"Heh, ndut. Ayah kamu dateng tuh!" ucap Lili tiba tiba di belakangku saat aku baru saja menyelimuti Viona, Lili dan ibu sudah biasa memanggilku dengan sebutan gendut.
Ya, Lili masuk kamarku tanpa mengetuk pintu karena aku jarang menutupnya takut saja jika ibu mertuaku itu memanggilku lalu aku tak mendengar bisa mengamuk. Bahkan Lili tak pernah mengetuk pintu meskipun sedang ku tutup, ia akan terus berteriak triak kencang sampai aku menjawab panggilannya.
"Ayah aku?" tanyaku yang masih melongo.
"Ya iyalah ayah kamu, masa ayah aku." ketusnya lalu berbalik badan berjalan keluar kamarku.
Aku tersenyum senang, akhirnya ayah datang juga mengunjungiku.
Ayah memang sudah biasa mengunjungi Vio seminggu atau dua minggu sekali, beliau kadang datang bersama kakak laki lakiku satu satunya yang bernama Pandu.
Aku segera turun dari ranjang lalu bergegas menuju ruang tamu, di sana sudah terdapat ibu mertuaku yang selalu berpura pura baik sikapnya setiap ayahku datang.
"Ayah." ucapku memeluk ayah erat, sungguh rasanya aku benar benar rindu menjadi gadis kecil ayah yang manja dan tak pernah merasa sengsara.
"Rara." ucap ayah sembari mengelus rambutku di pelukannya.
"Vio mana, nak?" tanya ayah menanyakan cucu semata wayangnya.
"Ada yah, baru tidur. Ayah mau ngajak aku kemana?" tanyaku bersemangat.
"Main ke rumah ayah ya nak, ayah kan sudah dua minggu nggak ketemu akmau sama Vio. Nanti biar Vio tidur lagi pas udah nyampek rumah." ucap ayah melepas pelukanku.
Tanpa menunggu aba aba, aku langsung mengangguk mantap. Aku tidak perlu meminta ijin mas Andra, ia bahkan muak jika melihatku di sini. Pantas saja mas Andra jarang pulang, bahkan jika pulang juga tak pernah tidur denganku. Ia lebih memilih tidur di kamar tidur tamu, sudah tiga bulan juga mas Andra tidak pernah menyentuhku dengan alasan muak dan tak berselera dengan tubuh gendutku ini.
Aku mengemasi beberapa baju Viona dan juga bajuku, aku berencana akan menginap di rumah ayah dua sampai tiga hari. Sudah lelah rasanya setiap hari makan hati dengan ucapan mas Andra maupun ibu mertuaku, kadang Lili sendiri juga sering berkata yang tidak sopan padaku.
"Heh! Jangan sampek mulut kamu itu ngomong yang macem macem sama ayah kamu, kalo sampek kamu ngomong aneh aneh soal ibu, Lili, maupun Andra bakal tau akibatnya kamu. Paham!" ucap ibu mertuaku berbisik pada telinga dan tangannya mencengkram daguku kuat.
Aku hanya mengangguk patuh.
Sebenarnya bukannya aku takut pada ibu mertuaku, aku hanya tidak ingin ayah tau soal masalah rumah tanggaku.
Ku gendong Viona yang masih tertidur lelap lalu berjalan pelan menuju ruang tamu.
"Uluh uluh cucu ayah, sini biar ayah aja yang gendong Vio." ucap ayah dengan semangat.
"Kami pamit dulu ya bu Sarah, tolong sampaikan pada Andra kalau istri sama anaknya saya bawa sebentar." ucap ayah menyalami ibu mertuaku.
"Oh iya pak Sigit, tentu saya sampaikan pada Andra. Titip Viona ya pak, tolong di jaga baik baik cucu kesayangan saya ini." ucapnya penuh Dusta.
Ayah hanya tertawa riang sembari menggendong Vio memasuki mobil.
"Yah, kak Pandu kemana? Kok tumben nggak ikut ayah?" tanyaku penasaran, biasanya kakakku itu tak pernah mau ketinggalan saat ayah menjenguk Vio.
"Iya Ra, kak Pandu lagi nemenin kakak iparmu belanja. Di rumah mamanya Willy nanti malam ada acara, jadi ayah memutuskan untuk menjemput kamu sendirian." ucap ayah tersenyum padaku.
Maklum saja jika kak Pandu sangat menyayangi Viona, karena sampai saat ini kak Pandu dan istrinya masih belum di beri kepercayaan memiliki momongan di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak angka empat tahun pernikahan sehingga mereka berdua sangat menyayangi putriku.
"Ra, kenapa mata kamu sembab nak? Apa Andra dan orang tuanya tidak memperlakukan kamu dengan baik?" tanya ayah tiba tiba menggenggam jemariku.
Sungguh! Air mataku ingin segera meluncur, namun sebisa mungkin ku tahan. Aku tidak ingin ayah tau tentang perlakuan mas Andra yang sudah berubah semenjak aku hamil sampai saat ini, aku juga tidak ingin membuat ayah bersedih. Karena sebenarnya suamiku sendiri dulunya adalah seorang karyawan biasa di perusahaan milik ayahku, aku jatuh hati pada mas Andra kala usianya masih 26 tahun pada saat itu dan usiaku masih 23 tahun. Ayah dan kak Pandu sempat tidak merestui hubungan kami, tapi aku bersikeras agar ayah dan kak Pandu dapat menerima laki laki yang bernama Andra Wibowo itu untuk menjadi pendamping hidupku. Lalu kami menikah tepatnya dua setengah tahun lalu, ayah memberi hadiah pernikahan kami dengan memberikan sebuah rumah yang sekarang aku tempati bersama mas Andra beserta ibu dan adiknya, ayah juga memberi hadiah satu unit mobil pajero berwarna putih. Sehingga tidak alasan lagi bagiku untuk marah atas perlakuan mas Andra maupun orang tuanya, mengadu pada ayah? Tentu aku akan sangat malu, namun laki laki yang dulu mati matian aku perjuangkan agar bisa mendapatkan restu orang tuaku kini justru bersikap acuh padaku maupun pada putriku Viona.
"Raaa . . Kenapa nak? Cerita sama ayah?" ucap ayah menatap mataku lekat lekat.
Aku menggelengkan kepala pelan, mundukan pandanganku agar ayah tak tau jika aku berupaya membendung air mataku.
"Sini ayah peluk." ucap ayah lagi, lalu memelukku sembari tangan kirinya menggendong Viona.
Tes! Air mataku luruh menetes pada pundak ayah.
Hangat, nyaman, lembut.
Itulah yang aku rasakan sekarang.
'Aku rindu menjadi putri kecilmu yang manja, ayah.' batinku pilu.
Di lain tempat, Andra sedang menemani Jihan berbelanja baju baju dan juga sepatu. Jihan begitu senang karena Andra begitu royal pada dirinya, bahkan tak segan segan membelikan barang barang mahal.
"Mas." ucap Willy menepuk punggung suaminya.
"Iya sayang, ada apa?" ucap Pandu langsung menoleh menatap sang istri.
"Itu bukannya Andra ya mas? Tapi kok nggak sama adek kamu mas?" ucap Willy menunjuk pada Andra yang sedang berjalan dengan obrolan penuh tawa, tak lupa di sampingnya Jihan mendekap lengan Andra erat layaknya pasangan muda mudi yang sedang di mabuk cinta.
Pandu menatap ke arah Andra dengan tatapan penuh amarah, dadanya sudah bergemuruh melihat adik iparnya yang tak tahu diri itu bisa bisanya menghianati adik kesayangannya.
"Eh, mas. Mau kemana?" tanya Willy cemas saat Pandu tiba tiba melepaskan genggaman tangannya lalu berjalan ke arah Andra dan Jihan.
"Mas, tolong jangan mas. Yang sabar mas, kita harus cari bukti dulu. Jangan gegabah!" ucap Willy sedikit berlari lalu membisiki suaminya.
Pandu seketika langsung berhenti.
"Bener juga sayang, apa kata kamu." jawab Pandu yang matanya masih terus mengawasi gerak gerik adik iparnya itu.
"Bisa bisanya laki laki itu tidak tau diri, ayah sudah merestui hubungan mereka dan menaikan jabatannya tapi malah ini balasannya." ucap Pandu lirih, kepalanya menggeleng pelan tak habis fikir.
Mobil toya alphard berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu rumah pak Sigit, pak sopir segera membuka pintu lalu Rara dan pak Sigit segera keluar sembari menggendong cucu kesayangannya.
"Pa, opah." ucap Vio, putri kecil Rara ini mulai berceloteh saat terbangun dari tidurnya sudah berada di gendongan sang kakek.
"Uluh uluh kesayangan opa, cantiknya cucu opa ini." ucap ayah Rara mencium gemas Viona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
aduh rara jangan terlalu naif jd istri...
2023-06-21
0
Nurasiah Marpaung
bilang aja sama ayahmu
2023-03-20
0
Cinta Suci
kno tkut takut sm mertua kan rumah sendri
2023-03-17
0