Kala angin berhembus, aku pun hanya bisa merasakan tiupannya yang begitu lembut mengenai kulitku. Lalu, bagaimana dengan kenyataan pahit yang harus bisa aku terima. Seakan dunia yang aku rancang sebahagia mungkin, kini dengan sekejab berubah semenyedihkan itu.
...***...
Sepeninggalan Rangga, Allea sempat berpikir merasa bosan hanya menghabiskan waktu seorang diri duduk di Luctur Resto and coffe, tempat yang seharusnya menjadi tempat kencannya bersama Rangga si sang kekasih.
Akhirnya, Allea memutuskan untuk menghubungi Rhea yang statusnya adalah sahabatnya. Demi menghabiskan waktu berdua bersama Rhea.
Allea mencari nama Rhea di kontak handphone, namun sayangnya Rhea menolak ketika diajak Allea me time bersama dengan alasan akan pergi bersama sepupu.
Memang beberapa hari belakangan ini, seringkali Rhea begitu sulit diajak pergi bersama. Ia selalu saja beralasan apa saja. Hanya saja kali ini berbeda dan membuat Allea curiga. Kenapa harus kebutulan di balik Rangga membatalkan kencannya dan belum sampai di rumah, kini Rhea malah tidak bisa menemani Allea. Padahal selama ini ia selalu saja bisa diajak bepergian oleh Allea.
Pikiran Allea yang tadinya sempat positif, justru kini berubah menjadi negatif. Isi kepalanya penuh dengan tanda tanya kemana Rangga? Kemana Rhea? Benarkah kekasih dan sahabatnya tidak pergi bersama setelah seringkali melihat mereka lebih akrab dari hari-hari sebelumnya?
Perasaan Allea semakin gelisah dan tidak baik-baik saja. Entah kenapa ia semakin tidak karuan setelah mendapati penolakan dari sahabatnya.
Tidak sengaja sebuah gelas jatuh akibat tidak sengaja tersenggol tangan Allea sendiri. Membuat semua pasang mata tertuju kepada dirinya. Allea pun kaget, matanya memperhatikan beling yang berserak di atas lantai dekat kakinya.
"Ya ampun, apa yang sedang terjadi, ya? Kenapa perasaan aku makin tidak karuan gini?" batin Allea dengan pikiran yang masih sama memikirkan Rangga dan Rhea.
Allea pun kembali tenang. Ia mencoba beranjak dari tempatnya dan mencari tempat ternyaman untuk sekedar menanangkan pikiran dan perasaannya demi menghindari pikiran kotor tentang kekasih dan sahabatnya. Sebab, meskipun perasaannya tak karuan, namun ia yakin keduanya tidak akan mengkhianatinya.
Allea segera memesan taxi online dengan tujuan ke mall, tempat yang menjadi ia dan Rhea biasa pergi. Tidak lama kemudian, taxi online pesanan Allea pun tiba, ia pun mendatanginya.
"Atas nama Allea, Mas?" tanya Allea setelah membuka pintu mobil belakang.
Allea pun naik dan duduk di kursi belakang setelah benar bahwa itu taxi pesanannya. Sepanjang jalan, matanya fokus menatap ke jalanan. Ia sangat iri melihat sepasang muda-mudi yang begitu mesranya menghabiskan waktu berdua, dan harusnya ia pun persis seperti itu.
"Kita sudah sampai, Neng."
Gadis itu memberikan sejumlah uang kepada supir taxi, lalu ia turun dan memasuki gedung besar berupa mall yang dikenal paling ramai di kota Jakarta.
Allea mengelilingi setiap sudut bangunan, ia memasuki setiap toko untuk membuang kebosanan. Selama ini Allea selalu jalan berdua dengan Rhea ke mall tersebut, tapi kali ini ia harus menginjakan kaki ke tempat yang sama hanya seorang diri. Tidak ada teman yang menemaninya.
Allea melangkah membeli es krim setelah keluar dari toko boneka. Di sana, ia memesan es krim kesukaannya lalu menikmatinya. Setelah menghabiskannya, perasaan Allea masih sama. Ia masih terasa bosan. Bahkan, ia masih memikirkan Rangga dan Rhea. Ternyata, Allea tidak sama sekali menikmati perjalanannya.
Ia sempat berpikir, mau pergi kemana lagi untuk menghabiskan sisa waktu yang masih sangat panjang. Hari dan waktu yang seharusnya menjadi kebahagiaan untuknya, justru malah menjadi hari dan waktu yang membosankan buat Allea.
Allea teringat tempat yang menjadi tempat favoritnya dan Rangga. Tempat yang pertama kali menjadi tempat berkencan bersama pria yang menjadi kekasihnya. Bahkan, tempat itu Ranggalah yang mengenalinya kepada Allea. Sehingga, mereka sering pergi ke sana menikmati suasana indahnya. Tempat itu adalah taman bunga di tengah ibu kota yang begitu indah.
Namun, sebelum kepergiannya Allea mengingat Rangga. Ia mencoba menghubungi Rangga lagi, memastikan keberadaan sang kekasih. Namun, telepon Rangga belum kunjung aktif. Masih operatorlah yang menjawabnya.
Allea memasuki kembali ponselnya ke dalam tas selempangnya dalam keadaan kecewa, kemudian ia menaiki salah satu taxi yang sedang berjejer menunggu penumpang di setiap tepi jalan dekat mall yang saat itu sedang didatanginya. Tujuan gadis itu menuju taman yang ingin ia datangi.
Jujur saja, Allea sangat kangen dengan Rangga setelah beberapa kali tidak pernah bisa bertemu dan jalan berdua akibat Rangga yang selalu sibuk. Namun, disaat hampir saja bisa menghabiskan waktu berdua bersama Rangga, malah Rangga membatalkan dengan alasan yang tidak diketahui kebenarannya.
Allea benar-benar ingin sekali mengetahui keberadaan Rangga, sampai akhirnya ia memutuskan menghubungi Sarah dan menanyakan keberadaannya.
"Halo, Tante. Apa Rangganya sudah sampai di rumah? Soalnya, Allea sudah coba menghubunginya, tapi tidak terhubung."
"Tante juga bingung Rangga kemana, soalnya sampai jam segini dia juga belum pulang." Suara Sarah terdengar dari seberang sana.
"Apa Rangga ada memberi kabar ke Tante?" Sayangnya, Sarah tidak mendapatkan kabar apa-apa dari Rangga. Artinya, Sarah juga tidak tahu di mana anaknya saat itu berada.
"Kemana sebenarnya kamu, Rangga? Bahkan, handphone kamu tidak aktif," batin Allea bertanya-tanya. "Apa kamu memang pergi dengan Rhea tanpa sepengetahuan aku?"
Sungguh Allea tidak ingin berburuk sangka, namun keadaan dan perasaannya memaksa dirinya. Ia hanya tidak ingin menyesal akibat menduga-duga yang akibatnya salah sudah menuduh Rangga dan Rhea. Tapi di sisi lain, ia juga ragu untuk mempercayai Rangga dan Rhea dengan kedekatan mereka yang sering dipergoki semakin hari semakin menjadi-jadi.
Kedekatan Rangga dan Rhea memang seperti tidak menghargai Allea, hanya saja ia mencoba berbesar hati lebih dulu.
Tidak disadari, Allea pun sampai di tujuan. Ia turun dari taxi itu, lalu melangkah masuk ke taman. Suasana sore itu benar-benar sejuk dengan angin yang berseliweran mengenai setiap kulit. Kemudian, ia duduk tepat di bawah pohon rindang. Melihat muda-mudi yang berpasang-pasangan atau ditemani oleh sahabatnya berkunjung ke tempat tersebut.
Tampaknya memang hanya Allea yang datang sendiri tanpa teman yang menemani. Allea tetap menikmati suasana, kedatangannya meskipun sendiri memang untuk menghabiskan waktu dan menikmati harinya saat itu.
Allea bangkit dari duduknya, ia mampir ke penjual minuman yang biasa ia dan Rangga beli jika bersama mendatangi tempat tersebut. Kemudian, ia menyeruputnya perlahan. Hari ini, ia mendatangi tempat-tempat yang sering dilaluinya bersama Rangga maupun Rhea.
Setelah menghabiskan setengah dari minumannya, Allea melangkahkan kakinya santai berkeliling mengitari setiap jalan taman. Ia melihat ke kiri dan ke kanan menikmati suasana dengan udara sejuk, pohon rindang yang daunnya masih begitu hijau dan asri. Burung-burung yang berkeliaran ke sana dan kemari.
Allea juga mendatangi tempat di mana ia dan Rangga sering duduk berdua saat bersama, menghabiskan waktu berdua saja. Namun, saat sampai di tempat, manik matanya membulat sempurna melihat dua orang yang tidak asing lagi baginya. Wajahnya saat itu benar-benar menunjukan ketidakpercayaannya bahwa apa yang dilihatnya itu adalah nyata dan benar terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Liu Zhi
duh jgn²...
2023-05-14
0