Bagian 4

Hari ini tubuh Alka sedang tidak fit ia merasakan lemas serta suhu tubuhnya yang terasa panas. Akan tetapi semua itu tidak membuat semangatnya untuk bekerja hari ini memudar Alka memutuskan untuk tetap bekerja hari ini meskipun Ia sedang kurang sehat.

Baru saja keluar dari apartemen yang ia tempati Alka dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita dihadapannya.

Wanita itu tersenyum lebar kearah Alka sembari melambai-lambaikan satu tangannya.

"Kamu apa kabar sayang?" tanya wanita tersebut sembari memeluk Alka.

"Alka benar-benar lagi nggak ada uang" ucap Alka melepas pelukan diantara keduanya.

"Mama kesini cuman mau liat kamu kok" jawab Wilda, wanita yang tengah berbicara bersama Alka itu tidak lain adalah Ibunya.

Alka tersenyum singkat usai mendengar jawaban ibunya tadi.

"Benarkah?" tanya Alka.

"Iya" jawab Wilda lagi namun kali ini pandangannya terus ke arah bawah.

"Oke. Kalau gitu Alka pamit mau kerja" ujar Alka kemudian berjalan meninggalkan Wilda yang masih mematung di sana.

Baru beberapa langkah menjauh dari ibunya gadis itu kembali menoleh ke belakang. Akhirnya Alka menghampiri ibunya kembali setelah melihat sang ibu tak kunjung pergi dari sana.

"Jujur aja. Sebenarnya mama kesini untuk apa? bukan hanya sekedar liat aku kan?" tanya Alka menatap ibunya yang terus menunduk.

"Dina lagi sakit Ka, mama bingung mau bawa Dina ke rumah sakit tapi mama sama sekali nggak punya uang dan suami mama juga belum gajian" curah Wilda dengan raut wajah sedihnya.

Dina adalah anak perempuan Wilda bersama suami barunya setelah bercerai dengan ayah Alka.

"Dua hari yang lalu aku baru kirim ke mama sekarang Alka belum ada uang lagi ma"

"Tolongin mama Alka. Dina itu juga adik kamu dia lagi sakit dan badannya panas sekali. Mama takut panasnya semakin naik kalau nggak segera dibawa berobat" mohon Wilda kepada Alka.

Alka meraih satu tangan Wilda lalu menempelkannya ke dahi Alka yang saat itu juga sedang panas.

"Alka juga lagi sakit dan Alka juga masih darah daging mama" ujar Alka menatap dalam mata ibu kandungnya.

Tangan Wilda pun bergerak mengecek suhu tubuh Alka.

"Badan kamu panas seperti Dina. Tapi kamu sudah dewasa kamu bisa tahan rasa sakit itu Ka. Sedangkan Dina? dia masih kecil mama khawatir Ka" jelas Wilda mulai menangis.

Melihat Wilda menangis karena Dina, Alka ikut menangis karena Wilda. Perasaannya hancur setelah mendengar ucapan ibunya barusan, Ia benar-benar seperti seorang putri yang dianggap tidak ada di bumi ini padahal Alka juga darah daging Wilda tetapi perasaannya begitu hancur mengetahui secara langsung bahwa keluarga ibunya sekarang jauh lebih berharga dibanding dirinya.

"Tolong Alka. Tolong" mohon Wilda menggenggam kedua tangan Alka.

"Alka nggak punya uang" lrih Alka dengan suara bergetar tak sanggup lagi untuk berbicara.

"Kamu masih punya handphone kan"

"Mama jual handphone kamu dulu ya. Handphone mama udah mama jual, tapi kamu jangan khawatir nanti mama ganti begitu mama punya uang"

Apa setidak penting itukah Alka dimata Wilda? air mata Alka jatuh semakin deras membasahi kedua pipi merahnya.

Tanpa berpikir lagi Alka merogoh sakunya lalu menyodorkan handphone miliknya kepada Wilda.

"Makasih Alka Mama janji secepatnya akan ganti handphone kamu" janji Wilda sembari memeluk tubuh Alka yang masih terdiam.

Setelah mendapatkan ponsel itu Wilda pun pergi meninggalkannya.

Tak tahu harus kemana lagi Alka berlari menuju sebuah danau. Danau itu adalah tempat yang paling sering dikunjungi oleh gadis tersebut apabila suasana hatinya sedang tidak bagus, di sanalah Alka mengeluarkan seluruh rasa kecewanya.

"AaaAaaaaaagg" teriak Alka sembari terus menangis.

"Aku ini siapa? aku putri mu juga! lihat lah aku sekali aja. Anggap aku hidup di dunia ini!" teriaknya sekuat mungkin.

Kedua kaki Alka secara bersamaan menjadi lemah sehingga ia terduduk di atas rumput yang ada di sana. Wanita manis itu terlihat sangat kacau sekarang, yang bisa ia lakukan hanya merenungi nasibnya sebagai seorang anak broken home.

Setelah meluapkan semua kekecewaannya tiba-tiba seseorang datang dan duduk tepat di samping Alka.

Alka yang mendapati seorang pria di dekatnya sontak menghapus air matanya yang telah banyak keluar.

"Tukang nangis" cibir Aldric.

"Tukang buntut" cibir Alka balik.

Alka menghapus air matanya sekering mungkin ia tak ingin Aldric terus mengejeknya.

...****************...

Seseorang berlari tergesa-gesa memasuki sebuah kafe. Ia terus berlari sampai menemui seorang pria yang tengah duduk di salah satu bangku kafe.

"Sorry ya Han aku telat nemuin kamu" ucap Alka dengan nafas tidak teratur karena berlari.

"Gapapa aku yakin kamu datang makanya aku nunggu" jawab Farhan sembari meminta Alka untuk duduk.

Alka menuruti perintah Farhan untuk duduk kemudian Farhan memesankan minuman untuk Alka.

"Oiya, kamu ada nulis novel baru nggak?" tanya Farhan.

"Ada cuman belum selesai semua part" jawab Alka semangat.

"Boleh Aku liat?"

Alka mengganggukan kepalanya sebagai jawaban lalu wanita itu merogoh tasnya hendak mengeluarkan laptop.

Akan tetapi tangannya tanpa sengaja menyentuh barang lain. Alka mengerutkan dahinya ketika melihat sebuah handphone berada di dalam tasnya.

"Kamu handphone baru?" tanya Farhan disertai senyum bahagia.

Tak bisa menjawab Alka memilih bungkam.

Ia memeriksa kontak pada ponsel tersebut dan ternyata hanya ada satu kontak atas nama Aldric di sana.

Alka menyimpan kembali ponsel itu kemudian berganti mengeluarkan laptop.

Kini Farhan sedang membaca cerita pada laptop Alka dengan tenang sementara Alka sibuk memikirkan bagaimana ponsel itu ada di dalam tasnya dan untuk apa Aldric menaruhnya di sana.

Farhan membaca semua part yang ada sekaligus saat itu juga karena ia menikmatinya.

"Kamu benar-benar berbakat loh dalam menulis" puji Farhan membuat Alka tersenyum.

"Masih belum begitu mahir kok" Alka merendah.

"Gapapa lama-lama pasti makin bagus"

Alka mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ka besok free nggak?"

"Hm iya lagi nggak kerja"

"Besok ikut Aku liburan yuk" ajak Farhan.

"Enggak deh Han, sorry"

"Ya aku tahu kamu sering liburan karena kerja kamu sebagai tour guide tapi ayolah kita udah lama nggak liburan bareng" bujuk Farhan agar gadis didepannya luluh.

"Han sorry "

"Ka please"

Lama kelamaan Alka tidak tega melihat Farhan memohon seperti itu. Lagian selama ini Farhan orang yang selalu memberinya semangat sekaligus mendukung apapun yang dilakukan Alka selama itu positif.

"Okey"

Jawaban itu lah yang ditunggu oleh Farhan sedari tadi, saat ini ia legah dan senang usai mendapat jawaban dari wanita di hadapannya.

"Yes Yaudah sekarang aku antar kamu balik ke apartemen ya. Udah malam" ujar Farhan lembut kepada Alka.

"Iya"

Di dalam perjalanan Farhan selalu membuka suaranya terlebih dahulu agar suasana mobil tidak sepi. Karena telah terbiasa bersama Farhan Alka pun tampak nyaman.

Hingga tiba di apartemen Alka langsung turun dari mobil Farhan. Setelahnya pria itu pamit meninggalkan area apartemen bersama mobilnya.

Alka bergegas memasuki apartemen namun ia bukan masuk ke apartemen tempat Ia tinggal melainkan apartemen tempat Aldric tinggal.

Wanita manis itu menekan bel hingga beberapa kali, tak lama pintu di buka oleh seorang pria yang terlihat baru saja terbangun dari tidurnya dan itu karena Alka.

"Maksudnya apa sih Lo masukin handphone ke dalam tas Gue?" celoteh Alka begitu Aldric muncul di ambang pintu kamarnya.

Aldric belum juga menjawab pertanyaan Alka hingga membuat gadis itu semakin kesal.

"Jawab!" teriak Alka kencang.

Tanpa basa-basi Aldric menarik Alka masuk ke dalam apartemennya. Alka memberontak karena tindakan Aldric barusan tetapi bagi Aldric lebih baik jika Alka teriak di dalam apartemen pribadinya daripada di luar seperti tadi.

"Buka pintunya cepetan. Woii Aldric!" perintah Alka semakin berontak.

"Sttt"

"BUKA"

"Kalau Lo terus memberontak kayak gini, Lo bakal tetap terkunci semalaman disini sama Gue" ujar Aldric berjalan kearah sofa lalu duduk memandangi Alka.

Alka membuang nafasnya panjang dan kasar.

Wanita itu berusaha menenangkan dirinya sendiri. Setelah lebih tenang Alka memutuskan untuk duduk di samping Aldric.

"Jadi kenapa Lo taruh handphone ini ke dalam tas Gue?" tanya Alka jauh lebih tenang.

"Buat Lo"

"Kok buat Gue?" ulang Alka.

Tiba-tiba saja sesuatu terlintas di pikiran Alka saat ia tengah berbicara dengan Aldric.

"Lo pasti lihat Gue sama nyokap Gue kan tadi?" tebak Alka.

"Iya karena nyokap Lo ambil handphone Lo jadi Gue beli itu untuk Lo" jelas Aldric menatap dalam ke arah gadis tersebut.

Sempat membalas tatapan dalam Aldric itu namun beberapa saat Alka menormalkan kembali pikirannya.

"Kalau gitu makasih tapi Gue bisa beli sendiri" tolak Alka sembari menyodorkan handphone milik Aldric itu.

"Lo butuh ini, Gue tahu" ucap Aldric.

"Please Gue mau balik ke kamar Gue sekarang" alih Alka yang telah berdiri dari duduknya.

"Lo bisa balik ke kamar Lo asal handphone ini Lo terima, gimana?" tawar Aldric.

"Sekali Gue bilang enggak ya enggak" cetus Alka.

Sejujurnya Aldric Senang jika Alka bertingkah seperti itu pria tersebut dapat mengikuti permainan Alka dengan baik.

"Yaudah Lo tidur di sini"

CTEK..

Seketika ruangan berubah menjadi gelap karena Aldric mematikan saklar lampunya.

"Oke Gue terima handphonenya tapi bakal Gue cicil" pasrah Alka sebab menurutnya Aldric sudah mulai bertindak jauh.

Ruangan kembali terang, Aldric tersenyum manis mendengar jawaban dari teman kecilnya itu. Sesuai janjinya Aldric membukakan pintu kamar apartemennya.

Kemudian bagaikan petir Alka berlari keluar dari ruangan itu menuju kamar pribadinya.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Gue gak butuh ibu kayak dia
Gituin besok besok

2023-07-11

0

Ayano

Ayano

Gak guna banget ibunya kalo mau minta duit

2023-07-11

0

Vincar

Vincar

tega banget sih mamanya...

2023-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!