Hembusan angin menyapu lembut wajah putih seorang wanita yang tengah duduk tenang dibawah pohon besar.
Alka Zilaya, gadis manis itu membaca sebuah buku disalah satu kursi yang ada dihalaman kampus tempat ia menimbah ilmu.
Dress elegan sepanjang betis menambah pesona indah yang dimiliki wanita berusia 21 tahun tersebut.
"Ka, Udah dong baca bukunya. Nggak bosan?"
Seseorang baru saja datang dan membuat Alka mengalihkan pandangannya dari buku di tangannya.
Setelah mengetahui sosok yang menghampirinya barulah senyum manis tercetak dibibir manis Alka.
"Aku tipe mahasiswa yang sulit memahami materi dari dosen, jadi mau nggak mau harus di ulang terus materinya " Jelas Alka kepada Farhan, pria yang menghampirinya.
"Iya aku tahu kok. Tapi tetap aja kamu perlu refreshing" Ucap Farhan.
Alka menatap pria bertubuh tinggi dan berkulit hitam manis didepannya dengan intens.
"Kan aku belajarnya diruang terbuka sekalian refreshing kan?"
"Hmm" Deham Farhan.
"Kamu itu batu yang kalau di jatuhi bunyinya paling keras" Kesal Farhan dengan sifat batu Alka.
"Aku langsung balik pulang aja ya" Tambah Farhan.
Sontak Alka berdiri dan menahan lengan Farhan agar tak beranjak pergi meninggalkannya.
"Etts, tunggu dong " tahan Alka.
Farhan yang sempat berdiri kini duduk kembali di kursinya.
"Emangnya kita mau kemana?" tanya Alka.
Wajah murung Farhan sebelumnya kini berubah ceria usai mendengar pertanyaan dari sahabat wanitanya itu.
"Kita ke mall aja gimana?" ajak Farhan.
"Mau ngapain?"
"Makan. Sepuas kamu" jawab Farhan.
Secepat kilat Alka berdiri, bahkan ia juga membantu Farhan untuk segera beranjak dari tempat duduknya.
"Ayoo" ajak Alka penuh semangat.
Farhan yang sudah mengetahui cara ampuh merayu Alka, memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Tak butuh waktu lama untuk Alka dan Farhan tiba di salah satu mall terbesar di kota mereka. Setelah memarkirkan mobil kedua insang manusia itu langsung turun dan mulai menelusuri mall.
Dalam urusan memilih tempat makan Farhan serahkan sepenuhnya kepada Alka si pecinta makanan.
"Makan di sana aja ya" tunjuk Alka ke sebuah restoran.
Tentu saja Farhan menyetujui dan tanpa basa basi, keduanya duduk di meja kosong restoran pilihan Alka.
"Makan gratiskan?" tanya Alka sembari memperhatikan buku menu.
"Bayar sendiri-sendiri gimana?" Goda Farhan ingin melihat reaksi Alka.
"Kalau hutang gimana?" tawar Alka menganggap serius ucapan Farhan.
"Lagi enggak ada uang?"
"Kemarin ada. hari ini udah habis" jujur Alka membuat Farhan menahan tawa yang akhirnya pecah.
"Aku cuman bercanda" ungkap Farhan.
Alka membuang nafasnya panjang, ia benar- benar sedang tidak ada uang sekarang.
"Order sepuasnya. Bantu aku menipiskan dompet ku" ujar Farhan mengundang tawa diantara keduanya.
"Orang sombong, awas dompetnya hilang!" Sindir Alka turut ikut dalam candaan Farhan.
"Masih ada dompet yang lain kok"
"Wah. keterlaluan kamu sombongnya ya"
Tawa mereka terus terdengar bahkan saat makanan yang dipesan telah dihidangkan dihadapan keduanya.
Ketika hendak makan, barulah suara candaan mereka hilang berganti suara seruputan makanan lezat.
"Ka" panggil Farhan lembut.
Alka menoleh sembari masih mengunyah makanannya.
"Mama kamu kemarin datang ke apartemen kamu?" tanyanya.
Tanpa menjawab Alka hanya menganggukan kepalanya.
"Mama kamu minta uang ke kamu lagi?" Farhan terus bertanya dengan penuh hati-hati.
Alka menghentikan sejenak aktivitas makannya agar dapat menjawab pertanyaan pria itu.
"Aku mau satu porsi lagi ya" Ucap Alka mengganti topik pembicaraan di antara keduanya.
Ayah dan ibu Alka sudah lama bercerai, saat itu hak asuh anak jatuh ke tangan ibunya. Namun sekarang ibunya telah menikah lagi dan mempunyai anak dari suami barunya. karena itu Alka lebih memilih tinggal sendirian di apartemen. Selain kuliah ia juga seorang penulis yang dibayar, penghasilan dari menulis sebetulnya cukup untuk dirinya tetapi terkadang ia juga bekerja part time demi menambah penghasilan untuk ditabung.
Namun beberapa tahun belakangan ini ibunya selalu datang dan meminta sejumlah uang kepada Alka dengan alasan yang berbeda-beda. Jika menurut Farhan Alka adalah si kepala batu bukan berarti ia bisa tidak peduli dengan ibunya. Alka memberikan uangnya kepada sang ibu biarpun itu adalah uang terakhir yang ia punya.
...****************...
Kenyang memakan begitu banyak makanan akhirnya Farhan mengantarkan Alka pulang ke apartemennya.
"Makasih ya Han. Sering-sering" ucap Alka sembari turun dari mobil Farhan.
"Makasih juga waktunya" balas pria itu dengan senyuman.
"Bye" teriak Alka lebih dulu meninggalkan Farhan dan melangkahkan kakinya menuju apartemennya.
Alka menggunakan lift untuk bisa sampai di lantai tempat ia tinggal. Jemari mungilnya mulai menekan kode apartemen miliknya, begitu pintu terbuka Alka langsung masuk dan menutup kembali pintu tersebut. Ia benar-benar merasa sangat lelah dan ingin segera membersihkan diri.
"Alka Zilaya" seru seseorang.
CKLEK
Ruangan gelap itu kini menjadi terang setelah Alka menekan saklar lampu apartemennya.
Alka mendapati seorang pria duduk pada sofa putih didalam apartemennya. kemudian ia membuang nafasnya kasar.
"Lo kok disini?" tanya Alka kesal.
Pria berwajah tampan itu tidak menjawab pertanyaan Alka, hal itu semakin membuat Alka jengkel.
"Kok Lo bisa masuk ke dalam apartemen Gue?!" tanya Alka lagi.
"Gue bahkan tahu Lo pergi ke mall sama cowok" ucap pria tersebut.
Alka sangat marah, Ia merasa seperti dibuntuti jika seperti ini.
"Ya terus kenapa?" tanya Alka kesal.
Pria dengan kaos berwarna biru itu berdiri dan berjalan mendekati Alka yang masih berdiri diambang pintu.
"Gapapa. Gue cuman mau numpang makan disini"
Sangat terlihat jelas senyum miring yang Alka tujukan kepada Aldric, pria berwajah tampan tersebut.
"Aldric. Gue yakin Lo mampu beli makanan mewah bahkan Lo bisa sekalian beli restorannya. keluar dari apartemen Gue sekarang" pintah Alka namun tak digubris oleh Aldric.
"Wahh Lo tahu Gue sedalam itu ya. Bagus"
"Terserah Lo mau ngomong apa, Gue nggak perduli" tuntas Alka hendak melangkah namun terhenti ketika Aldric membuka suaranya lagi.
"Lo harus perduli sama Gue" tangkis Aldric.
Alka yang tak suka mendengar pernyataan itu, berjalan mendekati Aldric.
"Kenapa Gue yang harus perduli? lebih baik Lo memperdulikan diri Lo sendiri!"
"Alka Lo masih umur 21 tahun, Gue yakin ingatan Lo masih sangat baik. Gue masih ingat janji Lo dulu saat kita masih kecil. Dan Gue harap Lo juga nggak lupa"
Gadis manis itu mengerutkan dahinya bingung akan maksud Aldric.
"Janji apa?" tanyanya.
"Ah. Ayo lah jangan berlagak seolah tak pernah berjanji" sindir Aldric.
"Dulu Lo janji kalau Gue adalah satu - satunya pria yang akan hidup bersama Lo selamanya"
Pengakuan Aldric membuat Alka berusaha mengingat kembali masa kecilnya bersama Aldric.
"Al, itu hanya masa kecil. Di usia sekecil itu Gue cuman bisa berbicara tanpa berfikir apa yang Gue ucapin benar atau salah" ujar Alka, kini dengan suara lebih lembut.
"Mau di usia berapapun Janji tetap janji Ka. Sekarang Lo udah besar bukannya ini waktu yang tepat untuk Lo nepatin janji itu?" ujar Aldric.
"Terus Gue harus gimana?"
"Jadilah pasangan ku atau kalau Lo mau langsung nikah juga boleh" jawab pria berkulit putih tersebut dengan enteng.
Alka membentuk mulutnya menyerupai huruf O. wanita itu meletakkan telapak tangannya diatas dahi Aldric, seolah memeriksa suhu tubuh pria tersebut.
Tak lama tawa Alka pun pecah setelah mendengar perkataan teman masa kecilnya itu.
"Gausah ketawa. nggak lucu" tegas Aldric.
"Al, pernikahan itu bukan hal sepele yang dalam satu malam aja cukup Lo pikirin. enggak sesimpel itu " kini Alka sudah duduk disebelah Aldric sembari memberi penjelasan.
"Yaudah kalau gitu Lo jadi pacar Gue aja dulu" tuntut pria tampan itu sembari menatap dalam netra coklat milik Alka.
Dengan lantang dan berani Alka membalas tatapan Aldric.
"Gue. Nggak. Mau. " Jawabnya penuh penekanan.
"Tepati janji Lo! Jadi pacar Gue" Sambung Aldric dengan nada bicara tinggi.
"Enggak!" kekeh Alka.
Wanita dengan dress Bunga - bunga itu beranjak dari sofa sambil terus berteriak menolak tuntutan dari Aldric.
"Enggak. enggak"
"Enggak"
Teriak Alka sembari melangkah masuk kedalam kamarnya. Padahal gadis itu telah menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Aldric diruang tv. Namun pintu dibuka kembali oleh Alka.
"Enggak mau" Ledeknya sekali lagi sebelum benar - benar menutup pintunya.
Aldric yang melihat tingkah Alka barusan hanya bisa berdecak. Tetapi di satu sisi Aldric tersenyum tipis karena menurutnya tingkah Alka barusan menggemaskan.
Seorang wanita dengan celana jeans denim serta sweater berwarna merah marun berjalan keluar dari apartemen.
Sepatu sneakers putih yang Ia kenakan membuatnya nyaman melangkah.
Hari ini tak ada jadwal kuliah untuk Alka, itu berarti kini waktunya Alka bekerja part time sebagai seorang tour guide di sebuah hotel ternama. Pekerjaan ini sudah cukup lama ia jalani untuk membiayai hidupnya.
Gadis manis itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya saat sebuah mobil sport hitam kilat berhenti tepat di hadapannya.
"Mau kemana? ini bukan jadwal Lo ngampus" ujar seorang pria setelah turun dari mobilnya.
"Bukan mau ke kampus kok" jawab Alka datar.
"Terus?"
"Bukan urusan Lo" cetus Alka melangkahkan kakinya.
Bagi Aldric jika Alka keras kepala seperti ini pria itu justru tertantang untuk lebih keras kepala lagi dari Alka. Aldric meraih kedua tangan Alka secepat mungkin kemudian meletakkannya pada bahu kekarnya dan menggendong gadis manis itu di punggung menuju mobil mewahnya.
Sudah pasti Alka tidak tinggal diam, Ia sangat memberontak meskipun sudah di dalam mobil Aldric.
"Lo nggak waras kan?!" tanya Alka tersulut emosi dengan tindakan pria itu barusan.
Aldric memajukan tubuhnya mendekati Alka yang duduk disampingnya. Kedua pasang bola mata mereka saling tetap cukup lama sampai Alka merasa tangannya tersentuh dengan tangan Aldric.
Alka siap berteriak sekeras mungkin jika pria itu berani macam-macam dengannya.
Sayangnya pikiran Alka itu terlalu jauh sebab Aldric hanya memasangkan seat belt untuknya, setelahnya pria tampan itu kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Alka.
Mobil sudah berjalan dengan kecepatan rata-rata tetapi Alka masih kesal dengan Aldric yang menggendongnya langsung ke dalam mobil tadi.
Ekor mata Alka melihat tab di dekatnya lalu mulai memutar lagu favoritnya dengan volume yang sangat kuat sampai menganggu telinga Aldric.
"Kecilin volumenya" teriak Aldric.
Bukannya menuruti perintah Aldric, wanita berambut panjang itu justru asik bernyanyi kecil mengikuti alunan musik keras itu.
Melihat sikap Alka seperti itu sesuatu terlintas di pikiran Aldric, pria itu menginjak gasnya kuat sehingga mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata dan membuat Alka yang tadinya bersenandung riang berganti meneriaki Aldric.
"Aldriccc" Teriaknya sambil terus memegangi seat belt.
Sementara Aldric yang merasa senang melihat ekspresi ketakutan Alka semakin menancapkan gasnya.
"Al Please. Gue belum mau mati!" ujar Alka sembari mengecilkan volume musik di mobil Aldric.
Setelah Alka mengecilkan volume musiknya barulah Aldric menurunkan kecepatan mobilnya.
Alka membuang nafasnya legah lalu menatap tajam kearah Aldric. Namun pria disampingnya lebih memilih tidak menggubris tatapan Alka itu dan fokus menyetir saja.
Mobil berhenti sesuai dengan tujuan utama Alka. kini keduanya sudah berada didepan sebuah hotel besar.
"Lo masih kerja jadi tour guide?" tanya Aldric.
Sebenarnya Aldric baru kembali ke kota ini sekitar satu Minggu yang lalu setelah selama satu bulan lebih pria itu berada di luar kota untuk menyelesaikan project bisnisnya. Oleh sebab itu Ia tidak mengetahui bahwa Alka masih bekerja di hotel tersebut sebagai tour guide karena sebelum pergi ke luar kota, Aldric telah berpesan kepada Alka untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.
Alka memberikan anggukkan sebagai jawaban dari pertanyaan Aldric barusan.
"Ayo balik" ajak Aldric menarik tangan mungil Alka.
"Apaan. Gue mau kerja" bantah Alka melepaskan tangannya dari genggaman Aldric.
"Ka, Gue udah pernah bilang Lo bisa kerja di perusahaan Gue. Yang mana aja bebas"
"Emang apa salahnya sih jadi tour guide? Ngerugiin Lo? Enggak kan"
"Lo pasti lebih nyaman kerja di perusahaan Gue" bujuk Aldric terus.
"Gue nyaman di sini" jawab Alka pergi meninggalkan pria yang telah mengantarkannya itu.
"Makasih tumpangannya, biarpun Gue nggak minta" ujar Alka meski sudah jauh dari Aldric.
Senyum tipis di bibir Aldric tercetak usai mendengar ucapan terimakasih dari Alka.
...*****...
Hari ini cukup melelahkan bagi Alka, Ia membawa para turis untuk mengunjungi tempat - tempat wisata yang indah di kota tersebut.
Pekerjaan itu telah Alka geluti selama bertahun-tahun lamanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus kuliahnya.
Usai membersihkan dirinya, Alka langsung menuju ke meja belajarnya. Wanita itu menyalakan laptop berwarna putih didepannya. Ternyata meskipun lelah satu harian menjadi tour guide tidak mengurangi semangatnya dalam menulis novel karyanya.
Drtt Drtt
Panggilan masuk membuat Alka mengalihkan pandangannya dari laptop ke ponsel.
"Alka, mama butuh lima ratus ribu. Kamu ada kan?"
"Ma. Aku baru kasih uang ke mama kemarin" jawab Alka lewat sambungan telepon.
"Udah habis Ka"
"Alka belum ada uang lagi"
"Kamu kok pelit banget ya sama mama! mama yang ngelahirin kamu loh. Sembilan bulan kamu ada di kandungan mama tapi mama nggak pernah ngeluh!"
Tutt Tutt
Ibu Alka memutuskan sambungan keduanya setelah mengucapkan kalimatnya barusan dan Alka meletakkan kembali smartphone miliknya.
"Kenapa cuman Uang terus" gumam Alka sembari mematikan laptop yang baru saja Ia buka.
Jika sudah seperti ini Alka tidak berniat untuk meneruskan menulis novelnya lagi, baginya lebih baik tidur dan melupakan semua yang terjadi hari ini.
Mau bagaimanapun Alka tetaplah seorang anak yang harusnya menjadi tanggungan orang tuanya bukan malah menanggung semua beban ibunya padahal ibunya sudah hidup dengan keluarga barunya.
Sudah beberapa menit Alka mencoba menutup matanya berharap Ia segera tertidur. Namun tidak bisa pikirannya masih memikirkan perkataan sang ibu saat di telfon tadi.
"Tidur Alka, tidur" lirihnya kepada diri sendiri.
Sayang matanya tetap saja tidak bisa tertutup rapat akhirnya Ia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur dan keluar mencari angin segar. Tak ada lagi tempat yang bisa Ia kunjungi di malam hari seperti ini selain duduk di bangku taman apartemen tempat Ia tinggal.
Dengan menggunakan piyama Alka duduk tenang disana. Kini perasaannya pun mulai membaik dari sebelumnya.
Kedua bola matanya membulat saat mendapati kehadiran seseorang disampingnya. Seorang pria yang masih menggunakan jas di tubuh kekarnya duduk bersama Alka.
"Baru pulang kerja?" tanya Alka namun pandangannya lurus ke depan.
"Hm"
"Kok belum tidur?" Aldric bertanya balik kepada Alka.
"Terserah Gue lah" jawab Alka mulai sensi.
"Udah malam, Ayo masuk" ajak Aldric.
"Luan aja" tolak Alka.
Tidak ada kata yang bisa menghentikan keras kepala seorang Alka, maka Aldric dengan cepat menggendong paksa wanita tersebut menuju kamarnya.
Untungnya Aldric sudah terbiasa merasakan pukulan dari Alka sehingga tidak begitu sakit lagi rasanya.
"Turunin!" teriak Alka namun Aldric segera menutup mulutnya dengan tangan.
Sesampainya di kamar gadis manis itu Aldric menjatuhkannya tepat diatas ranjang.
"Woiii Lo ya!"
"Apa?" tantang Aldric.
"Nyebelin" ujar Alka geram dengan Aldric.
"Apa? mau Gue temeni tidur?" goda Aldric.
"Ihh. Dasar nggak waras" desis Alka menatap tajam kearah Aldric.
"Keluar sana" pintah Alka.
Entah karena sudah larut malam, makanya Aldric mengikuti perintah Alka untuk keluar dari kamarnya. Biasanya Aldric memilih bertengkar terlebih dahulu dengan wanita itu sebelum benar-benar meninggalkan tempat tersebut.
Setelah Aldric keluar dari apartemen Alka gadis itu tak lupa menutup pintunya lalu beranjak untuk tidur
Bukan hanya hari ini saja tetapi hampir setiap hari Alka selalu menjadi orang pertama yang datang di ruangannya. Jika sedang ada mata kuliah biasanya Alka memilih duduk di bagian tengah. Ia tidak suka duduk di bagian paling depan maupun paling belakang.
Sembari menunggu yang lain berdatangan, Wanita berambut panjang itu memainkan ponselnya terlebih dahulu.
Dari tempat duduknya Alka merasakan seseorang baru saja masuk keruangan tersebut. Betapa terkejutnya ia mendapati Aldric yang berjalan menghampirinya.
"Astaga. Lo ngapain ngikuti Gue ke kampus" ujar Alka heran.
Pria yang sudah rapih dengan kemeja lengan panjangnya itu duduk di bangku sebelah Alka.
"Gue harus ke luar kota dalam tiga hari ini. Lo jaga diri ya" info Aldric.
"Waw It's good news" Alka memberi tanggapan bahagia.
"Kok berita bagus sih" protes Aldric.
"Ya iya lah betapa bahagianya tiga hari tanpa seorang Aldric Dambara" jawab Alka terlalu jujur.
Tanggapan Alka barusan bukanlah yang Aldric inginkan Pria itu tadinya berhadap Alka sedih akan kepergiannya beberapa hari ternyata Ia salah besar.
"Oke. Kalau gitu Gue cancel aja perginya" ujar Aldric sembari merogoh ponsel pada sakunya.
Lalu Ia membatalkan tiket pesawat yang sebelumnya telah Ia pesan, di depan mata Alka.
"Ehh kok Lo batalin"
"Gue nggak suka Lo bahagia tanpa Gue. karena Lo cuman boleh bahagia karena Gue dan sama Gue" jelas Aldric menyimpan kembali smartphonenya.
"Terserah Lo. Yang kerja juga Lo bukan Gue" sergah Alka.
"Hmm"
Tak lama satu persatu mahasiswa mulai berdatangan keruangan. Alka meminta Aldric untuk segera pergi dari ruangannya.
"Lo kok masih disini? bentar lagi mata kuliahnya mau dimulai"
"Terus?" tanya Aldric enteng.
"Ya Lo pergi lah. Lo kan bukan mahasiswa" jawab gadis berkulit putih tersebut.
Meskipun sudah ditegur oleh Alka namun tampaknya Aldric enggan untuk pergi dari sana.
Seorang dosen pria berjalan memasuki ruangan besar itu.
Alka semakin panik karena Aldric belum juga keluar dari ruangan itu. Usai dosen memberikan salam pembuka, sebelum memulai perkuliahan hari ini Alka membuka suaranya.
"Permisi pak" ujarnya.
Dosen berkemeja hitam itu menatap kearah Alka.
"Iya. kenapa?"
"Di sini ada orang asing yang menyusup masuk ke kelas ini pak" lapor Alka mantap.
"Oiya? yang mana orangnya? maaf soalnya saya tidak begitu hafal wajah kalian semua"
"Ini" tunjuk Alka kepada Aldric di sampingnya.
"Kamu bukan mahasiswa kelas ini?" tanya dosen pria tersebut kepada orang yang Alka maksud tadi.
"Enggak. Saya bener mahasiswa di kelas ini kok" bohong Aldric.
"Jangan percaya pak. Dia bohong" yakin Alka.
"Kalau bapak ragu bisa tanya teman - teman yang lain kok" usul Aldric.
"Teman - teman yang lain gimana, apa benar dia mahasiswa kelas ini?" tanya dosen itu.
Seluruh mahasiswa yang mayoritas wanita itu ternyata sedari tadi terus menatap ke arah Aldric. Mereka semua terpaku melihat ketampanan yang dimiliki oleh Aldric.
Tak disangka, seluruh mahasiswa menganggukkan kepala mereka sebagai jawaban dari pertanyaan dosen mereka tadi.
Ini sungguh gila bagi Alka, bagaimana bisa semua teman satu ruangannya berbohong hanya karena melihat ketampanan Aldric.
"Alka, dia itu teman satu ruangan kamu Lo" Ujar dosen tersebut mengingatkan Alka.
Saat hendak membuka suara untuk membela diri Aldric langsung memotongnya.
"Gapapa pak, mungkin mbaknya lupa dan saya juga jarang masuk kuliah"
"Oke, kalau begitu mari kita lanjutkan perkuliahan hari ini" seru dosen tersebut.
Alka menatap tajam Kepada Aldric disana, Ia benar-benar tidak habis pikir dengan pria itu.
Aldric sungguh sudah tidak waras ia mengikuti empat mata kuliah Alka sekaligus. Sebenarnya pria tersebut sama sekali tidak menganggu Alka, ia hanya duduk diam di samping wanita manis itu.
"Udah selesai kan? Ayo pulang" ajak Aldric.
Alka memasukkan semua bukunya kedalam tas.
"Gue masih harus ke perpustakaan. Lo balik Luan aja" ujar Alka melangkah keluar ruangan.
Aldric tidak mendengarkan ucapan Alka tadi Ia justru berjalan mengikuti langkah Alka dari belakang. Wanita tersebut sadar akan hal itu namun Ia sengaja membiarkan Aldric, ia ingin melihat seberapa lama pria itu bertahan.
Di dalam perpustakaan pun Aldric hanya duduk tenang di samping Alka sembari menunggu wanita manis itu selesai.
Tak main-main Alka sengaja tetap di perpustakaan hingga matahari tenggelam, ia merasa puas karena telah melakukan itu.
"Masih mau baca buku lagi?" tanya Aldric ternyata sabar menunggu.
Alka menggelengkan kepalanya Ia sudah tidak kuat jika harus membaca lagi.
Keduanya keluar dari kampus itu menggunakan mobil sport hitam milik Aldric. Di dalam mobil Alka menyalakan musik favoritnya dengan volume kecil. Suasananya begitu tenang dan damai sampai Aldric menghentikan mobilnya di sebuah tempat.
"Loh kok berhenti?" tanya Alka bingung.
"Kan tadi Gue udah nemenin Lo ngampus sekarang Lo yang harus nemenin Gue"
"Tapi Gue nggak minta di temeni" sergah Alka.
"Yaudah Lo tetap di dalam mobil, tapi Gue mau ngunci mobilnya" ancam Aldric namun tak direspon serius oleh Alka.
"Silahkan" ucap Alka.
Cklek
Aldric sungguh mengunci mobilnya dari luar dan membiarkan Alka di dalam sendirian. Tentu saja hal itu membuat Alka panik alhasil Ia memukul-mukul bagian dalam mobil Aldric agar pria itu segera membuka pintu mobilnya. Sementara itu dari luar Aldric memperhatikan Alka yang terus memberontak di dalam.
Setelah puas melihat Alka terkunci akhirnya Aldric berjalan dan membukakan pintu untuk Alka. Tidak ada pilihan lain, Alka memutuskan untuk turun bersama Aldric.
"Woww" kagum Alka setibanya di dalam sebuah pasar malam.
Alka sendiri belum pernah menikmati asiknya bermain di pasar malam. Sejak kecil Ia tidak pernah dibawa oleh orang tuanya ke tempat seperti itu, ya karena hampir setiap hari ibu dan ayahnya bertengkar jadi mana mungkin kepikiran membawa Alka berkunjung ke pasar malam.
Sangking takjubnya Alka langsung berlari mendatangi pedagang gulali kapas terlebih dahulu. Aldric sedikit dibuat repot dengan Alka yang sedari tadi semangat menelusuri tempat itu.
"Eits" tahan Aldric menggenggam salah satu tangan Alka.
"Kenapa?" tanya Alka sembari menikmati gulali kapas di tangan yang lainnya.
"Jalannya pelan-pelan aja" pintah Aldric mulai kualahan dengan Alka yang seketika berubah seperti balita yang haus akan permainan di pasar malam.
"Oke"
Keduanya melanjutkan perjalanan mereka dengan Aldric yang terus menggenggam tangan Alka agar gadis itu tak hilang dari pandangannya. Hampir seluruh permainan yang ada di sana telah Alka dan Aldric coba tersisa satu keinginan dari Alka, sejak dulu Ia ingin sekali mencoba memasuki rumah hantu.
"Kita masuk kesitu ya" minta Alka sembari menunjuk rumah hantu yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Gausah. kalau Lo ketakutan terus pingsan siapa yang repot?" tolak Aldric.
"Gue janji nggak bakal ngerepotin Lo. Lagian hantu-hantu di dalam kan bohongan" rayu Alka pantang menyerah.
"Sekali enggak tetap enggak"
"Please" ujar Alka dengan mata bak anak anjing yang menggemaskan.
"Enggak"
"Yaudah. Gue masuk sendiri" ucap Alka santai.
Gadis itu berjalan menuju tempat pembelian tiket masuk rumah hantu tersebut.
Senyum manis terukir di bibir tipis Alka saat menyadari Aldric menyusulnya untuk ikut menemani masuk ke dalam rumah hantu. Bagaimanapun Aldric tidak akan membiarkan Alka melakukan apapun sendirian dia akan selalu hadir baik dibutuhkan maupun tidak oleh Alka. Suara teriakan Alka memenuhi ruangan gelap itu beberapa hantu mulai menakut-nakuti Alka dan Aldric. Berbeda dengan Aldric yang tampak sangat tenang ketika memasuki rumah hantu itu Alka justru histeris.
"Aaaaaa"
"WOoOo"
Teriaknya kencang sembari memegangi lengan kekar milik Aldric tanpa sadar.
Sebenarnya teriakan itu bukan karena Alka takut lebih tepatnya itu ekspresi terkejutnya saja. Wajar Ia terkejut karena ini kali pertamanya dapat memasuki rumah hantu secara langsung.
Perlahan Alka mulai tenang ia bahkan lebih tenang dari Aldric.
Sesuatu terlintas di pikirannya gadis cantik itu merogoh tas kecilnya lalu mengeluarkan benda dari dalam tasnya.
"Mau ngapain?" cegah Aldric saat wanita itu hendak memasangkan sebuah topeng seram ke wajah Aldric.
"Udah ikutin aja ya please" lagi - lagi Alka memohon dengan sangat baik hingga mampu menyentuh Aldric.
Tangan milik Alka memakaikan topeng seram tersebut pada wajah Aldric hingga merubah wajah tampan itu menjadi menyeramkan. Setelah selesai melakukan aktivitasnya kini giliran Aldric berbicara.
"Terus?" tanya pria berkulit putih itu bingung.
Alka membisikan rencananya kepada Aldric agar tak ada yang mendengar.
"Lo juga harus pake topeng ini" sambung Aldric tak ingin menderita sendirian.
"Ih Lo aja lah" tolak Alka.
"Yaudah nggak jadi kita pulang sekarang"
"Iya. Yaudah Gue juga pake topeng itu" jawab Alka pasrah.
Kini topeng berwarna merah tua itu sudah dipasangkan oleh Aldric di wajah cantik Alka.
Rencana Alka adalah mencoba untuk menakuti kembali para hantu-hantu bohongan yang terdapat di dalam rumah hantu itu.
Setelah keduanya siap mereka langsung meluncurkan aksinya.
Alka menyenteri wajah keduanya dari bawah menggunakan flash handphonenya. tak lupa wanita tersebut juga menutupi setengah wajahnya dengan rambut panjang miliknya.
Alka dan Aldric berdiri di belakang salah satu hantu bohongan di sana. Perlahan Alka menyentuh pundak Hantu pria itu dan saat hantu tersebut menoleh tentu saja ia terkejut bahkan ia teriak sekuat-kuatnya dan membuat hantu bohongan lainnya ikut berteriak.
Usai melakukan aksinya si pelaku Alka dan Aldric berlari keluar dari tempat itu dengan perasaan yang sangat puas.
"Dasar ya Lo" ujar Aldric sembari tertawa sesampainya mereka di area parkir mobil.
"S_Seru kan?" suara Alka masih terpenggal- penggal karena lelah berlari.
"Udah ayo pulang" ajak Aldric.
"Sekali lagi mau nggak?" tawar Alka ternyata belum puas.
"Enggak!" jawab Aldric tegas.
Meskipun belum puas namun Alka setuju pulang bersama dengan Aldric, setidaknya malam ini gadis itu merasa sangat bahagia walaupun dengan cara yang sederhana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!