Lepas Aku Untuk Dia
Part 1
"Ingat! Dia perempuan bersuami." seru Daniar
"Iya, aku tahu. Tetapi status itu tidak bisa membunuh cintaku pada Madu." Jidan bangun dari duduknya, sembari menepis tangan Daniar dipundaknya.
Kening Daniar berkerut, dia kehabisan kata-kata untuk menyadarkan sahabatnya. Jidan seakan telah buta dan tuli terperangkap pesona Madu. Madu seorang perempuan cerdas, ceria, berkarir cemerlang. Daniar tidak membantah, jika dirinya pun sempat terpapar pesona Madu. Namun untunglah dia mampu menguasai dirinya
Daniar mencoba menyadarkan Jidan, namun sepertinya usahanya sia-sia. Pemuda tegap nan berwibawa di hadapannya, seakan-akan telah terjerumus pada segitiga bermuda perempuan bermata coklat itu.
"Aku hanya mau dia ... "
"Tidakkah kau melihat betapa nyaris sempurnanya dia, bukan-bukan, dia sempurna bagiku." Jidan berusaha meyakinkan Daniar.
"Ok, lalu sekarang apa langkahmu? Pandangan Daniar tajam menyapu pemuda tampan yang sedang hilang akal.
Jidan berdiri membelakangi Daniar. Angannya melayang pada peristiwa 10 tahun silam. Dimana kala itu Jidan hanya mampu bertitip salam. Madu teman kecilnya, gadis periang dan penyayang, namun sedikit liar.
Sedangkan Jidan, hanya mampu diam dan memandang dari kejauhan setiap kali ada waktu bersama. Madu sangat ambisius, dia mau merubah wajah dunia. Dia bukan perempuan biasa, yang harus berteman dengan boneka.
Sepuluh tahun berlalu. Jidan berharap mampu mengungkapkan semua rasa. Jidan kini telah sukses dalam karirnya, impiannya untuk bersanding dengan Madu semakin dekat. Dia berharap gadis pujaannya itu, tidak punya alasan untuk menolaknya. Tetapi harapan tidak sesuai ekspektasi.
"Tuhannnnnnn ... !"
Tiba-tiba Jidan berteriak, suaranya memecah ombak yang sedang berkejaran.
"Ukhuk ... " Daniar terperanjat
Kopi yang baru saja dia pesan dari petani garam, seketika membasahi dadanya. Tak aya Daniar pun kepanasan. Sembari menyeringai, dia menghampiri Jidan.
"Hai sobat, apa ini langkahmu yang Kau maksud?"
"Kau tampan, kau banyak uang, kau pun punya pekerjaan yang mapan"
"Lalu, kalau Kau mau seratus, seribu atau sejuta Madu bisa Kau dapatkan!" Daniar pun berteriak sembari menarik kerah Jidan hingga menyentuh hidungnya.
Bola mata Daniar menyala, seolah ingin ******* habis budak cinta di hadapannya. Daniar masih tidak percaya, di dunia yang sudah menuju society 5.0 masih ada yang tuli dan buta karena cinta.
"Pergilah!" Jidan berteriak sembari menghempaskan tubuh sahabatnya itu.
"Kau tidak tahu apa-apa!" Jidan mengarahkan telunjuknya ke wajah Daniar yang terhempas di pasir berair.
Ombak semakin riuh berkejaran, namun kedua sahabat itu belum juga bergeming. Senja mulai menunjukkan pesonanya. Remang-remang dari jauh seorang perempuan menghampiri mereka.
"Syahid, Jidan!" seru Zakia
Kedua sahabat itu hanya menatap ke arah Zakia. Jidan merapikan pandangannya. Begitu pun Syahid, segera bangkit dan membersihkan butiran pasir putih yang melekat di tubuhnya.
"Apa yang terjadi? tanya Zakia.
Gadis cantik berambut pirang itu, menatap kedua pemuda tampan di hadapannya. Pandangan Zakia melucuti keduanya. Namun Syahid dan Jidan pun hanya membalas datar tatapan Zakia.
"Tidak ada apa-apa ... , Syahid dan Jidan menjawab bersamaan sembari melempar senyum tipis.
"Yakin! Serius ... tanya Zakia tak percaya.
Syahid berjalan mendekati Zakia.
"Zakia, apa untungnya kami berbohong, Kau tak ada jarak bagi kami. Sudahlah, apa semua sudah siap?" Syahid mencoba mengalihkan fokus Zakia.
"Kami sudah sangat lapar, perut kami sudah berdendang ... hahaha "
"Be ... be ... benar," sahut Jidan.
"Baiklah-baiklah, anggap saja aku percaya. Tapi ingat, kalian tidak akan pernah berhasil membohongiku." Zakia menarik telinga kedua pemuda tampan itu, dan ketiganya pun tertawa bersama.
Senja telah bersimpangan dengan sang malam. Gelap mulai merayap, menghadirkan dendang sang Raja malam. Zakia yang curiga dengan gelagat kedua sahabatnya, pura-pura tidur. Syahid dan Jidan yang tidak menyadari kecurigaan Zakia kembali berdebat di antara gelap dan sunyinya malam.
"Sudahlah Ji, jangan terlalu risau, bangkitlah, aku tahu ini hanya sesaat." Syahid kembali menasihati Jidan.
"Aku tahu, maksudmu Syah." Jidan menatap langit-langit teras yang terlihat samar.
"Tetapi, aku belum bisa mengakhiri rasa ini." Jidan mengusap kedua bola matanya, yang belum juga meredup.
Tatapannya liar menyapu gelapnya malam. Mereka terus saja berbincang hingga larut malam. Tik, tik, tik detik jarum jam semakin jelas terdengar.
"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka tidak menyebut satu nama pun." Zakia masih menajamkan telinganya.
"Atau mereka sedang membicakan aku, hmmm."
"Zakia ayolah, percayalah dia pasti menyukaimu, lihatlah dirimu, kamu cantik, pintar, dan menarik." Zakia bangkit dan melihat dirinya di cermin.
Senyum Zakia terkembang, dia begitu mengagumi dirinya. Dia begitu yakin, kalau cintanya pasti terbalas. Seketika Zakia hanyut dalam khayalannya, hingga tanpa dia sadari kedua pemuda itu telah berlalu.
"Sudahlah, sebaiknya aku kembali menyimak perbincangan mereka." Bola mata Zakia berbinar, menatap liar menyapu seluruh ruangan.
Zakia tidak menemukan siapapun, yang ada hanya gelap dan hening. Tetapi bukan Zakia namanya kalau harus menyerah begitu saja. Perlahan dia keluar dari kamarnya. Menyusuri setiap sudut, namun tidak mendapati siapa pun.
Pyarr, tetiba lampu menyala.
Zakia terperanjat, saat dia memalingkan pandangannya. Betapa terkejutnya dia, ke dua sosok tegap berdiri di hadapannya. Dia merasa sangat gugup.
"Ak ... ak ... aku, aku ... " Zakia kehabisan kata-kata. Mulutnya bagai terpenjara. Dia tidak menyangka, justru dia yang tertangkap. Zakia menyeringai dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dasar, ubur-ubur ... apa yang Kau lakukan?" Jidan menarik telinga Zakia dengan senyum tipis.
Jantung Zakia berdetak kencang, pipinya kemerahan, giginya berbenturan.
"Zakia, kuasai dirimu, jangan sampai hatimu terbaca," Zakia benar-benar mati gaya.
"Lepaskan aku, sakit tahu!" Zakia mengaburkan perasaannya.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu, sebelum kau mengaku, apa yang Kau lakukan!" ujar Jidan
"Tidak, aku tidak mau!" Zakia memohon dengan manja.
"Dasar ubur-ubur, ayuk duduklah!" Syahid mengelus kepala Zakia yang telinganya masih dalam pegangan Jidan.
Selanjutnya mereka pun duduk bersama.
"Kalian memang kejam sama aku," Zakia menggerutu manja.
"Baiklah-baiklah, kami minta maaf."
Akhirnya mereka kembali bercanda dalam gelapnya malam. Semua larut dalam khayalannya masing-masing. Senyum-senyum dengan arti yang berbeda.
Zakia, semakin yakin dengan perasaannya. Bahwa cintanya pasti tersambut. Dia merasa menjadi perempuan paling beruntung. Dia jatuh cinta pada seseorang yang nyaris sempurna. Dia tidak sabar menunggu cinta itu terungkap. Senyum tipis berbunga-bunga di sudut bibir Zakia, yang terlihat begitu merona terbentur sinar lampu malam itu.
Sementara Jidan, masih larut dengan asmara yang tak kunjung reda. Dia masih sangat yakin, bahwa cintanya pasti sampai. Dia tidak akan menyerah, sebelum tahu isi hati Madu. Pandangannya, terus menerobos gelapnya malam.
Syahid yang mulai mengantuk, tiba-tiba terbersit satu hal. Bola matanya terpantul antara Zakia dan Jidan.
"Kenapa, Jidan tidak bersanding saja dengan Zakia." Syahid tersenyum optimis
"Baiklah, besok lihat apa yang bisa aku lakukan" gumam Syahid dalam hati.
"Ehhem, ehhem ... sebentar lagi subuh, ayuk kita istirahat dulu." Syahid berdiri menuju kamar.
"Oya jangan lupa cepat tidur dan tunggu kejutan dariku esok pagi!" ujar Syahid diiringi senyum tipis di ujung bibirnya.
Zakia dan Jidan pun menyepakati itu. Ketiganya pun meninggalkan tempat dan masuk kamar masing-masing.
"Syahid ... " langkah Syahid terhenti, dan betapa terkejutnya saat dia memalingkan pandangannya.
_Bersambung_ ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
anggita
jidan.. zakia..
2023-06-01
0