Dia Yang Posesif(Hiatus)
Namanya Alena Bramasta. Usianya baru menginjak dua puluh tiga tahun bulan ini. Dia putri kedua dari pasangan Yoga Bramasta dan Yulia Fransisca. Memiliki seorang kakak pria yang bernama Aldrian Bramasta, seorang pengusaha muda yang tersohor baru-baru ini.
Ayahnya adalah pengusaha sukses nomor satu di Indonesia, memiliki perusahaan besar yang bergerak di bidang Perindustrian. Sedangkan ibunya adalah Desainer ternama yang berhasil memenangkan berbagai penghargaan di dalam maupun luar negri.
Dengan latar belakang yang super kaya, Alena pun tumbuh menjadi anak manja. Tapi, dia tak sombong dan memiliki banyak teman.
Alena memiliki empat sahabat dekat, mungkin sudah kenal sejak orok. Secara, orang tua mereka berlima itu dulunya tinggal bertetanggaan. Maklum, teman kuliah juga.
Oh ya. Alena juga memiliki kakak ipar cantik yang bernama Aisyah Putri, dan satu keponakan tampan bernama Reihan Bramasta.
Mereka hidup rukun, walaupun terkadang suka ribut sedikit. Pokoknya sedikit lah. Hahaha.
Seperti kejadian pagi ini yang membuat Alena kesal kepada kakak tersayangnya.
•
"Pagi semua!" dengan suara cemprengnya, Alena menuruni anak tangga. "Loh! Ngapain pagi-pagi kalian sudah ada di sini?" tanyanya kepada tiga orang tambahan yang duduk di meja makan.
Aldrian dengan santainya memasukan roti sandwich buatan Ibu negara kedalam mulutnya. Sedangkan istri dan anaknya cuma bisa nyengir. "Kita lagi sarapan lah!"
Alena mendelik. "Maksud aku, ngapain kalian sarapan di sini? Kayak gak punya rumah aja, numpang sarapan mulu!" ketusnya sambil duduk di sebelah ibunya.
Aldrian kembali menjawab. "Ya elah dek, kali-kali napa. Seharusnya kamu itu bersyukur kita mampir dan sarapan disini. Iya gak, Mom?" melirik sang ibu meminta dukungannya.
Mata Alena melotot. "Kali-kali? Bersyukur? Yang ada rugi kali, tiap hari kalian numpang sarapan di sini mulu. Pelayan sudah bosen nyiapin sarapan buat kalian," cibirnya sebal.
"Mom and Daddy biasa aja. Kok kamu yang sewot?!" Aldrian berucap tanpa menoleh.
"Ya iya lah sewot. Setiap kali kakak mampir, mesti ada sesuatu. Iya, kan?" Alena menyelidik. "Lagian, kakak itu CEO. Kenapa gak nyari pembantu lain aja sih kalau pelayan di rumah kakak pulang kampung!" selorohnya lagi.
"Apa hubungannya coba, CEO sama pembantu yang pulang kampung?" Aldrian meneguk jus jeruk sampai tandas setelah berucap.
"Ya ada lah, kan kakak banyak duitnya. Jadi bisa cari lagi pelayan yang baru, bahkan tiga sekaligus." cerocos sang adik dengan kesal.
"Ah, terlalu banyak bikin sesek. Rumah kakak kan kecil," jawabnya dengan mengedipkan sebelah mata.
"What? Kecil katanya? Rumah udah kaya lapangan bola masih di bilang kecil? Apa kabar rumahnya Mpok Halimeh yang cuma ada satu kamar tidurnya!" Ia jadi sewot dengan jawaban kakaknya.
"Itu sih laen lagi!" cicitnya sebelum melanjutkan perkataan lagi. "Oh iya, Dek. Pagi ini kakak ada meeting, sedangkan kak Aisyah ada pesanan yang akan diambil oleh pemiliknya. Jadi ..." Ia cuma memberikan kode yang pasti bisa ditebak oleh adiknya.
'Tuh kan, udah curiga gue mah. Pasti ada udang di balik bakwan. Kalo mampir, mesti nyuruh mulu!' batin Alena.
"Maaf, aku sibuk! Hari ini ada janji dengan teman-temanku!" Alena langsung menolak karena mengerti maksud kakaknya.
Yulia melirik putrinya. "Memangnya kamu punya rencana apa sama mereka? Bukannya mereka juga sibuk bekerja?!"
"Mm, Enggak kok! Cuma Iren yang sibuk, yang lain free." sahutnya.
"Tapi, bisa kan anterin Rei dulu. Sebentar aja Dek. Ya ... ya ... ya!" Aldrian berusaha merayu sang adik dengan merengek manja.
Menyebalkan.
"Gak bisa! Kalian aja yang anter. Dia kan anak kakak, bukan anak aku." tolaknya dengan wajah berpaling.
"Sebentar aja, sayang!" kini Ibu negara yang bicara.
"Tapi, Mom!" Ia malah mendapat tatapan mematikan sehingga tak bisa melawan. "Hemh, ya udah deh!" percuma melawan, toh tetep kalah kalo urusan dengan ibu negara.
"Yeeaahh!" seru kak Al layaknya anak kecil. Dia menoleh ke arah putranya. "Rei dianter aunty, ya. Mama sama Papa ada pekerjaan. Jadi, kami harus berangkat duluan. Rei gak apa-apa kan?" tanya kak Al pada putranya itu.
"Iya, gak apa-apa kok!" jawab Reihan.
Kini wajah kak Al menghadap ayahnya dan bertanya. "Daddy mau bareng kita, apa dianter supir?"
"Daddy diantar supir aja, Kak! Udah sana, kalian berangkat saja. Bukannya ada kerjaan penting? Nanti takutnya telat," ujar ayahnya.
Al dan Aisyah pun beranjak dari duduknya. "Ya sudah, kami berangkat." mencium pipi dan kepala anaknya. "Mom, Dad, kita pamit duluan. Nanti titip Rei lagi ya, Mom!" mencium punggung tangan dan pipi keduanya.
"Ya sudah, kalian hati-hati di jalan! Jangan ngebut kalo bawa mobil," peringat sang Mommy.
Melihat kakaknya berlalu, Alena pun meledeknya. "Lupa sama yang dititipin?!"
Mendengar cibiran dari adiknya, Al pun menoleh sambil cengengesan. "Eh iya, hehehe!" berbalik dan memberikan uang bergambar Bapak Presiden dan Wakilnya itu sebanyak lima lembar. "Cukup?" tanyanya kemudian.
Alena bergegas mengambil walaupun sambil menggerutu. "Kurang! Aku harus pergi ke luar kota hari ini. Jadi, ini cuma buat bensin doang!" kata Alena menawar sambil menengadahkan tangannya lagi.
Sontak mata Aldrian membulat. "Matre amat, lu. Cuma ongkos nganter doang dikasih segitu nawar. Lagian, yang mau pergi siapa yang ngongkosin siapa? Huuuh!" menoyor kepala adiknya, namun tak lupa menambah tiga lembar lagi. "Cukup!" tegasnya tak mau ditawar lagi.
"Oke lah, lumayan buat makan sendiri!" Alena menerimanya, kemudian menoleh ke arah lain. "Daddy!" menengadahkan tangan ke arah ayahnya.
Ayahnya melirik sekilas. "Apa maksudnya?" Pura-pura tak mengerti.
"Tambahin ongkos!" pintanya.
"Aduh, Mom! Kayaknya udah telat deh! Daddy berangkat ya," buru-buru berdiri dan mencium pipi istrinya.
Melihat ayahnya pergi, Alena merengek manja. "Iiiiihhh ... Daddy nyebelin!" memanyunkan bibir yang untungnya seksi.
Ayahnya kembali berbalik karena rengekan putri bungsunya. "Makanya, kerja dong! Belajar cari uang sendiri. Bukan cuma minta aja!" ledek ayahnya sambil memberikan lembaran uang.
Alena pun tersenyum. "Makasih, Daddy. Kan ada Daddy dan kak Al yang kerja. Jadi, aku cuma bagian bendahara nya aja. Iya kan, Mom!" ujarnya seraya menaik turunkan alis.
Yoga menggelengkan kepala. "Daddy sudah tua, sayang. Seharusnya, kamu yang gantiin di kantor dong! Semua yang dimiliki kita ini kan besok dikelola kamu sama kakakmu. Jadi, kamu harus belajar ngurus perusahaan!" nasihat ayahnya.
Mendengar ayahnya memberi wejangan, Alena segera memilih beranjak dari duduknya. "Aduh Rei, udah telat. Yuk, kita berangkat!" berusaha mengalihkan pembicaraan. "Jangan lupa, salim dulu sama Oma dan Opa!" lanjutnya setelah mencium keduanya. "Dah, Daddy and Mommy!" Ucapnya kemudian.
Kedua orang tuanya hanya menatap kepergian putri bungsu dan cucu mereka dengan gelengan kepala. Tingkah laku Alena memang seperti itu. Ia tak mau disuruh untuk melakukan apa yang tak sesuai dengan hatinya.
"Hemh, dasar anak itu!" ucap keduanya bersamaan.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Be___Mei
kerjaan apa sih happy banget. Kalian mau kencan berdua doang ya 🤣🤣
2023-04-07
1
Be___Mei
🤣🤣 melawan ibu negara bakal di coret dari KK kau
2023-04-07
1