Bersamaan dengan sebuah kebahagiaan, aku memberikan cinta yang nyata. Namun, ternyata kau memberikan aku sebuah luka yang bersamaan dengan perasaan pilu menggores sanubari paling dalam. Padahal dulu kau pernah berjanji untuk tak mengingkari, tapi barangkali kau lupa untuk menepati.
...***...
Kedua mata Allea fokus memperhatikan kedua orang yang ada di sana, di tempat yang biasanya menjadi tempatnya dan Rangga selalu duduk berdua. Ternyata yang ia lihat adalah kekasih dan sahabatnya sendiri. Terlihat begitu mesra, seakan tidak merasa bersalah melakukan hal itu di belakang Allea.
Allea pun melangkah menghampiri Rangga dan Rhea, ia memberanikan diri untuk memergoki kekasih dan sahabatnya.
"Jadi, ini yang kamu bilang mau nemani mama kamu, Rangga?"
Rangga dan Rhea mendengar suara yang tidak asing bagi mereka berdua, membuat keduanya menoleh ke arah Allea. Sejenak Rangga dan Rhea kaget melihat sosok Allea berdiri di belakangnya. Tidak pernah menyangka kalau ternyata Allea akan mendatangi tempat itu sendiri tanpa ditemani Rangga.
"Allea," sebut Rangga dan Rhea secara bersamaan.
"Kamu juga, Rhe. Jadi, sepupu kamu adalah Rangga? Selama kita bersahabat dari kecil sampai sekarang, aku tidak pernah tahu kalau kamu mempunyai sepupu bernama Rangga," kata Allea sambil menatap ke arah Rangga saat ia menyebut namanya.
"Pantas saja tadi mama kamu nelepon aku dan nyariin kamu ke aku, Rangga. Ternyata kamu bukan nerima telepon dari Tante Sarah, tapi nerima telepon dari Rhea. Sudah berapa lama hubungan kamu dan dia berjalan?" tanya Allea.
"Allea, aku bisa ..."
"Diam kamu, Rhea. Aku nanya Rangga bukan nanya kamu." Allea pun memotong pembicaraan Rhea ketika ia akan menjelaskan kepada Allea. "Kenapa kamu tega khianati aku? Kalau memang kamu tidak menginginkan aku atau bosan, harusnya kamu bisa jelasin apa saja yang kurang dari aku. Bukan malah selingkuh, bahkan dengan sahabat aku sendiri."
Betapa hancurnya perasaan Allea ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri perihal perselingkuhan kekasih dan sahabatnya sendiri. Teganya mereka mengkhianati Allea. Padahal selama ini Allea sangat mempercayai Rangga dan Rhea yang tidak mungkin akan mengkhianati dirinya.
Tapi ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. Dan, ini lebih sakit dari apapun karena dikhianati oleh orang-orang yang paling Allea percayai. Bagaikan ditusuk dengan pisau belati, hatinya teriris begitu sakit.
"Jawab aku, Rangga. Kenapa kamu tega menyakiti aku seperti ini? Kenapa kamu mengkhianati aku?" tanya Allea dengan napas tersengal-sengal dan isak tangisnya yang begitu sangat jelas terdengar. Dadanya terasa sesak akibat begitu sakit yang ia rasakan, sedangkan Rhea hanya diam membisu tanpa suara setelah dibentak oleh Allea.
Kedua mata Allea pun berpindah ke arah Rhea. Ia menatap dengan mata membesar seperti mata singa yang siap menerkam mangsanya hingga mati tak berdaya. Seperti itulah yang ada di dalam benak pikiran Allea.
"Kamu juga, Rhea. Kamu sahabat aku dari kecil, tapi kenapa kamu tega mengkhianati aku? Bahkan, kamu tahu sendiri kalau Rangga adalah pacar aku dan aku mencintainya. Tapi kenapa, Rhea? Kenapa kamu tega nyeleweng di belakang aku dan memacari pacar aku sendiri? Di mana akal dan hati nurani kamu? Begitu banyaknya laki-laki di dunia ini, kenapa harus Rangga?"
Kini Allea pun mulai murka kepada Rhea, namun hanya ucapan kata 'maaf' yang bisa diucapkan Rhea. Bahkan, Rhea bingung harus menjelaskan apa.
"Kata maaf saja tidak cukup mengobati luka atas perbuatan kalian berdua. Karena seorang pengkhianat akan tetap pengkhianat yang kotor. Bagaikan sampah yang bau busuk dan menjijikan."
"Allea! Kamu tidak harus bicara seperti itu. Aku dan Rhea bisa menjelaskan sama kamu. Menjelaskan semuanya," ucap Rangga. Allea pun tertawa melihat Rangga dan Rhea.
"Enggak perlu, Rangga. Aku memang butuh penjelasan kalian berdua, tapi aku baru sadar kalau ternyata sampah tetaplah sampah dan aku tidak perlu menerima penjelasan apa-apa dari kalian berdua," jelas Allea berubah pikiran. "Kalian lanjuti saja kisah kalian, karena aku tidak akan pernah mengusik kalian."
Allea pergi meninggalkan Rangga dan Rhea, namun dengan cepat Rangga menarik tangan Allea. Ia masih ingin berusaha menjelaskan kepadanya, begitu juga dengan Rhea yang tidak ingin persahabatan yang sudah dibina sejak kecil dengan Allea hancur seketika. Sayangnya, Allea sudah terlancur kecewa beribu kali lipat dan membuatnya tidak ingin lagi mendengar alasan apapun itu.
"Lepasin aku, Rangga." Allea pun menghempas genggaman Rangga dari tangannya. Ia tidak sudi disentuh lagi oleh pria yang ia cintai, namun tega mengkhianatinya.
Allea segera memesan taxi online setelah sampai di depan pasar besar. Tidak lama kemudian, taxinya datang karena memang letak taxi itu tidak jauh dari tempat Allea berada.
"Allea, dengarin aku dulu. Kita sahabatan, 'kan? Kamu harus dengari aku dan jangan pergi," mohon Rhea dengan menjegat kepergian Allea ketika hampir Allea hampir masuk ke dalam taxi.
"Buat aku, kamu bukan sahabat aku lagi. Anggap saja kita tidak pernah saling kenal. Buang jauh-jauh kenangan kecil kita, dan sekarang kita hanya menjadi dua orang asing sampai seterusnya," ucap Allea kepada Rhea. "Begitu juga dengan kita, Rangga. Lanjuti hubungan kamu dengan perempuan sok suci ini. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi."
Allea memasuki taxi yang sudah dipesannya. Derai air matanya menetes deras membasahi kedua pipinya. Ia menahan suara yang akan keluar dan terdengar oleh supir taxi tersebut.
Allea terus saja meneteskan air matanya. Semakin sedihnya, ia sampai tidak sadar kalau dirinya sudah sampai di depan rumah.
"Neng, kita sudah sampai di rumahnya." Allea menyeka air matanya, kemudian mengeluarkan uang seratus ribu rupiah, lalu diberikannya kepada lelaki paruh baya itu.
"Kembaliannya, Neng," kata lelaki paruh baya itu ketika Allea akan keluar.
"Ambil saja buat Bapak." Allea segera keluar, ia menerobos masuk begitu saja ke dalam rumahnya. Sampai-sampai tidak mempedulikan tamu yang ada di ruang tamu bersama Vena.
"Allea, kamu kenapa?" Vena pun bingung dengan kepulangan Allea yang sedang tidak baik-baik saja, begitu juga dengan teman dan anak teman Vena yang ikut berkunjung.
"Sebentar ya, Jeng. Saya ke kemar Allea dulu." Mau tidak mau Vena meninggalkan temannya sebentar, lalu mendatangi Allea. Gadis itu menutup pintu dan menguncinya agar tidak ada yang bisa masuk. Ia menangis sesenggukan di atas kasurnya.
"Rangga, Rhea, kenapa kalian tega mengkhianati aku? Kenapa tidak bicara dari awal kalau nyatanya di antara kalian berdua memang saling suka dan mencintai?" gerutu Allea dengan isaknya.
Vena datang dan berdiri di depan kamar Allea, lalu mencoba membuka pintu kamar itu tapi tidak berhasil terbuka. Wanita paruh baya itu menyadari kalau Allea telah mengunci pintu kamarnya demi menghindari siapa saja yang akan masuk ke kamarnya.
"Allea, buka pintunya, Sayang. Kamu kenapa pulang-pulang nangis dan buat Mama khawatir?" tanya Vena panik.
"Lebih baik Mama pergi dari depan kamar aku. Aku enggak mau ketemu dan bicara sama siapa-siapa." Isak tangis Allea terdengar lirih di telinga Vena. Ia semakin takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh putrinya itu.
Sekali lagi, Vena mencoba meminta Allea membuka pintunya. Tapi, lagi-lagi Allea mengusirnya. Ia benar-benar patah hati dan tidak ingin bertatap wajah sama siapa pun, sekalipun dengan mama ataupun papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Liu Zhi
dih bisa²nya blg gtu, gak malu apa
2023-05-14
0
Liu Zhi
Ya Tuhan
2023-05-14
0