Bekal

Mala terbangun dari tidurnya semenjak siang tadi. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Mama sama papa udah pulang belum ya?" pikir Mala.

Mala keluar dari kamarnya dan mencari orang tuanya.

"Mama!"

"Papa!"

Beberapa kali panggilan Mala tak ada yang menyahuti.

"Bi Inem!" panggil Mala menuju dapur.

"Iya non, ada apa?" tanya Bi Inem yang sedang mencuci piring di wastafel.

"Mama sama papa udah pulang?" tanya Mala.

"Belum non, tadi Tuan sama nyonya nitip pesan katanya mereka gak bakalan pulang malam ini"

"Oh gitu ya bi? yaudah deh"

"Non, mau bibi masakin apa buat makan malam?" tanya Bi Inem.

Mala terdiam sejenak, tiba-tiba saja sebuah rencana terlintas di kepalanya.

"Gak usah bi, aku mau cari bakso aja diluar" balas Mala.

"Mau bibi beliin?"

"Gak usah bi, aku bisa sendiri"

"Yasudah"

Mala kembali ke kamarnya dan memakai Hoodie. Lalu ia keluar dari rumah dan menuju tukang bakso yang biasanya mangkal di depan rumah Rakha.

"Mang, baksonya satu ya!" ujar Mala.

"Baik neng, makan di sini atau di bungkus?"

"Makan disini" balas Mala. Ia lalu duduk di kursi yang tersedia.

"Ini neng baksonya" ujar mangnya memberikan pesanan Mala.

"Makasih mang"

Mala menyantap baksonya sambil sesekali celingak celinguk melihat rumah di depannya. Rumah itu terlihat megah, namun sayangnya seperti tak ada kehidupan di dalamnya, sepi.

"Mau cari temen cowoknya yang waktu itu ya neng?" tanya mang tukang bakso tiba-tiba.

"E-enggak kok mang" balas Mala kikuk.

"Saya perhatiin neng liatin rumah itu terus dari tadi"

"Gak mang, saya tuh cuman kagum rumahnya bagus ya?"

"Iya neng, rumahnya bagus. Tapi, sayang yang punya jarang pulang"

"Loh kok mang bisa tau?"

"Iya, waktu itu saya iseng ngobrol-ngobrol sama mas yang kemarin naik motor. Eh gak taunya dia cerita kalau papanya jarang pulang, kadang sampai seminggu lebih gak pulang kerumah. Dan mas itu juga jarang di rumah, dia sering nginep di rumah temennya"

"Oh gitu mang, emangnya mamanya kemana?"

"Katanya sih, mamanya udah meninggal sebulan yang lalu, sebelum mereka mutusin buat pindah kesini"

"Oh gitu mang, kasihan juga ya mang" balas Mala ikutan sedih.

"Namanya juga hidup neng ada suka dukanya"

"Iya mang"

Mala selesai menyantap baksonya. Ia melihat jam tangannya yang sudah 8 malam. Ia membayar bakso yang di pesannya sekaligus berterimah kasih karna udah nemenin Mala ngobrol selama makan bakso.

Sepanjang perjalanan pulang, pikiran Mala terus tertuju pada Rakha. Mala sangat berempati pada Rakha. Ia tak habis pikir dengan kehidupan Rakha yang serba berkecukupan ia masih saja kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tuanya.

Sesampainya di rumah Mala di sambut oleh Bi Inem.

"Non, kenapa baru pulang? tadinya mau bibi susulin takutnya ada apa-apa, khawatir bibi non" ujar Bi Inem di depan rumah dengan wajah gilasahnya.

"Maaf ya bi udah bikin bibi cemas"

"Gak papa non"

"Kalau gitu Mala ke kamar dulu ya, mau istirahat bi"

"Baik non"

Mala segera menuju kamarnya dan berbaring.

"Besok aku mau bikinin dia bekal deh, pasti dia gak sarapan kalau mau berangkat sekolah" ujar Mala.

"Itung-itung sebagai ucapan Terimah kasih karna udah beberapa kali dia nolongin ku" ujarnya bermonolog dengan dirinya sendiri.

***

Keesokkan paginya Mala bangun lebih pagi. Ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Rakha.

"Bikin sarapan apa ya? aku kan gak bisa masak" ujar Mala menggaruk-garuk kepalanya.

"Non, non ngapain di dapur pagi-pagi gini?" tanya Bi Inem tiba-tiba. Hal itu Reflek membuat Mala kaget.

"Astaga bi, ngagetin aja"

"Maaf non"

"Non mau ngapain di dapur?" tanya Bi Inem.

"Aku mau bikin bekal bi" balas Mala.

"Emang non bisa masak?"

"E-enggak sih bi, makanya itu aku bingung mau masak apa?" kekeh Mala sembari menggaruk-garuk kepalanya.

"Biar bibi yang masakin? mau bekal apa?"

"Nasi goreng aja bi"

"Yasudah, lebih baik non sekarang mandi. Siap-siap berangkat sekolah. Nanti telat!"

"Iya bi, Mala siap-siap dulu ya"

"Iya"

Mala menuju kamarnya dan bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah selesai Mala turun dan menyantap roti dan susu yang telah di siapkan Bi Inem.

"Non ini bekalnya" ujar Bi Inem.

"Iya bi, makasih ya"

"Sama-sama non, emangnya buat siapa sih non? kayaknya spesial banget sampai rela bangun pagi-pagi?" tanya Bi Inem penasaran.

"Bibi kepo deh" kekeh Mala. Ia berlari keluar rumah meninggalkan Bi Inem dan bersamaan dengan itu suara motor Rakha terdengar dari depan rumah.

"Eh udah nyampe aja" ujar Mala kaget dengan Rakha yang ternyata sudah ada di depan rumah.

"Iya, ayok berangkat! udah siap kan?" tanya Rakha.

"Iya udah" balas Mala.

"Tunggu apa lagi? ayo naik!" ajak Rakha, karna mala masih saja diam di tempatnya.

"Eh, iya" entah kenapa saat berhadapan dengan Rakha nada bicara Mala selalu saja kikuk.

Sebelum menaiki motor Rakha, Mala teringat jika ia membawakan bekal untuk Rakha.

"Oh iya, Rakha!" panggil Mala.

"Kenapa?"

"Nih buat kamu" ujar Mala memberikan kotak bekal pada Rakha.

"Bekal? kamu kira aku anak SD yang kalau ke sekolah di bawain bekal" kekeh Rakha.

Mendengar itu, seketika raut wajah Mala berubah menjadi murung.

"Oh jadi kamu gak mau? yaudah deh" balas Mala ingin menarik tangannya yang memegang kotak bekal.

Rakha yang sadar jika kata-kata nya menyinggung Mala. Ia sigap menahan tangan Mala.

"Tunggu dulu!" ujar Rakha.

"Katanya gak mau?" balas Mala terdengar ketus.

"Aku ngomong gitu bukan berarti aku gak mau ya, aku mau kok" balas Rakha mengambil kotak bekal dari tangan Mala.

"Pasti aku habisin" ujar Rakha tersenyum lebar. Melihat itu Mala juga ikut tersenyum. Ia senang ternyata niat baiknya bisa di terima Rakha.

"Udah, ayo naik! nanti telat" ujar Rakha kembali mengingatkan.

"Iya" Mala menaiki motor Rakha. Sepanjang perjalanan keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Mala yang terus tersenyum karna bekal yang ia buatkan untuk Rakha di terimanya. Ya walaupun itu yang buatin bi Inem, tapi gak masalah yang penting niatnya. Sementara itu Rakha, ia takut jika perkataannya tadi akan menyinggung Mala. Walaupun mala sudah tidak terlihat murung lagi dan sudah mulai tersenyum tapi tetap saja hal itu menjadi beban pikiran bagi Rakha.

"Semoga aja mala gak kesinggung sama ucapan ku tadi" batin Rakha.

"Semoga Rakha suka deh sama bekalnya" batin Mala.

Jangan lupa like dan comennya ya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!