WANITA YANG KAU SIA-SIA
"Ndra, nggak sarapan dulu nak?" ucap ibu mertuaku saat aku membawa sayur sop dari dapur nenuju meja makan.
"Nggak bu, Andra sarapan di luar aja. Muak kalo sarapan di rumah." jawaban ketus mas Andra membuat hatiku menciut, ada rasa sakit saat mendengar kata muak.
Aku segera menaruh semangkuk besar sayur sop buntut itu di atas meja makan.
"Mas, sarapan dulu ya? Biar aku ambilin." ucapku segera meraih piring putih kosong dan mengambil nasi.
"Udah nggak usah, aku mau sarapn di luar aja." jawabnya sembari membenarkan dasinya.
"Kenapa mas? Aku udah masakin sayur sop buntut kesukaan kamu loh, biar kamu bisa makan banyak sepuas kamu." ucapku tersenyum mendekat ke arah mas Andra yang tetap berdiri di posisinya.
"Puas? Aku justru muak liat muka kumal kamu tiap hari make daster terus, iya kalo daster kamu bagus bagus? Itu daster udah pada pudar, sobek sobek lagi. Jadi nggak selera buat makan di rumah." jawab mas Andra tanpa memikirkan perasaanku.
Deg!
Jantungku sekarang berdegup sangat kencang, muak melihatku berdaster?
Padahal aku memakai daster yang udah koyak ini juga karena lebih mementingkan belanja kebutuhan rumah dan wajah kumalku juga karena lebih mementingkan popok dan susu Viona dari pada membeli skincare.
"Aku berangkat dulu bu." ucap mas Andra berpamitan pada ibunya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku yang masih tetap mematung.
"Iya sayang, hati hati ya nak kalo kerja. Jangan ngebut ngebut kalo bawa mobil." teriak ibu mertuaku kepada anaknya.
Mas Andra berjalan menjauh menuju pintu lalu menghilang dari pandanganku yang kabur karena berusaha membendung air mata, hanya terdengar suara derum mobil mas Andra yang meninggalkan halaman rumah.
"Makanya kalo jadi perempuan itu yang pinter ngrawat diri, gimana suami mau betah di rumah kalo istrinya aja penampilannya begini." ucap ibu mertuaku mengejek, lalu di iringi tawa Lili dan senyum masam mertuaku itu.
Namaku adalah Rara Aulia, aku adalah seorang istri dari pria yang berusia tiga tahun di atasku yang bernama Andra Wibowo. Dulu sebelun menikah, aku adalah seorang model dengan tubuh ramping seperti wanita wanita lain pada umumnya. Aku dan mas Andra menjalin hubungan pacaran sekitar 2 tahun, mas Andra dulu adalah pria sederhana yang baik hati dan sangat menyayangiku. Tetapi setelah kami menikah beberapa bulan lalu aku mengandung sehingga membuat berat badanku terus bertambah, tetapi setelah melahirkan putri kecilku yang bernama Viona Anjani tubuhku justru berubah drastis. Aku menjadi yang memiliki tubuh gendut, terdapat stretch mark di area area tertentu di tubuhku yang di sebabkan karena kenaikan berat badanku yang meningkat dengan cepat.
Aku tidak sempat merawat diri karena harus mengurus pekerjaan rumah sendiri, sebenarnya aku dan mas Andra tinggal di rumah milik kami sendiri. Tapi setelah beberapa bulan menikah, ibu mertua dan adik iparku mengungsi ke sini sebab rumah ibu mertuaku telah di sita oleh pihak bank karena tak bisa membayar hutang hutang ibu mertuaku.
Awal mulanya, mereka sangat baik padaku. Tapi setelah satu bulan tinggal di rumah kami, sifat asli ibu mertua dan adik iparku yang bernama Lili itu keluar. Jika tidak ada suamiku, ibu mertua dan adik iparku memperlakukan aku layaknya pembantu di rumah ini. Mulai dari mencuci pakaian semua orang, memasak, menyapu, mengepel, dan melakukan semua pekerjaan rumah lainnya sendiri. Aku sangat kualahan di saat anakku rewel, tapi tidak ada salah satu dari mereka yang mau membantuku meskipun itu hanya sekedar untuk menjaga Viona anakku.
"Raaa . . " teriak ibu mertuaku saat aku baru selesai memandikan Vioana.
"Iya bu, ada apa?" ucapku sembari menggendong Viona yang masih berbalut handuk tebal berwarna putih.
"Buatin aku susu coklat, jangan terlalu panas." ucapnya.
"Sebentar ya bu, biar aku pakein baju Viona dulu." ucapku.
"Kelamaan, sekarang aja cepet!" perintahnya.
"Ya udah, niti Vio bentar bu tolong." jawabku memberikan Viona agar mertuaku mau menggendong cucunya sebentar.
"Enak aja nyuruh aku gendong anak kamu, taruh di kasur dulu sana. Nyusahin aja sih kamu!" ketusnya lagi.
"Huuuuffttt . . " aku menghembuskan nafas pelan lalu berjalan menuju kamar, meletakan putri kecilku ke atas kasur lalu mengganjalnya dengan guling di sebelah kanan dan kirinya. Memberinya sebuah mainan agar tetap diam, aku takut jika Vio jatuh karena ia sudah bisa merangkak.
"Ini bu." ucapku sembari meletakan sebuah susu coklat panas ke atas meja makan.
Tak ada sahutan terimakasih, bahkan ibu mas Andra ini juga tidak menoleh ke arahku.
Di sisi lain,
Andra sedang menunggu sesorang di meja bernomor 22, tak berselang lama muncul seorang wanita cantik dengan pakaian seksi berwarna merah merangkul punggung Andra.
"Sayang? kamu udah sampai?" tanya Andra tersenyum lalu mencium kening wanita yang kini duduk di kursi depannya.
"Iya mas, maaf ya aku telat. Gara gara kamu nggak jemput aku nih, jadi lama nunggu grab." ucapnya manja sembari cemberut.
"Iya iya sayang, maaf ya. Tadi soalnya mas masih ada urusan bentar, jadi gak bisa jemput kamu. Udah ih jangan cemberut terus, nanti mas ajak shopping yah." ucap Andra mengelus rambut wanita yang bernama Jihan itu.
"Beneran ya mas?" ucap Jihan dengan senyum sumringah.
"Iya sayang, apa sih yang enggak buat kesayangan mas ini." ucap Andra mencium punggung tangan Jihan.
"Ah, mas bisa aja buat aku terbang melayang."
Tok Tok Tok!
Suara pintu rumah Rara terketuk, Lili segera bergegas membuka pintu.
"Assalamu'alaikum." ucap ayah Rara tersenyum ramah, beliau menenteng beberapa kantung plastik dan paper bag.
"Wa'alaikum salam, silahkan masuk om." ucap Lili sedikit gugup saat tau yang datang adalah ayah kakak iparnya.
"Iya Li, terimakasih. Rara sama Viona ada kan Li?" tanya ayah Rara yang bernama Sigit.
"Oh ada kok om, sebentar biar Lili panggilin mbak Rara sebentar ya." ucap Lili tersenyum paksa, lalu di balasan anggukan oleh pak Sigit.
"Siapa Li?" tanya ibu Sarah.
"Itu bu, ayahnya Rara. Bentar Lili panggilin si gendut itu dulu." bisik Lili pada ibunya.
Mertua Rara itupun segera menuju ruang tamu untuk berpura pura menyapa besannya dan mengawasi Rara, ia takut jika menatunyabitu berkata macam macam pada ayahnya. Pasalnya, rumah yang sedang ia tempati ini adalah rumah hadiah pernikahan pemberian dari ayah Rara.
"Eh, ada pak Sigit?" ucap bu Sarah tersenyum sembari menyalami besannya.
"Oh, iya bu Sarah. Saya kangen cucu, makanya pagi pagi udah dateng bertamu. Maaf ya bu, pagi pagi udah menganggu waktunya." ucap pak Sigit.
"Eh, enggak pak nggak apa apa. Maklum pak, Vio emang lagi lucu lucunya." jawab bu Sarah tersenyum palsu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Nur😌😊
ibu namanya juga punya bayi, terus kalau semuanya urusan rumah tangga menantumu yang mengerjakan, yaa wajarlah kalau udik, nggak ada waktu buat merawat dirinya sendiri, jangankan makeup makan aja pasti buru udah gitu telat lagi makannya.... bantuin gitu lhOo bukannya malaah di marah in mantumu.......
2024-02-05
0
Cinta Suci
ceritanya bagus
tp kok rara gendut ya pdhal kerja rumah
2023-03-17
0