NovelToon NovelToon

WANITA YANG KAU SIA-SIA

Chapter 1

"Ndra, nggak sarapan dulu nak?" ucap ibu mertuaku saat aku membawa sayur sop dari dapur nenuju meja makan.

"Nggak bu, Andra sarapan di luar aja. Muak kalo sarapan di rumah." jawaban ketus mas Andra membuat hatiku menciut, ada rasa sakit saat mendengar kata muak.

Aku segera menaruh semangkuk besar sayur sop buntut itu di atas meja makan.

"Mas, sarapan dulu ya? Biar aku ambilin." ucapku segera meraih piring putih kosong dan mengambil nasi.

"Udah nggak usah, aku mau sarapn di luar aja." jawabnya sembari membenarkan dasinya.

"Kenapa mas? Aku udah masakin sayur sop buntut kesukaan kamu loh, biar kamu bisa makan banyak sepuas kamu." ucapku tersenyum mendekat ke arah mas Andra yang tetap berdiri di posisinya.

"Puas? Aku justru muak liat muka kumal kamu tiap hari make daster terus, iya kalo daster kamu bagus bagus? Itu daster udah pada pudar, sobek sobek lagi. Jadi nggak selera buat makan di rumah." jawab mas Andra tanpa memikirkan perasaanku.

Deg!

Jantungku sekarang berdegup sangat kencang, muak melihatku berdaster?

Padahal aku memakai daster yang udah koyak ini juga karena lebih mementingkan belanja kebutuhan rumah dan wajah kumalku juga karena lebih mementingkan popok dan susu Viona dari pada membeli skincare.

"Aku berangkat dulu bu." ucap mas Andra berpamitan pada ibunya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku yang masih tetap mematung.

"Iya sayang, hati hati ya nak kalo kerja. Jangan ngebut ngebut kalo bawa mobil." teriak ibu mertuaku kepada anaknya.

Mas Andra berjalan menjauh menuju pintu lalu menghilang dari pandanganku yang kabur karena berusaha membendung air mata, hanya terdengar suara derum mobil mas Andra yang meninggalkan halaman rumah.

"Makanya kalo jadi perempuan itu yang pinter ngrawat diri, gimana suami mau betah di rumah kalo istrinya aja penampilannya begini." ucap ibu mertuaku mengejek, lalu di iringi tawa Lili dan senyum masam mertuaku itu.

Namaku adalah Rara Aulia, aku adalah seorang istri dari pria yang berusia tiga tahun di atasku yang bernama Andra Wibowo. Dulu sebelun menikah, aku adalah seorang model dengan tubuh ramping seperti wanita wanita lain pada umumnya. Aku dan mas Andra menjalin hubungan pacaran sekitar 2 tahun, mas Andra dulu adalah pria sederhana yang baik hati dan sangat menyayangiku. Tetapi setelah kami menikah beberapa bulan lalu aku mengandung sehingga membuat berat badanku terus bertambah, tetapi setelah melahirkan putri kecilku yang bernama Viona Anjani tubuhku justru berubah drastis. Aku menjadi yang memiliki tubuh gendut, terdapat stretch mark di area area tertentu di tubuhku yang di sebabkan karena kenaikan berat badanku yang meningkat dengan cepat.

Aku tidak sempat merawat diri karena harus mengurus pekerjaan rumah sendiri, sebenarnya aku dan mas Andra tinggal di rumah milik kami sendiri. Tapi setelah beberapa bulan menikah, ibu mertua dan adik iparku mengungsi ke sini sebab rumah ibu mertuaku telah di sita oleh pihak bank karena tak bisa membayar hutang hutang ibu mertuaku.

Awal mulanya, mereka sangat baik padaku. Tapi setelah satu bulan tinggal di rumah kami, sifat asli ibu mertua dan adik iparku yang bernama Lili itu keluar. Jika tidak ada suamiku, ibu mertua dan adik iparku memperlakukan aku layaknya pembantu di rumah ini. Mulai dari mencuci pakaian semua orang, memasak, menyapu, mengepel, dan melakukan semua pekerjaan rumah lainnya sendiri. Aku sangat kualahan di saat anakku rewel, tapi tidak ada salah satu dari mereka yang mau membantuku meskipun itu hanya sekedar untuk menjaga Viona anakku.

"Raaa . . " teriak ibu mertuaku saat aku baru selesai memandikan Vioana.

"Iya bu, ada apa?" ucapku sembari menggendong Viona yang masih berbalut handuk tebal berwarna putih.

"Buatin aku susu coklat, jangan terlalu panas." ucapnya.

"Sebentar ya bu, biar aku pakein baju Viona dulu." ucapku.

"Kelamaan, sekarang aja cepet!" perintahnya.

"Ya udah, niti Vio bentar bu tolong." jawabku memberikan Viona agar mertuaku mau menggendong cucunya sebentar.

"Enak aja nyuruh aku gendong anak kamu, taruh di kasur dulu sana. Nyusahin aja sih kamu!" ketusnya lagi.

"Huuuuffttt . . " aku menghembuskan nafas pelan lalu berjalan menuju kamar, meletakan putri kecilku ke atas kasur lalu mengganjalnya dengan guling di sebelah kanan dan kirinya. Memberinya sebuah mainan agar tetap diam, aku takut jika Vio jatuh karena ia sudah bisa merangkak.

"Ini bu." ucapku sembari meletakan sebuah susu coklat panas ke atas meja makan.

Tak ada sahutan terimakasih, bahkan ibu mas Andra ini juga tidak menoleh ke arahku.

Di sisi lain,

Andra sedang menunggu sesorang di meja bernomor 22, tak berselang lama muncul seorang wanita cantik dengan pakaian seksi berwarna merah merangkul punggung Andra.

"Sayang? kamu udah sampai?" tanya Andra tersenyum lalu mencium kening wanita yang kini duduk di kursi depannya.

"Iya mas, maaf ya aku telat. Gara gara kamu nggak jemput aku nih, jadi lama nunggu grab." ucapnya manja sembari cemberut.

"Iya iya sayang, maaf ya. Tadi soalnya mas masih ada urusan bentar, jadi gak bisa jemput kamu. Udah ih jangan cemberut terus, nanti mas ajak shopping yah." ucap Andra mengelus rambut wanita yang bernama Jihan itu.

"Beneran ya mas?" ucap Jihan dengan senyum sumringah.

"Iya sayang, apa sih yang enggak buat kesayangan mas ini." ucap Andra mencium punggung tangan Jihan.

"Ah, mas bisa aja buat aku terbang melayang."

Tok Tok Tok!

Suara pintu rumah Rara terketuk, Lili segera bergegas membuka pintu.

"Assalamu'alaikum." ucap ayah Rara tersenyum ramah, beliau menenteng beberapa kantung plastik dan paper bag.

"Wa'alaikum salam, silahkan masuk om." ucap Lili sedikit gugup saat tau yang datang adalah ayah kakak iparnya.

"Iya Li, terimakasih. Rara sama Viona ada kan Li?" tanya ayah Rara yang bernama Sigit.

"Oh ada kok om, sebentar biar Lili panggilin mbak Rara sebentar ya." ucap Lili tersenyum paksa, lalu di balasan anggukan oleh pak Sigit.

"Siapa Li?" tanya ibu Sarah.

"Itu bu, ayahnya Rara. Bentar Lili panggilin si gendut itu dulu." bisik Lili pada ibunya.

Mertua Rara itupun segera menuju ruang tamu untuk berpura pura menyapa besannya dan mengawasi Rara, ia takut jika menatunyabitu berkata macam macam pada ayahnya. Pasalnya, rumah yang sedang ia tempati ini adalah rumah hadiah pernikahan pemberian dari ayah Rara.

"Eh, ada pak Sigit?" ucap bu Sarah tersenyum sembari menyalami besannya.

"Oh, iya bu Sarah. Saya kangen cucu, makanya pagi pagi udah dateng bertamu. Maaf ya bu, pagi pagi udah menganggu waktunya." ucap pak Sigit.

"Eh, enggak pak nggak apa apa. Maklum pak, Vio emang lagi lucu lucunya." jawab bu Sarah tersenyum palsu.

Chapter 2

"Heh, ndut. Ayah kamu dateng tuh!" ucap Lili tiba tiba di belakangku saat aku baru saja menyelimuti Viona, Lili dan ibu sudah biasa memanggilku dengan sebutan gendut.

Ya, Lili masuk kamarku tanpa mengetuk pintu karena aku jarang menutupnya takut saja jika ibu mertuaku itu memanggilku lalu aku tak mendengar bisa mengamuk. Bahkan Lili tak pernah mengetuk pintu meskipun sedang ku tutup, ia akan terus berteriak triak kencang sampai aku menjawab panggilannya.

"Ayah aku?" tanyaku yang masih melongo.

"Ya iyalah ayah kamu, masa ayah aku." ketusnya lalu berbalik badan berjalan keluar kamarku.

Aku tersenyum senang, akhirnya ayah datang juga mengunjungiku.

Ayah memang sudah biasa mengunjungi Vio seminggu atau dua minggu sekali, beliau kadang datang bersama kakak laki lakiku satu satunya yang bernama Pandu.

Aku segera turun dari ranjang lalu bergegas menuju ruang tamu, di sana sudah terdapat ibu mertuaku yang selalu berpura pura baik sikapnya setiap ayahku datang.

"Ayah." ucapku memeluk ayah erat, sungguh rasanya aku benar benar rindu menjadi gadis kecil ayah yang manja dan tak pernah merasa sengsara.

"Rara." ucap ayah sembari mengelus rambutku di pelukannya.

"Vio mana, nak?" tanya ayah menanyakan cucu semata wayangnya.

"Ada yah, baru tidur. Ayah mau ngajak aku kemana?" tanyaku bersemangat.

"Main ke rumah ayah ya nak, ayah kan sudah dua minggu nggak ketemu akmau sama Vio. Nanti biar Vio tidur lagi pas udah nyampek rumah." ucap ayah melepas pelukanku.

Tanpa menunggu aba aba, aku langsung mengangguk mantap. Aku tidak perlu meminta ijin mas Andra, ia bahkan muak jika melihatku di sini. Pantas saja mas Andra jarang pulang, bahkan jika pulang juga tak pernah tidur denganku. Ia lebih memilih tidur di kamar tidur tamu, sudah tiga bulan juga mas Andra tidak pernah menyentuhku dengan alasan muak dan tak berselera dengan tubuh gendutku ini.

Aku mengemasi beberapa baju Viona dan juga bajuku, aku berencana akan menginap di rumah ayah dua sampai tiga hari. Sudah lelah rasanya setiap hari makan hati dengan ucapan mas Andra maupun ibu mertuaku, kadang Lili sendiri juga sering berkata yang tidak sopan padaku.

"Heh! Jangan sampek mulut kamu itu ngomong yang macem macem sama ayah kamu, kalo sampek kamu ngomong aneh aneh soal ibu, Lili, maupun Andra bakal tau akibatnya kamu. Paham!" ucap ibu mertuaku berbisik pada telinga dan tangannya mencengkram daguku kuat.

Aku hanya mengangguk patuh.

Sebenarnya bukannya aku takut pada ibu mertuaku, aku hanya tidak ingin ayah tau soal masalah rumah tanggaku.

Ku gendong Viona yang masih tertidur lelap lalu berjalan pelan menuju ruang tamu.

"Uluh uluh cucu ayah, sini biar ayah aja yang gendong Vio." ucap ayah dengan semangat.

"Kami pamit dulu ya bu Sarah, tolong sampaikan pada Andra kalau istri sama anaknya saya bawa sebentar." ucap ayah menyalami ibu mertuaku.

"Oh iya pak Sigit, tentu saya sampaikan pada Andra. Titip Viona ya pak, tolong di jaga baik baik cucu kesayangan saya ini." ucapnya penuh Dusta.

Ayah hanya tertawa riang sembari menggendong Vio memasuki mobil.

"Yah, kak Pandu kemana? Kok tumben nggak ikut ayah?" tanyaku penasaran, biasanya kakakku itu tak pernah mau ketinggalan saat ayah menjenguk Vio.

"Iya Ra, kak Pandu lagi nemenin kakak iparmu belanja. Di rumah mamanya Willy nanti malam ada acara, jadi ayah memutuskan untuk menjemput kamu sendirian." ucap ayah tersenyum padaku.

Maklum saja jika kak Pandu sangat menyayangi Viona, karena sampai saat ini kak Pandu dan istrinya masih belum di beri kepercayaan memiliki momongan di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak angka empat tahun pernikahan sehingga mereka berdua sangat menyayangi putriku.

"Ra, kenapa mata kamu sembab nak? Apa Andra dan orang tuanya tidak memperlakukan kamu dengan baik?" tanya ayah tiba tiba menggenggam jemariku.

Sungguh! Air mataku ingin segera meluncur, namun sebisa mungkin ku tahan. Aku tidak ingin ayah tau tentang perlakuan mas Andra yang sudah berubah semenjak aku hamil sampai saat ini, aku juga tidak ingin membuat ayah bersedih. Karena sebenarnya suamiku sendiri dulunya adalah seorang karyawan biasa di perusahaan milik ayahku, aku jatuh hati pada mas Andra kala usianya masih 26 tahun pada saat itu dan usiaku masih 23 tahun. Ayah dan kak Pandu sempat tidak merestui hubungan kami, tapi aku bersikeras agar ayah dan kak Pandu dapat menerima laki laki yang bernama Andra Wibowo itu untuk menjadi pendamping hidupku. Lalu kami menikah tepatnya dua setengah tahun lalu, ayah memberi hadiah pernikahan kami dengan memberikan sebuah rumah yang sekarang aku tempati bersama mas Andra beserta ibu dan adiknya, ayah juga memberi hadiah satu unit mobil pajero berwarna putih. Sehingga tidak alasan lagi bagiku untuk marah atas perlakuan mas Andra maupun orang tuanya, mengadu pada ayah? Tentu aku akan sangat malu, namun laki laki yang dulu mati matian aku perjuangkan agar bisa mendapatkan restu orang tuaku kini justru bersikap acuh padaku maupun pada putriku Viona.

"Raaa . . Kenapa nak? Cerita sama ayah?" ucap ayah menatap mataku lekat lekat.

Aku menggelengkan kepala pelan, mundukan pandanganku agar ayah tak tau jika aku berupaya membendung air mataku.

"Sini ayah peluk." ucap ayah lagi, lalu memelukku sembari tangan kirinya menggendong Viona.

Tes! Air mataku luruh menetes pada pundak ayah.

Hangat, nyaman, lembut.

Itulah yang aku rasakan sekarang.

'Aku rindu menjadi putri kecilmu yang manja, ayah.' batinku pilu.

Di lain tempat, Andra sedang menemani Jihan berbelanja baju baju dan juga sepatu. Jihan begitu senang karena Andra begitu royal pada dirinya, bahkan tak segan segan membelikan barang barang mahal.

"Mas." ucap Willy menepuk punggung suaminya.

"Iya sayang, ada apa?" ucap Pandu langsung menoleh menatap sang istri.

"Itu bukannya Andra ya mas? Tapi kok nggak sama adek kamu mas?" ucap Willy menunjuk pada Andra yang sedang berjalan dengan obrolan penuh tawa, tak lupa di sampingnya Jihan mendekap lengan Andra erat layaknya pasangan muda mudi yang sedang di mabuk cinta.

Pandu menatap ke arah Andra dengan tatapan penuh amarah, dadanya sudah bergemuruh melihat adik iparnya yang tak tahu diri itu bisa bisanya menghianati adik kesayangannya.

"Eh, mas. Mau kemana?" tanya Willy cemas saat Pandu tiba tiba melepaskan genggaman tangannya lalu berjalan ke arah Andra dan Jihan.

"Mas, tolong jangan mas. Yang sabar mas, kita harus cari bukti dulu. Jangan gegabah!" ucap Willy sedikit berlari lalu membisiki suaminya.

Pandu seketika langsung berhenti.

"Bener juga sayang, apa kata kamu." jawab Pandu yang matanya masih terus mengawasi gerak gerik adik iparnya itu.

"Bisa bisanya laki laki itu tidak tau diri, ayah sudah merestui hubungan mereka dan menaikan jabatannya tapi malah ini balasannya." ucap Pandu lirih, kepalanya menggeleng pelan tak habis fikir.

Mobil toya alphard berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu rumah pak Sigit, pak sopir segera membuka pintu lalu Rara dan pak Sigit segera keluar sembari menggendong cucu kesayangannya.

"Pa, opah." ucap Vio, putri kecil Rara ini mulai berceloteh saat terbangun dari tidurnya sudah berada di gendongan sang kakek.

"Uluh uluh kesayangan opa, cantiknya cucu opa ini." ucap ayah Rara mencium gemas Viona.

Chapter 3

Baru saja memarkirkan mobilnya, Willy menatap ayah mertuanya sedang menggendong keponakannya.

"Eh mas, itu bukannya Viona?" ucap Willy pada sang suami.

Pandu mengerutkan dahinya lalu menoleh, memastikan ucapan istrinya benar.

"Eh, iya sayang. Itu Viona." ucap Willy kemudian segera menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Hallooo kesayangan om dan tante." teriak Pandu yang masih berada di dalam mobil.

"Hayyo om Pandu, Vio dateng ke sini di ajak opa loh." pak Sigit menjawab dengan meniru suara anak kecil.

"Eh mas, berati Rara juga lagi di sini dong?" tanya Willy lagi.

"Iya sayang, tapi kamu jangan kasih tau Rara dulu ya. Aku kasian sama dia, kalo dia sedih kasian Viona." ucap Pandu mengelus rambut istrinya.

"Iya mas." ucap Willy mengangguk paham.

Brak! Pandu menutup pintu mobilnya.

"Assalamu'alaikum yah." ucap Pandu mencium punggung tangan ayahnya.

"Wa'alaikum salam, udah pulang Ndu?" tanya sang ayah.

"Udah kok yah, itu Willy masih ngambilin barang barang belanjaan di bagasi mobil." ucap Pandu tersenyum, kemudian mengambil alih Viona dari gendongan sang ayah.

"Mas, makasih banyak ya hari ini udah di belanjain banyak banget." ucap Jihan mencium pipi kanan Andra.

"Iya sayang, apapun keingin kamu pasti akan mas turutin kok asal itu bisa ngebuat kamu bahagia." jawab Andra menoel hidung Jihan dengan gemas.

"Tapi kapan kamu nikahin aku?" ucap Jihan menghentakan kakinya manja sembari menampakan wajah cemberut.

"Yang sabar dong sayang, masa tiap hari kamu nanyain itu mulu dan bisa puluhan kali aku harus jawab dengan jawaban yang sama lagi." ucap Andra.

"Ya tapi kapan? Aku tuh pengen milikin kamu sepenuhnya mas, gak kaya gini! Kalo gak bisa milikin kamu seutuhnya, seenggaknya kamu bisa jadiin aku istri ke 2 kamu mas biar aku siksa tuh istri kamu yang nyebelin itu. Buat apa sih kamu pertahan istri gendut kaya gitu, udah gendut gak bisa ngrawat muka lagi." maki Jihan kesal tak lega dengan jawaban kekasihnya itu.

"Ya nggak bisa dong sayang, mas kan masih kerja di perusahaan ayahnya Rara. Rumah itu juga masih atas nama dia sayang, bahkan mobil yang setiap hari mas pakai sama kamu ini juga pemberian ayahnya Rara kado acara pernikahan aku sama dia dulu." ucap Andra mencoba menjelaskan.

"Jadi kamu gak mau hidup sama aku terus setiap hari? Dan kamu harus ngumpet ngumpet gitu kalo mau tidur nginep sini sama aku?" ucap Jihan menghentakan kaki lagi kemudian berlalu duduk.

Andra berjalan mengikuti Jihan, duduk di sofa panjang sebelah wanita seksi ini.

"Huuuuussstt . . . Dengerin mas, kita akan nikah setelah mas berhasil dapetin harta dia. Ya paling tidak jika tidak, mas masih bisa menjabat sebagai manager di kantor ayah Lea dengan gaji yang lumayan besar untuk bisa memanjakan kamu. Dan yang terlebih penting, mas kan selalu menginap di sini buat muasin kamu." rayu Andra sembari mengusap lembut rambut Jihan.

"Beneran ya mas, nanti mas akan ceraiin istri kumal kamu itu?" tanya Jihan memastikan lagi.

"Iya sayang, kapan sih mas pernah bohong sama kamu. Kan seharian ini juga udah mas belanjain semua kebutihan kamu, sekarang giliran kamu yang harus manjain mas di ranjang." bisik Andra penuh n*fsu.

Tanpa menjawab lagi, Jihan langsung berdiri dan duduk dipangkuan Andra. ******* bibir lelaki yang berwajah tampan ini dengan rakus, tangan Jihan yang sudah lihai itupun membuka kancing kemeja berwarna abu abu yang Andra kenakan, lalu membukanya dan jemarinya mulai berderilya di dada Andra, memainkan put*ng Andra dengan jemari juga sesekali menjil*tnya agar bisa membuat lelaki itu terpuaskan hasr*tnya.

Ya, begutulah setiap hari yang Jihan lakukan untuk memikat hati suami Rara itu agar betah bersamanya.

Tok Tok Tok, suara pintu kamar Rara terketuk.

Willy terus mengetuk pintu kamar Rara yang ada di rumah pak Sigit, kamar ini adalah kamar sedari Rara masih belum menikah dulu namun sampai sekarang sang ayah sengaja menyuruh asisten rumah tangganya untuk tetap membersihkan kamar putri kesayanganya itu agar tetap bersih ketika putrinya berkunjung ke rumah.

"Rara kemana sih kok nggak ada jawaban." ucap Willy berbalik arah.

"Kak Willy?" ucap Rara yang baru saja masuk rumah dari pintu samping.

"Ra raa . . . " ucap kakak ipar Rara itu langsung memeluk Rara.

"Kak Willy kangen ya sama aku?" ucap Rara sembari tertawa.

Namun tiba tiba air mata Willy justru menetes, ia tak kuat menahan air mata mengingat kejadian di mall saat melihat suami Rara sedang asik berkencan dengan wanita lain.

"Kak? Kenapa? Kok nangis?" ucap Rara saat melepas pelukan kakak iparnya itu.

"Enggak kok Ra, aku nggak nangis. Aku cuman seneng aja bisa ketemu kamu, aku kangen banget sama kamu dan Vio." ucap Willy berbohong, ia tidak ingin membuat adik iparnya itu sedih jika mengetahui Andra telah menghianati pernikahan mereka.

"Bene..."

"Kalian lagi asik bahas apaan nih, serius banget?" ucap Pandu yang tiba tiba datang membuat Rara harus menahan pertanyaannya itu.

"Oh, enggak kok mas. Kita lagi ngobrol aja, biasa aku kangen lama gak ketemu sama adek kesayangan aku." ucap Wly tersenyum paksa.

Di satu sisi, Andra baru mengentikan mobilnya di garasi rumah. Kemudian masuk dan membuka tudung saji yang ada di atas meja makan karena biasanya Rara selalu menyiapkan nasi dan lauk entah itu ia makan atau tidak tetap saja Rara akan menyiapkannya di situ, namun setelah Dirga membuka tudung nasi ternyata tidak ada makanan apapun di atas meja.

"Dasar wanita gila! Suami baru pulang malah gak ada nasi, enak enakan aja hidupnya tiap hari rebahan. Pantes aja tubuhnya gede udah kaya gajah bengkak!" ucap Andra mengomel karena lapar setelah bergulat di ranjang dengan kekasih hatinya.

"Raaaa . . ." teriak Dirga keras.

Tak ada jawaban, biasanya Rara langsung menjawab panggilan dari suaminya tak perlu harus mengulang lagi.

"Raaaa . . . Rara! Telinga kamu udah budek ya? Di panggil nggak dateng dateng." teriak Dirga lagi sembari menjatuhkan tubuhnya pada sofa ruang keluarga.

"Heh, heh, heh. Ngapain sih Ga teriak malem malem kaya gini?" ucap sang ibu yang baru keluar dari kamarnya.

"Itu bu, di meja makan nggak ada nasi sama sekali. Rara juga di panggil panggil nggak nyahut, buat orang darah tinggi aja." ucap Andra membuka dasinya kasar.

"Rara? Istri kamu itu kan lagi gak ada di rumah sejak tadi pagi, di susul tuh sama ayah mertua kamu. Katanya di ajak nginep." ucap bu Sarah ikut duduk di samping Dirga.

"Ngapain kesana?" Andra mengerutkan alisnya.

"Ya mana ibu tau! Ibu juga laper banget nih Ndra." ucap sang ibu mengeluhkan lapar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!