyangka kalau saudara tirinya itu rupanya sangat naif. Frans yang sudah tidak percaya dengan cinta dan berpikir kalau kutukan itu telah membawa kesialan memilih untuk tidak mengambil pusing masalah wanita. Dia trauma dengan apa yang terjadi dengan pernikahan-pernikahannya yang sebelumnya.

Frans meletakkan gelas minuman yang dia bawa ke atas meja, lalu berkata, “Aren, aku pamit dulu. Aku lupa kalau aku ada urusan.”

“Urusan apa? Apakah kau tidak mau berpamitan kepada ayah dan ibu dulu?” tanya Aren.

Terpopuler

Comments

anita

anita

frans..kpn ktmu wanitanya jgn berbelit2 ya thoor

2023-07-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!