Perjanjian

Perjanjian

Bagian 1

Hembusan angin menyapu lembut wajah putih seorang wanita yang tengah duduk tenang dibawah pohon besar.

Alka Zilaya, gadis manis itu membaca sebuah buku disalah satu kursi yang ada dihalaman kampus tempat ia menimbah ilmu.

Dress elegan sepanjang betis menambah pesona indah yang dimiliki wanita berusia 21 tahun tersebut.

"Ka, Udah dong baca bukunya. Nggak bosan?"

Seseorang baru saja datang dan membuat Alka mengalihkan pandangannya dari buku di tangannya.

Setelah mengetahui sosok yang menghampirinya barulah senyum manis tercetak dibibir manis Alka.

"Aku tipe mahasiswa yang sulit memahami materi dari dosen, jadi mau nggak mau harus di ulang terus materinya " Jelas Alka kepada Farhan, pria yang menghampirinya.

"Iya aku tahu kok. Tapi tetap aja kamu perlu refreshing" Ucap Farhan.

Alka menatap pria bertubuh tinggi dan berkulit hitam manis didepannya dengan intens.

"Kan aku belajarnya diruang terbuka sekalian refreshing kan?"

"Hmm" Deham Farhan.

"Kamu itu batu yang kalau di jatuhi bunyinya paling keras" Kesal Farhan dengan sifat batu Alka.

"Aku langsung balik pulang aja ya" Tambah Farhan.

Sontak Alka berdiri dan menahan lengan Farhan agar tak beranjak pergi meninggalkannya.

"Etts, tunggu dong " tahan Alka.

Farhan yang sempat berdiri kini duduk kembali di kursinya.

"Emangnya kita mau kemana?" tanya Alka.

Wajah murung Farhan sebelumnya kini berubah ceria usai mendengar pertanyaan dari sahabat wanitanya itu.

"Kita ke mall aja gimana?" ajak Farhan.

"Mau ngapain?"

"Makan. Sepuas kamu" jawab Farhan.

Secepat kilat Alka berdiri, bahkan ia juga membantu Farhan untuk segera beranjak dari tempat duduknya.

"Ayoo" ajak Alka penuh semangat.

Farhan yang sudah mengetahui cara ampuh merayu Alka, memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Tak butuh waktu lama untuk Alka dan Farhan tiba di salah satu mall terbesar di kota mereka. Setelah memarkirkan mobil kedua insang manusia itu langsung turun dan mulai menelusuri mall.

Dalam urusan memilih tempat makan Farhan serahkan sepenuhnya kepada Alka si pecinta makanan.

"Makan di sana aja ya" tunjuk Alka ke sebuah restoran.

Tentu saja Farhan menyetujui dan tanpa basa basi, keduanya duduk di meja kosong restoran pilihan Alka.

"Makan gratiskan?" tanya Alka sembari memperhatikan buku menu.

"Bayar sendiri-sendiri gimana?" Goda Farhan ingin melihat reaksi Alka.

"Kalau hutang gimana?" tawar Alka menganggap serius ucapan Farhan.

"Lagi enggak ada uang?"

"Kemarin ada. hari ini udah habis" jujur Alka membuat Farhan menahan tawa yang akhirnya pecah.

"Aku cuman bercanda" ungkap Farhan.

Alka membuang nafasnya panjang, ia benar- benar sedang tidak ada uang sekarang.

"Order sepuasnya. Bantu aku menipiskan dompet ku" ujar Farhan mengundang tawa diantara keduanya.

"Orang sombong, awas dompetnya hilang!" Sindir Alka turut ikut dalam candaan Farhan.

"Masih ada dompet yang lain kok"

"Wah. keterlaluan kamu sombongnya ya"

Tawa mereka terus terdengar bahkan saat makanan yang dipesan telah dihidangkan dihadapan keduanya.

Ketika hendak makan, barulah suara candaan mereka hilang berganti suara seruputan makanan lezat.

"Ka" panggil Farhan lembut.

Alka menoleh sembari masih mengunyah makanannya.

"Mama kamu kemarin datang ke apartemen kamu?" tanyanya.

Tanpa menjawab Alka hanya menganggukan kepalanya.

"Mama kamu minta uang ke kamu lagi?" Farhan terus bertanya dengan penuh hati-hati.

Alka menghentikan sejenak aktivitas makannya agar dapat menjawab pertanyaan pria itu.

"Aku mau satu porsi lagi ya" Ucap Alka mengganti topik pembicaraan di antara keduanya.

Ayah dan ibu Alka sudah lama bercerai, saat itu hak asuh anak jatuh ke tangan ibunya. Namun sekarang ibunya telah menikah lagi dan mempunyai anak dari suami barunya. karena itu Alka lebih memilih tinggal sendirian di apartemen. Selain kuliah ia juga seorang penulis yang dibayar, penghasilan dari menulis sebetulnya cukup untuk dirinya tetapi terkadang ia juga bekerja part time demi menambah penghasilan untuk ditabung.

Namun beberapa tahun belakangan ini ibunya selalu datang dan meminta sejumlah uang kepada Alka dengan alasan yang berbeda-beda. Jika menurut Farhan Alka adalah si kepala batu bukan berarti ia bisa tidak peduli dengan ibunya. Alka memberikan uangnya kepada sang ibu biarpun itu adalah uang terakhir yang ia punya.

...****************...

Kenyang memakan begitu banyak makanan akhirnya Farhan mengantarkan Alka pulang ke apartemennya.

"Makasih ya Han. Sering-sering" ucap Alka sembari turun dari mobil Farhan.

"Makasih juga waktunya" balas pria itu dengan senyuman.

"Bye" teriak Alka lebih dulu meninggalkan Farhan dan melangkahkan kakinya menuju apartemennya.

Alka menggunakan lift untuk bisa sampai di lantai tempat ia tinggal. Jemari mungilnya mulai menekan kode apartemen miliknya, begitu pintu terbuka Alka langsung masuk dan menutup kembali pintu tersebut. Ia benar-benar merasa sangat lelah dan ingin segera membersihkan diri.

"Alka Zilaya" seru seseorang.

CKLEK

Ruangan gelap itu kini menjadi terang setelah Alka menekan saklar lampu apartemennya.

Alka mendapati seorang pria duduk pada sofa putih didalam apartemennya. kemudian ia membuang nafasnya kasar.

"Lo kok disini?" tanya Alka kesal.

Pria berwajah tampan itu tidak menjawab pertanyaan Alka, hal itu semakin membuat Alka jengkel.

"Kok Lo bisa masuk ke dalam apartemen Gue?!" tanya Alka lagi.

"Gue bahkan tahu Lo pergi ke mall sama cowok" ucap pria tersebut.

Alka sangat marah, Ia merasa seperti dibuntuti jika seperti ini.

"Ya terus kenapa?" tanya Alka kesal.

Pria dengan kaos berwarna biru itu berdiri dan berjalan mendekati Alka yang masih berdiri diambang pintu.

"Gapapa. Gue cuman mau numpang makan disini"

Sangat terlihat jelas senyum miring yang Alka tujukan kepada Aldric, pria berwajah tampan tersebut.

"Aldric. Gue yakin Lo mampu beli makanan mewah bahkan Lo bisa sekalian beli restorannya. keluar dari apartemen Gue sekarang" pintah Alka namun tak digubris oleh Aldric.

"Wahh Lo tahu Gue sedalam itu ya. Bagus"

"Terserah Lo mau ngomong apa, Gue nggak perduli" tuntas Alka hendak melangkah namun terhenti ketika Aldric membuka suaranya lagi.

"Lo harus perduli sama Gue" tangkis Aldric.

Alka yang tak suka mendengar pernyataan itu, berjalan mendekati Aldric.

"Kenapa Gue yang harus perduli? lebih baik Lo memperdulikan diri Lo sendiri!"

"Alka Lo masih umur 21 tahun, Gue yakin ingatan Lo masih sangat baik. Gue masih ingat janji Lo dulu saat kita masih kecil. Dan Gue harap Lo juga nggak lupa"

Gadis manis itu mengerutkan dahinya bingung akan maksud Aldric.

"Janji apa?" tanyanya.

"Ah. Ayo lah jangan berlagak seolah tak pernah berjanji" sindir Aldric.

"Dulu Lo janji kalau Gue adalah satu - satunya pria yang akan hidup bersama Lo selamanya"

Pengakuan Aldric membuat Alka berusaha mengingat kembali masa kecilnya bersama Aldric.

"Al, itu hanya masa kecil. Di usia sekecil itu Gue cuman bisa berbicara tanpa berfikir apa yang Gue ucapin benar atau salah" ujar Alka, kini dengan suara lebih lembut.

"Mau di usia berapapun Janji tetap janji Ka. Sekarang Lo udah besar bukannya ini waktu yang tepat untuk Lo nepatin janji itu?" ujar Aldric.

"Terus Gue harus gimana?"

"Jadilah pasangan ku atau kalau Lo mau langsung nikah juga boleh" jawab pria berkulit putih tersebut dengan enteng.

Alka membentuk mulutnya menyerupai huruf O. wanita itu meletakkan telapak tangannya diatas dahi Aldric, seolah memeriksa suhu tubuh pria tersebut.

Tak lama tawa Alka pun pecah setelah mendengar perkataan teman masa kecilnya itu.

"Gausah ketawa. nggak lucu" tegas Aldric.

"Al, pernikahan itu bukan hal sepele yang dalam satu malam aja cukup Lo pikirin. enggak sesimpel itu " kini Alka sudah duduk disebelah Aldric sembari memberi penjelasan.

"Yaudah kalau gitu Lo jadi pacar Gue aja dulu" tuntut pria tampan itu sembari menatap dalam netra coklat milik Alka.

Dengan lantang dan berani Alka membalas tatapan Aldric.

"Gue. Nggak. Mau. " Jawabnya penuh penekanan.

"Tepati janji Lo! Jadi pacar Gue" Sambung Aldric dengan nada bicara tinggi.

"Enggak!" kekeh Alka.

Wanita dengan dress Bunga - bunga itu beranjak dari sofa sambil terus berteriak menolak tuntutan dari Aldric.

"Enggak. enggak"

"Enggak"

Teriak Alka sembari melangkah masuk kedalam kamarnya. Padahal gadis itu telah menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Aldric diruang tv. Namun pintu dibuka kembali oleh Alka.

"Enggak mau" Ledeknya sekali lagi sebelum benar - benar menutup pintunya.

Aldric yang melihat tingkah Alka barusan hanya bisa berdecak. Tetapi di satu sisi Aldric tersenyum tipis karena menurutnya tingkah Alka barusan menggemaskan.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Ehem 😏😏😏😏

2023-06-11

1

Ayano

Ayano

Kesan pertama aku suka nama dan pembawaannya

2023-06-11

1

Vincar

Vincar

Farhan mengetahui sisi kelemahan Alka😂

2023-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!