Mala kembali ke rumah dengan pertanyaan-pertanyaan yang berputar di otaknya.
"Masa sih dia tinggal di rumah itu?"
"Dan kalau itu rumahnya kenapa aku gak pernah liat dia?"
"Tapi kalau bukan rumah dia, gak mungkin dia bisa masuk kan?"
"Udah ah, pusing"
Mala memasuki rumah dengan wajah kesalnya.
"Mala, abis dari mana? ayo makan dulu" ajak Alisia. Ia dan sang suami tengah menunggu anaknya itu untuk makan bersama.
"Dari luar ma, cari angin" ujar Mala asal.
"Ada-ada aja kamu, masa angin di cari" kekeh papanya.
"Pa, papa tau gak sama tetangga baru itu?" tanya Mala di sela-sela makan.
"Oh, maksud kamu Andi Hermawan?" tanya Herman.
"Papa kenal?" tanya Mala.
"Kenal dong, om Andi itu kan teman SMA papa"
"Tapi aku kok gak pernah liat mereka sih pa?"
"Iya, mereka baru pindah seminggu yang lalu"
"Gitu ya pa?"
"Iya"
"Jadi dia gak bohong dong" batin Mala.
Selesai makan mala kembali ke kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit-langit kamar, pikirannya kembali menerawang tanpa arah.
"Dia tetangga ku sekarang"
Mala kembali teringat waktu ia kabur dari rumah. Dimana saat itu, Rakha lah yang menolongnya dari preman itu. Dan itu bukan karna dia sekedar lewat, tapi memang rumahnya berada di komplek ini.
Dan siang tadi dia juga yang menyelamatkan Mala dari orang-orang yang ingin menculiknya.
"Apa dia memang malaikat yng di kirimin buat ngejagain aku" lirihnya. Tanpa sadar Mala melengkungkan bibirnya tersenyum mengingat hal tentang Rakha.
***
Keesokkan paginya Mala sudah siap berangkat sekolah. Tapi saat Mala keluar dari rumah, pak Adi terlihat bingung.
"Kenapa pak?" tanya Mala.
"Gak tau non, mobilnya gak bisa hidup" ujar pak Adi.
"Ya gimana dong pak, mama sama papa juga udah berangkat. Mala kesekolahnya naik apa dong?"
"Bapak cariin taksi, mau gak non?"
"Boleh deh pak"
Mala mengikuti Pak Adi yang mencarikan taksi di depan rumah. Rakha yang lewat di depan rumahku langsung berhenti di dekat ku.
"Kenapa belum berangkat?" tanya Rakha.
"Mobilnya mogok, itu pak Adi lagi nyari taksi" balas Mala.
"Sama aku aja" ujarnya.
"Hah?"
"Jangan GeEr dulu, aku cuma nawarin. Takutnya nanti di kejar lagi sama penculik yang kemarin"
"Kamu khawatir sama aku?"
"Aku gak khawatir, aku cuma nawarin. Kalau gak mau yaudah"
"Eh iya, aku ikut"
"Pak Adi, Mala berangkat sama Rakha ya"
"Baik non"
Sesampainya di sekolah, Mala dan Rakha langsung menjadi pusat perhatian. Hal itu karna satu sekolah belum pernah melihat Mala dekat dengan siapapun. Apalagi cowok, hal itu sangat langkah.
"Thanks ya" ujar Mala dan segera menuju kelas. Ia meninggalkan Rakha di parkiran.
"Dia kenapa sih?" lirih Rakha heran.
"Tapi lucu" kekehnya.
Pelajaran telah di mulai beberapa waktu lalu. Keadaan kelas yang hening tiba-tiba riuh karna bel istirahat. Semuanya keluar dari kelas kecuali Mala dan Rakha.
Mala bangkit dari bangkunya dan hendak keluar.
"Mala!" panggilan Rakha membuatnya berhenti dan menoleh.
"Kenapa?" tanya Mala yang melihat Rakha menghampirinya.
"Mau kemana? perpus?" tanya Rakha.
"Iya"
"Kenapa selalu ke perpus, kenapa gak ke kantin?"
"Terlalu rame"
"Kamu kenapa gak mau berbaur sama teman-teman yang lain?" tanya Rakha. Sudah beberapa kali Rakha memperhatikan Mala yang terlihat menghindari teman-temannya.
"Mereka gak tulus, mereka mau berteman sama aku cuma karna keluargaku"
"Gak semua kayak gitu, kamu cuma terlalu takut!"
Mala terdiam, ia memang tak pernah mau mencoba berbaur dengan teman-temannya selama ini. Ia terus beranggapan kalau teman-temannya akan memanfaatkan dirinya.
"Ayo ikut aku!" Ujar Rakha menarik tangan Mala.
"Kemana?"
"Kantin"
Mala hanya pasrah mengikuti Rakha yang terus menarik tangannya. Dikantin suasananya terlalu ramai, hal itu membuat Mala merasa tidak nyaman.
Rakha menarik Mala menuju sebuah meja.
"Hai, kita boleh gabung?" tanya Rakha.
"Hah? iya boleh kok" jawab Dira terlihat kaget karna adanya Mala.
Rakha dan Mala duduk di antara mereka berempat. Setau Mala mereka teman sekelasnya namun Mala tak terlalu tau dengan mereka. Mala hanya tau namanya saja. Ada Dira, Affan, Haura, dan Zayyan. Dari rumor yang di dengar Mala, Dira dan Affan, Haura dan Zayyan itu berpacaran dan juga mereka berempat bersahabat baik.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Haura pada Mala dan Rakha.
"Kamu tunggu sini, biar aku aja yang mesen!" ujar Rakha. Mala hanya mengangguk dan menuruti Rakha.
"Mala" panggil Haura.
"Iya"
"Kalian lagi Deket ya?" tanya Haura.
"Hah?"
"Kamu sama Rakha? pacaran ya?"
"Enggak kok" balas Mala cepat.
"Iya juga gak papa kali" kekeh Dira.
Mala hanya tersenyum kikuk menanggapi candaan mereka.
"Santai Mala, jangan tegang gitu. Kayak lagi interview di ruang BK aja" kekeh Affan.
Tak lama Rakha datang dengan membawakan makanan yang di pesannya.
"Nih cobain! pasti kamu suka" ujar Rakha meletakkan semangkok bakso di depan Mala.
"Makasih"
.
.
Sepulang dari sekolah Mala kembali pulang bersama Rakha. Sesampainya di rumah Mala, Mala turun dari motor Rakha.
"Rakha" ujar Mala.
"Kenapa?"
"Makasih ya"
"Buat apa?"
"Karna kamu udah bantuin aku buat berbaur sama teman-teman yang lain. Aku pikir mereka bakalan manfaatin aku doang, tapi ternyata aku yang terlalu takut untuk berbaur. Makasih udah ngubah sudut pandang aku tentang mereka" ujar Mala tulus.
"Iya sama-sama"
"Mau mampir gak?" tawar Mala.
"Gak usah, lain kali aja"
"Hmm" angguk Mala.
"Besok mau berangkat bareng?" tanya Rakha.
"Hm, boleh" balas Mala.
"Oke, aku pamit" ujar Rakha melajukan motornya.
Mala terus saja menatap motor Rakha hingga hilang dari pandangannya. Karna tak lagi melihat motor Rakha Mala langsung memasuki rumah. Tidak biasanya Mala memasuki rumah dengan senyum mengembang.
"Non Mala" panggil Bi Inem.
"Non kenapa? senang banget keliatannya?" tanya Bi Inem.
"Gak papa bi" balas Mala.
"Mala kekamar dulu ya bi, nanti makan siangnya antar aja ke kamar Mala"
"Baik non"
Mala meninggalkan Bi Inem yang terheran dengan sikapnya yang tak biasa.
"Gak biasanya, biasanya kalau pulang mukanya datar dan calm, sekarang kayaknya bahagia banget mana senyumnya ngembang banget lagi, kenapa ya?" ujar Bi Inem bingung.
Mala mengganti seragamnya dengan baju rumah. Setelah selesai ia menghidupkan musik dengan keras. Entahlah, ia sangat bahagia saat ini. Dan itu karna Rakha. Cowok yang baru di temuinya beberapa hari ini. Dan dia lah alasan Mala sangat bahagia saat ini.
Tok Tok Tok
Ketukan pintu membuat Mala menoleh. Ia sudah tau kalau itu pasti Bi Inem yang mengantarkan makan siang untuknya.
"Masuk aja bi, gak di kunci!" teriak Mala.
Bi Inem memasuki kamar Mala dan meletakkan makan siang Mala di atas nakas.
"Ini makanannya non!"
"Taroh situ aja bi"
Setelah mengantar makan siang Mala, Bi Inem pamit keluar.
Jangan lupa like dan comen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments