Desmala Gralind
Malam itu suasana rumah keluarga Gralind sangat ramai dengan para tamu. Mereka adalah kolega bisnis dari Keluarga Gralind. Antonio Herman Gralind adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar di Indonesia. Sementara Alisia Gralind adalah pemilik dari sebuah perusahaan produk kecantikan yang di namakan dengan Alisia Glow.
Acara malam ini adalah acara untuk satu-satunya putri mereka yaitu Desmala Gralind. Gadis yang baru berusia 17 tahun tepat pada malam ini.
Semuanya bertepuk tangan saat gadis itu meniup lilin ulang tahunnya. Desmala Gralind yang akrab di panggil Mala itu terlihat cantik dengan dress putih yang dikenakannya.
Setelah acara selesai, Mala langsung menuju kamarnya. Ia sangat lelah dengan acara ulang tahunnya itu. Setiap bertemu dengan kolega bisnis orang tuanya, ia harus memasang wajah ramah. Padahal dirinya sangat lelah saat ini.
Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan diri.
"Ahhh, nyaman" lirihnya mulai memejamkan mata.
Tok Tok Tok
Namun, belum sempat matanya terpejam. Suara ketukan pintu kembali mengusiknya.
"Apalagi ini!" ujarnya menggerutu kesal.
"Masuk!" ujarnya.
"Mala, sayang. Kita ke bawah dulu ya!" ujar mamanya.
"Mau ngapain lagi ma, aku capek banget" balas Mala.
"Sebentar aja kok, kamu pasti suka"
Dengan malas, akhirnya Mala menuruti mamanya dan turun ke bawah.
Setibanya di bawah, Mala di sambut dengan senyum sumringah papanya.
"Papa kenapa senyum-senyum?" tanya Mala heran.
"Liat deh!" pinta papanya. Ia mengarahkan tangannya keatas meja.
"Itu apa pa?" tanya Mala.
"Buka aja, nanti kamu bakalan tau"
Mala langsung menarik kain merah yang menutupi kotak itu.
Dan,
"Rabbitt!" pekiknya kegirangan.
"Gimana? suka?" tanya Herman pada putrinya itu.
"Suka banget pa" balas Mala mengelus kelinci putih pemberian papanya.
"Kalau suka kenapa papanya gak di peluk?" kekeh Herman.
"Makasih pa" ujar Mala memeluk papanya.
"Sama-sama" balas Herman mengelus sayang rambut putrinya. Sementara itu, Alisia tersenyum hangat menatap ayah dan anak yang sedang berpelukan itu.
"Mama gak di ajak nih?" tanya Alisia dengan raut wajah sedih.
"Mama juga dong!" ujar Mala ikut memeluk mamanya.
Sebenarnya keluarganya itu sangat menyayanginya. Namun sayang Mala masih merasa kurang bahagia. Karna dirinya sulit untuk bermain keluar rumah bersama teman-temannya. Hal itu disebabkan oleh Herman dan Alisia yang tak mau Mala bergaul dengan orang yang salah. Sehingga mereka membatasi Mala untuk bermain dengan orang-orang yang tidak di kenalinya.
***
Cahaya mentari menyusup diantara tirai-tirai jendela. Yang membuat sang gadis yang tengah terlelap terpaksa membuka matanya. Ia meregangkan badannya yang penat karna tidur semalaman. Diliriknya jam Beker yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Mala segera menuju kamar mandi dengan menyandang handuk di bahunya. Sebagai anak yang lahir dari keluarga berada Mala bukanlah anak yang manja. Setelah memakai seragam Mala segera menuju meja makan untuk sarapan bersama orang tuanya.
"Pagi ma, pa" sapa Mala.
"Pagi sayang" balas Alisia dan Herman hanya membalas dengan senyuman karna mulutnya sedang terisi makanan.
Mala meminum susu yang sudah di sediakan mamanya. Dan melanjutkannya dengan memakan roti yang sudah di oleskan slay coklat oleh sang mama. Sebagai seorang ibu, Alisia sangat telaten mengurus kebutuhan Mala. Dan Mala senang akan hal itu.
"Mala, kamu pergi dan pulang sekolah bareng pak Adi ya!" pinta papanya.
"Iya pa"
"Mala berangkat ya pa, ma. Udah telat nih" ujar Mala melirik jam tangannya.
"Hati-hati" ujar Alisia melihat putrinya yang berlari keluar rumah.
"Iya ma"
Di depan rumah pak Adi selaku sopir yang mengantar jemput Mala sudah menyiapkan mobil untuk mengantar sang majikan.
"Silakan non"
"Makasih pak"
Pak Adi menjalankan mobilnya menuju sekolahan Mala. Sesampainya di SMA GARUDA BANGSA, Mala langsung turun setelah berpamitan dengan pak Adi.
Ia berjalan menuju kelasnya, 11 IPA 1 di sepanjang jalan menuju kelas banyak teman-teman yang menyapanya. Mala tau sekali jika mereka tidak tulus. Mereka mau berteman dengannya hanya karna Mala merupakan anak dari keluarga yang kaya raya.
Sesampainya di kelas, Mala langsung duduk di bangkunya. Ia memasang airphone di telinganya dan mendengarkan lagi pop kesukaannya. Ia tak menghiraukan banyak orang yang mencari perhatiannya. Karna Mala sangat tau tidak ada yang tulus dari mereka semua.
Beberapa saat kelas menjadi hening setelah kedatangan guru yang mengajar. Namun kemudian kembali berisik karna jam istirahat.
Mala memilih meninggalkan kelas dan menuju perpustakaan karna itu lebih tenang baginya. Ia menolak semua ajakan teman-temannya yang mengajaknya ke kantin.
Sepulang sekolah Mala langsung keluar dari kelas dan menunggu pak Adi di parkiran. Membosankan, satu kata yang menggambarkan kehidupan sekolah Mala saat ini. Sepertinya ia tak bisa merasakan kehidupan sekolah seperti anak-anak seusianya yang penuh dengan pertemanan dan kisah cinta.
Setelah kedatangan pak Adi, Mala langsung meninggalkan sekolahannya.
"Gimana sekolahnya non?" tanya pak Adi.
"Gak ada yang menarik pak"
"Kenapa non?"
"Bapak tau sendiri kan?" balas Mala. Ya, pak Adi sangat tau dengan lingkungan sekolahan Mala yang toxic. Semua yang berteman dengannya hanya karna keluarga Mala merupakan keluarga terpandang di jakarta.
"Yang sabar non, bapak yakin non pasti akan ketemu sama orang-orang yang tulus sama non"
"Aku gak yakin pak"
Pak Adi hanya terdiam dan kembali fokus mengemudikan mobil menuju rumah.
Sesampainya di rumah, hanya Bi Inem yang menyambutnya. Mama dan papanya pasti tengah sibuk di kantornya masing-masing.
"Udah pulang non?" sapa Bi Inem.
"Udah Bi"
"Mau bibi masakin apa?"
"Gak usah bi, aku gak laper. Mau istirahat aja!"
"Capek banget ya non?"
"Iya bi"
Di dalam kamar Mala langsung merebahkan dirinya. Ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.
"Sampai kapan kehidupan ku cuma gini-gini aja? aku bosan! aku pengen kayak anak-anak lain yang bebas tanpa kekangan" batinnya.
Larut dalam dumelannya sendiri, akhirnya ia terlelap.
.
.
.
Satu jam kemudian, Mala kembali terbangun. Perutnya terasa lapar, ia mengganti pakaiannya dan turun ke bawah mencari Bi Inem.
"Bi Inem!" panggil Mala.
"Iya kenapa non?" tanya Bi Inem menghampiri Mala.
"Mala mau makan, masakin mie instan ya bi!"
"Tapi non, non kan gak boleh makan mie instan?!"
"Masakin aja bi, mama sama papa juga gak ada dirumah"
"Bentar ya non"
Bi Inem kembali ke dapur memasak mie instan untuk Mala. Sementara itu, Mala menunggu Bi Inem di meja makan.
"Ini non, mie instan nya" ujar Bi Inem meletakkannya di atas meja.
"Makasih bi"
"Bibi kebelakang dulu" pamit Bi Inem.
Mala melahap mie instannya, memang terlihat sederhana tapi Mala menyukainya. Hanya saja untuk memakan mie instan ia harus diam-diam agar tidak ketahuan orang tuanya. Alisia dan Herman melarang keras Mala untuk makan mie instan karna itu sangat tidak sehat.
Jangan lupa like dan comen ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Melisa Author
Setangkai bunga mendarat untukmu Say! sukses terus dalam berkarya!
2023-04-08
0