Allea
Aku sempat mempercayaimu, sampai akhirnya kaulah yang menghancurkan kepercayaan yang telah aku berikan penuh kepadamu. Hingga sebuah cinta yang awalnya utuh, kini berubah menjadi butiran debu yang berhamburan tertiup angin seakan tidak tahu kemana harus pergi ...
...***...
Di sore yang cerah itu, Allea terlihat sibuk memilah gaun yang cocok untuk dipakai kencan bersama Rangga si sang kekasih hati. Semua baju di dalam lemari sudah dibongkar hingga membuat kasurnya dipenuhi oleh semua pakaian Allea yang tidak masuk dalam kategori pemilihan gaun yang cocok untuk dikenakan.
Tiga puluh menit terlewati sudah, dan akhirnya Allea mendapati gaun yang sangat cocok untuk dikenakannya. Ia segera mempersiap dan menghias dirinya secantik mungkin, agar sang kekasih pun terlihat terpesona akan kecantikannya.
Siap sudah Allea mempercantik dirinya. Ia terlihat cantik dengan gaun berwarna hitam dengan panjang di bawah lutut dan lengan baju yang sedikit mengembang menghiasi lengannya. Kemudian, heels setinggi lima centimeter menopang kaki jenjangnya, memperlihatkan kakinya yang bertambah indah.
Allea pergi di antar oleh supir pribadinya yang memang dipekerjakan oleh kedua orang tuanya khusus untuk mengantarnya kemana saja. Allea menikmati perjalanannya ke Luctur Resto and coffe. Wajahnya begitu semringah dan tidak sabar ingin bertemu Rangga.
"Non, kita sudah sampai," Kata Pak Raden memberi tahu Allea.
"Pak, nanti saya pulang naik taxi online saja. Bapak pulang saja dan tidak perlu jemput saya."
"Baik, Non," jawab Pak Raden.
Allea pun turun dari mobil Pajero hitam itu. Kemudian, dengan senyum yang terlukis indah di bibirnya, ia memasuki dan menempati meja yang sudah di reservasi atas nama Rangga yang sudah lebih dulu dipesan oleh sang kekasih.
Allea duduk manis di sana, ia duduk menunggu Rangga tidak sabar. Kedua matanya terus saja melihat ke arah luar. Sesekali ia juga melihat ponsel untuk memastikan pesan masuk dari Rangga dan jam yang ada di dalamnya.
Tidak lama kemudian, kedatangan seseorang yang ditunggu Allea pun tiba. Ia menyambut kedatangan kekasihnya dengan sangat bahagia.
"Kamu sudah dari tadi di sini?" tanya Rangga.
"Aku baru sampai sepuluh menit lalu."
Allea dan Rangga pun memesan makanan favorit mereka. Namun, disaat mereka menunggu pesanannya, dering handphone Rangga pun terdengar. Pemuda itu meraih ponselnya, lalu mengangkatnya.
"Oke, aku segera jemput." Rangga hanya mengatakan itu, lalu mematikan teleponnya.
"Siapa, Rangga?" tanya Allea penasaran.
"Nyokap. Kayaknya aku enggak bisa lanjutin kencan kita hari ini. Mama minta aku temani dia ke rumah Tante. Kamu enggak apa-apa 'kan kalau kita cancel dulu? Nanti kita cari waktu yang pas buat ngerancang kencan baru lagi."
"Tapi, makanan yang sudah dipesan gimana?"
"Kalau memang kamu enggak mau makan di sini, bisa kamu take away saja. Ini uang buat bayar makanan kita tadi. Aku pergi dulu, ya. Buru-buru banget," ucap Rangga langsung meninggalkannya begitu saja dengan sejumlah uang yang ditinggalkannya di atas meja.
"Tapi, Rangga ..." Baru saja Allea mau berbicara, tapi Rangga tidak memberikannya waktu luang walau sedetik. Padahal Rangga baru saja datang dan Allea belum sempat bercengkerama dengan sang kekasih, tapi Rangga harus pergi meninggalkannya seorang diri.
Setelah kepergian Rangga, makanan yang dipesan pun datang. Bagaimana lagi, mau tidak mau ia harus me time sendiri menikmati makanan yang sudah dipesan lebih dulu.
Allea pun menyantap makanannya perlahan sambil mengotak-ngatik handphone. Ia membuka akun instagram untuk mengisi kekosongan dikala itu. Ternyata, hal itu tidak dapat membuat kesendiriannya menjadi lebih terisi. Justru, tetap sama. Semua terasa kosong, berbeda sekali jika ada Rangga bersamanya.
Tidak terasa, Allea sudah melalui waktu yang banyak duduk di Luctur resto and coffe tersebut sambil menghabiskan makan dan minumnya.
Handphone Allea berdering, ia menoleh ke arah ponselnya yang ada di atas meja. Tepatnya berada di sebelah gelas bening berisi jus stroberi miliknya. Allea melihat kalau telepon itu berasal dari mama Rangga, membuatnya bertanya-tanya perihal panggilan telepon tersebut.
Allea pun meraih ponselnya, kemudian menggeser panah hijau yang ada di layar ponselnya itu. Ia pun menjawab telepon dari Sarah sebagai mama Rangga. Namun, betapa kagetnya Allea saat Sarah menanyakan keberadaan Rangga yang sedari tadi sudah tidak bersamanya. Bahkan, satu jam waktu berlalu setelah peninggalan Rangga.
"Bukannya tadi Tante nelepon dan minta Rangga pulang karena mau nemeni Tante ke rumah saudara? Soalnya, Rangga sudah pulang dari satu jam tadi, Tan. Ini Allea malah sendirian," ucap Allea sambil mengernyit.
"Tapi, Rangga belum ada pulang. Harusnya kalau memang benar Rangga pulang, pasti dia sudah sampai di rumah sejak setengah jam lalu." Allea berpikir, apa yang dikatakan Sarah benar adanya karena rumah Rangga tidak begitu jauh dari tempat yang semestinya menjadi tempat kencan Allea dan Rangga.
Allea dan Sarah mengakhiri telepon mereka. Namun, Allea masih di tempatnya sambil bertanya-tanya. Isi kepalanya penuh dengan tanda tanya yang mengisi ruang kepalanya.
Kalau memang bukan Sarah yang menghubunginya tadi, lantas siapa yang ada di dalam telepon tadi? Dan, kemana sebenarnya kepergian Rangga sampai dengan teganya membuat alibi seakan benar kalau Sarahlah yang telah menghubunginya dan membuatnya mengakhiri kencan mereka.
Rasa penasaran gadis itu semakin membesar. Perasaannya mulai gelisah tak karuan, seperti orang yang sedang kehilangan induk. Allea pun segera menghubungi Rangga, namun tidak sama sekali ia mendapati jawaban dari sang kekasih.
Allea tidak menyerah, ia mencoba menghubungi Rangga beberapa kali lagi. Tapi sayangnya yang Allea dapati hasilnya sama. Ia tetap tidak mendapati jawaban apa-apa dari Rangga. Bahkan, sekedar mengangkat telepon darinya saja tidak. Padahal telepon yang ia hubungi ke Rangga menyambung.
"Tenang, Allea. Kamu harus tenang dan coba berpikir positif. Bisa jadi kalau Rangga terjebak macat yang sangat lama, sehingga membuatnya belum juga sampai di rumah," batin Allea.
Gadis itu mencoba tenang. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menghelakannya perlahan. Allea menyeruput jus stroberinya hingga habis tak tersisa, dan itu pun belum membuatnya merasa tenang.
Allea kembali duduk diam dan menunggu sebentar lagi. Ia yakin, mana tahu sebentar lagi Rangga sudah bisa mengangkat teleponnya. Wajar saja kalau sedang di jalan tidak bisa mengakat telepon akibat sibuk berkendara dan menghindari kecelakaan lalu lintas.
Dua puluh menit Allea menunggu dengan sabar, dan ia kembali menghubungi kekasihnya kembali. Tapi, kini berbeda. Yang ia dapati bukan sebuah sambungan dari seberang sana, tapi jawaban dari sang operator.
Benar sekali, telepon Rangga tidak bisa dihubungi sama sekali, alias tidak aktif. Itu membuat perasaan Allea gundah semakin tak karuan. Pikiran kotornya mulai menghujami ruang kepalanya. Namun, apalah daya kalau bisa saja semua hanya kebetulan. Hingga akhirnya, lagi dan lagi Allea mengontrol perasaan dan pikirannya untuk tetap jernih.
"Tenang, Allea. Kamu harus tenang dan buang jauh semua pikiran kotor itu. Rangga tidak mungkin mengkhianati kamu dan dia pemuda yang setia ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Liu Zhi
duh Rangga kmna tuh
2023-05-14
0