Chapter 3

Baru saja memarkirkan mobilnya, Willy menatap ayah mertuanya sedang menggendong keponakannya.

"Eh mas, itu bukannya Viona?" ucap Willy pada sang suami.

Pandu mengerutkan dahinya lalu menoleh, memastikan ucapan istrinya benar.

"Eh, iya sayang. Itu Viona." ucap Willy kemudian segera menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Hallooo kesayangan om dan tante." teriak Pandu yang masih berada di dalam mobil.

"Hayyo om Pandu, Vio dateng ke sini di ajak opa loh." pak Sigit menjawab dengan meniru suara anak kecil.

"Eh mas, berati Rara juga lagi di sini dong?" tanya Willy lagi.

"Iya sayang, tapi kamu jangan kasih tau Rara dulu ya. Aku kasian sama dia, kalo dia sedih kasian Viona." ucap Pandu mengelus rambut istrinya.

"Iya mas." ucap Willy mengangguk paham.

Brak! Pandu menutup pintu mobilnya.

"Assalamu'alaikum yah." ucap Pandu mencium punggung tangan ayahnya.

"Wa'alaikum salam, udah pulang Ndu?" tanya sang ayah.

"Udah kok yah, itu Willy masih ngambilin barang barang belanjaan di bagasi mobil." ucap Pandu tersenyum, kemudian mengambil alih Viona dari gendongan sang ayah.

"Mas, makasih banyak ya hari ini udah di belanjain banyak banget." ucap Jihan mencium pipi kanan Andra.

"Iya sayang, apapun keingin kamu pasti akan mas turutin kok asal itu bisa ngebuat kamu bahagia." jawab Andra menoel hidung Jihan dengan gemas.

"Tapi kapan kamu nikahin aku?" ucap Jihan menghentakan kakinya manja sembari menampakan wajah cemberut.

"Yang sabar dong sayang, masa tiap hari kamu nanyain itu mulu dan bisa puluhan kali aku harus jawab dengan jawaban yang sama lagi." ucap Andra.

"Ya tapi kapan? Aku tuh pengen milikin kamu sepenuhnya mas, gak kaya gini! Kalo gak bisa milikin kamu seutuhnya, seenggaknya kamu bisa jadiin aku istri ke 2 kamu mas biar aku siksa tuh istri kamu yang nyebelin itu. Buat apa sih kamu pertahan istri gendut kaya gitu, udah gendut gak bisa ngrawat muka lagi." maki Jihan kesal tak lega dengan jawaban kekasihnya itu.

"Ya nggak bisa dong sayang, mas kan masih kerja di perusahaan ayahnya Rara. Rumah itu juga masih atas nama dia sayang, bahkan mobil yang setiap hari mas pakai sama kamu ini juga pemberian ayahnya Rara kado acara pernikahan aku sama dia dulu." ucap Andra mencoba menjelaskan.

"Jadi kamu gak mau hidup sama aku terus setiap hari? Dan kamu harus ngumpet ngumpet gitu kalo mau tidur nginep sini sama aku?" ucap Jihan menghentakan kaki lagi kemudian berlalu duduk.

Andra berjalan mengikuti Jihan, duduk di sofa panjang sebelah wanita seksi ini.

"Huuuuussstt . . . Dengerin mas, kita akan nikah setelah mas berhasil dapetin harta dia. Ya paling tidak jika tidak, mas masih bisa menjabat sebagai manager di kantor ayah Lea dengan gaji yang lumayan besar untuk bisa memanjakan kamu. Dan yang terlebih penting, mas kan selalu menginap di sini buat muasin kamu." rayu Andra sembari mengusap lembut rambut Jihan.

"Beneran ya mas, nanti mas akan ceraiin istri kumal kamu itu?" tanya Jihan memastikan lagi.

"Iya sayang, kapan sih mas pernah bohong sama kamu. Kan seharian ini juga udah mas belanjain semua kebutihan kamu, sekarang giliran kamu yang harus manjain mas di ranjang." bisik Andra penuh n*fsu.

Tanpa menjawab lagi, Jihan langsung berdiri dan duduk dipangkuan Andra. ******* bibir lelaki yang berwajah tampan ini dengan rakus, tangan Jihan yang sudah lihai itupun membuka kancing kemeja berwarna abu abu yang Andra kenakan, lalu membukanya dan jemarinya mulai berderilya di dada Andra, memainkan put*ng Andra dengan jemari juga sesekali menjil*tnya agar bisa membuat lelaki itu terpuaskan hasr*tnya.

Ya, begutulah setiap hari yang Jihan lakukan untuk memikat hati suami Rara itu agar betah bersamanya.

Tok Tok Tok, suara pintu kamar Rara terketuk.

Willy terus mengetuk pintu kamar Rara yang ada di rumah pak Sigit, kamar ini adalah kamar sedari Rara masih belum menikah dulu namun sampai sekarang sang ayah sengaja menyuruh asisten rumah tangganya untuk tetap membersihkan kamar putri kesayanganya itu agar tetap bersih ketika putrinya berkunjung ke rumah.

"Rara kemana sih kok nggak ada jawaban." ucap Willy berbalik arah.

"Kak Willy?" ucap Rara yang baru saja masuk rumah dari pintu samping.

"Ra raa . . . " ucap kakak ipar Rara itu langsung memeluk Rara.

"Kak Willy kangen ya sama aku?" ucap Rara sembari tertawa.

Namun tiba tiba air mata Willy justru menetes, ia tak kuat menahan air mata mengingat kejadian di mall saat melihat suami Rara sedang asik berkencan dengan wanita lain.

"Kak? Kenapa? Kok nangis?" ucap Rara saat melepas pelukan kakak iparnya itu.

"Enggak kok Ra, aku nggak nangis. Aku cuman seneng aja bisa ketemu kamu, aku kangen banget sama kamu dan Vio." ucap Willy berbohong, ia tidak ingin membuat adik iparnya itu sedih jika mengetahui Andra telah menghianati pernikahan mereka.

"Bene..."

"Kalian lagi asik bahas apaan nih, serius banget?" ucap Pandu yang tiba tiba datang membuat Rara harus menahan pertanyaannya itu.

"Oh, enggak kok mas. Kita lagi ngobrol aja, biasa aku kangen lama gak ketemu sama adek kesayangan aku." ucap Wly tersenyum paksa.

Di satu sisi, Andra baru mengentikan mobilnya di garasi rumah. Kemudian masuk dan membuka tudung saji yang ada di atas meja makan karena biasanya Rara selalu menyiapkan nasi dan lauk entah itu ia makan atau tidak tetap saja Rara akan menyiapkannya di situ, namun setelah Dirga membuka tudung nasi ternyata tidak ada makanan apapun di atas meja.

"Dasar wanita gila! Suami baru pulang malah gak ada nasi, enak enakan aja hidupnya tiap hari rebahan. Pantes aja tubuhnya gede udah kaya gajah bengkak!" ucap Andra mengomel karena lapar setelah bergulat di ranjang dengan kekasih hatinya.

"Raaaa . . ." teriak Dirga keras.

Tak ada jawaban, biasanya Rara langsung menjawab panggilan dari suaminya tak perlu harus mengulang lagi.

"Raaaa . . . Rara! Telinga kamu udah budek ya? Di panggil nggak dateng dateng." teriak Dirga lagi sembari menjatuhkan tubuhnya pada sofa ruang keluarga.

"Heh, heh, heh. Ngapain sih Ga teriak malem malem kaya gini?" ucap sang ibu yang baru keluar dari kamarnya.

"Itu bu, di meja makan nggak ada nasi sama sekali. Rara juga di panggil panggil nggak nyahut, buat orang darah tinggi aja." ucap Andra membuka dasinya kasar.

"Rara? Istri kamu itu kan lagi gak ada di rumah sejak tadi pagi, di susul tuh sama ayah mertua kamu. Katanya di ajak nginep." ucap bu Sarah ikut duduk di samping Dirga.

"Ngapain kesana?" Andra mengerutkan alisnya.

"Ya mana ibu tau! Ibu juga laper banget nih Ndra." ucap sang ibu mengeluhkan lapar.

Terpopuler

Comments

Heni Yuhaeni

Heni Yuhaeni

ini bingung nama suaminya awalnya andra, kenapa jdi dirga

2023-07-15

1

Nurasiah Marpaung

Nurasiah Marpaung

kasihan Rara dasar suami yg jahat

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!