About You : Cinta & Pengorbanan

About You : Cinta & Pengorbanan

Pria Ditengah Malam

Peron kereta api sudah tidak seramai tadi. Memasuki rute terakhir pada jam sebelas malam, tidak sulit untuk mencari kursi kosong. Hanya beberapa penumpang yang masih setia duduk disana, beberapa tertidur, sibuk dengan ponselnya, berkomunikasi, atau sekedar mengitari pandangan pada gerbong sederhana kereta bawah tanah itu.

Younha duduk pada salah satu kursi agak belakang. Ia sedikit mengerang halus saat punggung lelahnya bersandar pada dudukan kursi sesekali mengusap lengannya yang merinding. Musim semi di Korea telah tiba, hawa disana masih sedingin musim salju walau tak begitu menggigit.

Hari ini Younha hanya berpakaian kantor sederhana, celana kasual hitam panjang dengan atasan kemeja putih sedikit bercorak abstrak lengkap dengan renda ringan pada bagian leher. Penampilannya sangat cocok dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai.

Saat ingin memejamkan mata sejenak tanpa sengaja monolidnya menangkap poster drama terbaru dengan genre komedi romantis, bibir cherrynya perlahan menyungging senyum tipis. Dalam sandarannya, poster itu nampak aestetik. Dua tokoh utama terlihat sangat manis walau hanya duduk bersama di sebuah kursi taman yang panjang. Memang chemistry itu luar biasa, dapat memikat siapapun yang melihat kemanisannya.

Drrttt......Drrttt.....

Segera setelah ia merasa ada getaran pada ponselnya, Younha membuka tas kerja yang ada di pangkuannya kemudian mencari benda yang menimbulkan suara getar itu. Senyuman yang terulas beberapa menit yang lalu perlahan memudar saat mendapati nama kontak yang memanggil. Tanpa peduli, ia mengabaikan ponselnya begitu saja. Namun panggilan itu tiada henti, dengan malas Younha menempelkan ponsel dengan sedikit daya itu ke telinganya.

"Halo?"

"Oh sudah diangkat." Suara berat dari seberang terdengar agak terkejut saat panggilannya terjawab. "Hm, bagaimana ya? Kamu belum pulang?"

"Bisakah kamu langsung ke intinya saja?" Ucap Younha agak gereget. Jujur ia malas mendengar suara pria itu. "Aku masih perjalanan. Ada apa?"

"Bisakah kamu yang menjemput anak-anak?"

Younha reflek mendongak dengan dahi mengernyit. Ia menatap ponselnya sekilas dan melihat bahwa kini sudah pukul sebelas malam lewat dan pernyataan "Bisakah kamu menjemput anak-anak." adalah suatu hal yang perlu penjelasan.

"Kamu belum menjemput mereka?" tanya Younha sebal. "Bukankah kamu berkata punya waktu? maka dari itu aku ambil lembur hari ini."

"Ya, tadinya begitu. Tapi mendadak aku harus pergi, ada sedikit urusan."

"Ini sudah sangat larut, apa kamu tidak memikirkan anak-anak?" Lanjutnya. "Harusnya kamu bilang dari tadi, maka aku tidak jadi ambil lembur."

"Maaf baru memberi kabar, aku terlalu fokus pada pekerjaanku." Nada suara si pria menyesal. "Tak apa, Mirae menyukai anak-anak. Dia tidak akan keberatan. Baiklah itu saja, aku harus pergi sekarang."

Younha memutus sambungan tanpa peduli. Ia berdecak, emosinya semakin naik setelah seharian bekerja. Younha menghembuskan nafas kasar, mengusap wajah kusut dan lelahnya sambil mengulum bibir bawahnya cemas, ia tidak enak dengan Mirae.

Ponsel tak bersalah itu ia banting kedalam tas dan menjadi korban atas kekesalanya. Demi Tuhan, wanita itu ingin menjerit agar seluruh dunia tahu bahwa ia sangat lelah.

...*****...

"Maafkan aku Mirae."

Younha mengemong bayi tujuh belas bulannya yang tengah terlelap ditengah ranjang milik Mirae saat ia akan membawanya pulang ke rumah mereka sendiri. Tidur Seojun tidak terusik di bahu mamanya, namun Yeonjun terpaksa dibangunkan sebab Younha tidak bisa menggendong kedua putranya sekaligus. Yeonjun anak pertama, bocah empat tahun itu seringkali dikorbankan untuk hal-hal seperti ini.

"Tak apa, mereka tidak rewel kok." Ucap Mirae mengancingkan mantel mungil ke tubuh Yeonjun yang masih mengucek mata. Anak itu juga sudah terlelap tadi. "Bahkan tidak masalah jika mereka menginap di apartku. Jinan tidak pulang malam ini, ada piket jaga di kepolisian. Kamu juga boleh menginap Younha, aku akan menjaga mereka selagi kamu beristirahat."

Younha tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak perlu Mirae, aku tidak mau merepotkanmu, kamu pasti juga lelah seharian menjaga mereka. Dan juga aku akan menitipkan mereka ke Daycare milik Eunseo mulai besok." lanjut Younha menpuk-puk punggung Seojun yang mulai terbangun. "Ada banyak hal yang dapat kamu lakukan selain menjaga mereka. Aku tidak mau waktumu terhambat."

"Hei, kenapa menurutmu menjaga mereka merepotkan? Aku senang bersama Seojun dan Yeonjun. Mereka anak yang baik." sanggah Mirae mengusap helai rambut Yeonjun. "Titipkan saja mereka padaku, kamu jangan khawatir. Aku malah senang dapat bermain dengan mereka. Dan juga kebanyakan Daycare tutup jam sembilan malam, bagaimana jika kamu tiba-tiba lembur seperti ini?"

"Mama, kakak mengantuk." Yeonjun mengerakkan jemari Younha yang memang sedang bocah itu genggam dari tadi.

"Sebentar aku ambil kunci mobil dulu."

Younha langsung menahan tangan Mirae yang akan beranjak hingga ia berbalik badan lagi. Ia tidak ingin terus merepotkan istri sahabatnya itu. Walau Mirae berkata tidak keberatan, namun hati Younha yang merasa berat. Hidupnya sudah penuh kesusahan dan ia tidak ingin orang lain ikut susah juga karenanya.

"Tidak perlu Mirae, kami akan jalan saja. Apartku dekat dari sini." Ujar Younha. "Ini sudah malam dan kamu pasti kelelahan setelah seharian menjaga mereka."

"Younha, justru ini sudah malam maka aku akan mengantarmu. Apa yang harus kukatakan pada Jinan jika dia tahu kamu pulang seperti ini." Mirae berjongkok dihadapan Yeonjun yang terlihat beberapa kali menguap, bocah itu bersandar pada kaki sang ibu. "Lihatlah, kasihan Yeonjun harus berjalan dalam keadaan mengantuk seperti ini. Jangan sungkan Younha, jadi biarkan aku mengantar kalian, hm?"

"Aku pasti sangat merepotkan, ya?" Lirih Younha menahan sendu. Mata lelah itu begitu jelas, mengisyaratkan kesedihan yang mendalam.

Mirae bangkit, kedua tangan ramping itu terulur untuk memeluk Younha sekilas. "Kamu selalu berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan perasaanmu. Tapi tidak dihadapan ku Younha." Senyum cantik terukir indah dari bibir Mirae, sedikit membawa ketenangan untuk Younha. "Aku juga perempuan. Aku tahu apa yang kamu rasakan. Jadi, jika kamu butuh teman bicara katakan padaku. Aku akan selalu mendengarmu, dan janganlah sungkan. Aku juga ingin dekat denganmu sama seperti Jinan."

Pelupuk mata Younha terasa sudah penuh, buliran air mata ingin berdesakan keluar. Mirae orang yang sangat baik dan lembut, Younha bersyukur sahabatnya dapat bersanding dengan wanita berhati bidadari seperti Mirae. Namun Younha terkadang iri dengan istri sahabatnya itu, andai ia juga menerima cinta yang sama mungkin Younha tidak akan serapuh ini.

Harapannya hanya seutas do'a yang selalu ia panjatkan pada Tuhan.

Younha melirik putra pertamanya dengan binar sayu, kemudian berganti pada Mirae sambil mengucapkan terimakasih. Istri sahabatnya itu tersenyum dan bergegas mengambil kunci mobil dari kamarnya lalu mengantar mereka pulang.

...*****...

"Kakak tidak bisa tidur lagi."

Younha menatap wajah anak pertamanya itu kemudian tersenyum simpul, mengusap kepala dan pipinya bergantian. Bagaimana mungkin wajah gembil dengan mata sayu itu berkata tidak bisa tidur?

"Mau tidur sama mama?" bujuk Younha yang tengah berjongkok mengancingkan piyama bermotif bulan sabit pada Yeonjun. Putra pertamanya itu memang masih kecil, namun Younha merasa hati Yeonjun sudah dewasa. Bocah itu tahu saat dimana mamanya sedih, bahagia, lelah, bahkan sakit sekalipun. Walau Younha selalu akting baik-baik saja didepan anaknya, Yeonjun selalu tahu apa yang Younha rasakan.

Yeonjun menggeleng. "Tidak mau, kakak sudah besar. Nanti kasur mama tidak muat."

Tawa lirih Younha keluar otomatis saat mendengar penuturan random putranya. Pipi gembil itu ia cubit kecil untuk menyalurkan rasa gemas. "Kenapa tidak muat? Badan kakak 'kan masih kecil."

"Tidak!" Seru Yeonjun cemberut. "Kakak sudah besar. Kakak bisa gendong adek."

Younha tersenyum, mengusap kepala anak pintarnya lalu menuntun bocah empat tahun itu ke kasurnya.

"Waktu pagi masih lama. Kalau kakak tidak tidur besok mengantuk saat bermain. Mama bacakan dongeng mau?"

Yeonjun cemberut. "Kakak bosan kalau cerita tentang tiga beruang terus."

Younha memilah milih deretan buku yang berada di rak lemari Yeonjun. Beberapa buku dongeng tertata rapi disana. Buku yang diberikan sang ayah saat ulang tahun Yeonjun tahun lalu. Yeonjun sangat suka buku dongeng, walau baru berusia empat tahun namun bocil itu beberapa kali pernah menceritakan pada adik bayinya tentang cerita yang Younha bacakan. Walau kalimatnya acak acakan, Younha sangat bangga pada putra pertamanya itu.

"Bagaimana kalau kisah kancil yang cerdik?"

"Apa itu seru?"

"Mama coba bacakan mau?" Younha menarik selimut sampai bahu Yeonjun dan ketika akan merebahkan diri, tanpa sengaja suara retakan tulang agak nyaring hingga membuat bocah yang tak tahu itu khawatir.

"Mama tak papa?" Yeonjun setengah bangkit untuk memastikan keadaan mamanya. "Mama istirahat saja, tak usah bacakan cerita untuk Yeonjun."

Younha tersenyum. "Kakak penasaran dengan kisah kancil yang cerdik 'kan?"

Yeonjun menggeleng kuat. "Tidak. Mama istirahat saja, Yeonjun takut mama sakit."

"Mama tidak akan sakit hanya karena membacakan dongeng untuk pangeran mama." Younha merebahkan badan kecil itu dan menarik selimutnya kembali. Menpuk-puk punggung si kecil. "Suatu hari dipertengahan musim panas, seekor kancil terlihat sangat kehausan. Karena tidak ada air didekat sana sang kancil pergi mengunjungi desa sebelah."

Younha memulai narasi sambil memfokuskan pandanganya yang kabur efek dari seharian menatap layar komputer. Radiasi layar komputer terasa masih menempel di mata Younha. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sambil melirik putranya, suara lembut itu mengantarkan sang bocil terlelap kembali. Younha mengusap poni Yeonjun dan memberikan kecupan kecil pada pelipis sang putra.

Buku dongeng itu diletakkan kembali pada tempatnya. Younha melangkah tidak lupa mematikan lampu utama kamar meninggalkan suasana nyaman karena temaram lampu tidur kemudian menutup pintu kamar itu perlahan.

Ketika baru saja akan merebahkan tubuhnya sendiri, Seojun menangis dari boks tidurnya. Younha menghela napas panjang. Hatinya dongkol dan serasa ingin meledak. Dia hanya menatap Seojun yang menangis kuat hingga wajah bayi empat belas bulan itu memerah sebab tidak segera ditenangkan.

Younha ingin egois dan mengabaikan anak anaknya sesekali, hidupnya sungguh melelahkan.

"Cup, cup, Seojun mau susu?" setelah menampar dirinya sendiri ia menggendong Seojun keluar kamar. Younha mengambil duduk disofa ruang tengah sambil menepuk-nepuk bayinya yang menyusu. Matanya terasa berat. Seharian bekerja dan kini ia belum istirahat sama sekali.

Younha menatap wajah anaknya sambil tersenyum getir. "Tidak apa-apa nak jika kamu ingin menangis. Dunia ini besar, mereka tidak akan mendengarmu."

Hingga iapun ikut tertidur bersama Seojun dalam emongannya.

...*****...

"Seojun? Dimana Seojun?" tubuh lelah itu langsung panik saat mendapati dirinya sudah berada di kasur kamarnya sendiri sambil kebingungan sebab bayinya sudah tidak dalam emongannya.

Tungkainya segera turun menapaki lantai dingin menuju boks bayi didekat ranjang yang ia tiduri. Hatinya langsung lega begitu melihat Seojun telah tertidur dalam boks tersebut. Ia menaikkan selimut bayinya agar lebih hangat.

Younha mengalihkan pandangannya ke pintu kamar yang terbuka sedikit. Ia mulai melangkah saat mendengar suara dentingan gelas dari dapur dan ruang tengah dengan lampu yang sudah menyala. Atensinya langsung menangkap seorang pria tengah sibuk mengaduk minuman di dapurnya.

"Oh, kamu bangun?" Suara rendah pria yang hanya memakai celana panjang hitam juga kaos hitam polos agak mengagetkan Younha. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari. Mengapa pria itu datang sepagi ini?

"Mau ku buatkan teh?"

Younha mengerjap. "Oh, tidak perlu. Sejak kapan kamu disini?"

"Belum lama, sekitar setengah jam yang lalu" suara khusky itu terdengar hangat dan apa adanya. Masih sama seperti dulu.

Pria itu meletakkan kopi dimeja kemudian duduk pada salah satu kursi diruang makan. Benar-benar tidak menatap Younha, kedua pupil kembar itu hanya terus fokus pada ponselnya.

"Harusnya kamu berhati-hati. Bagaimana jika Seojun terjatuh dari pangkuanmu saat kamu tertidur?"

"Maaf, aku terlalu kelelahan."

"Kamu selalu berkata seperti itu."

Seketika Younha menatap pria di hadapannya tajam. Apakah berkata jika dia lelah adalah hal yang salah? sehingga orang lain yang tidak tahu kesehariannya dengan mudah berkata seperti itu. Younha merotasikan bola matanya, ingin beranjak untuk tidur lagi dan mengabaikan pria itu.

"Kenapa kamu datang kesini sepagi ini?" tanya Younha menghentikan langkahnya sejenak.

"Aku membawa beberapa buah untuk Yeonjun juga susu Seojun." Pria itu menunjuk bungkusan plastik disofa ruang tengah dengan dagunya.

"Bukankah tadi kamu bilang ada urusan?"

"Aku sudah menyelesaikannya dan mampir kesini." Jawab si pria sambil menyeruput kopinya. "Tidurlah jika kamu lelah. Nanti aku akan pulang saat subuh."

"Kamu tidak ingin melihat anakmu dulu?"

"Mungkin lain kali. Aku belum ada waktu, jadwal penerbanganku jam enam pagi dan mereka belum bangun saat itu."

Satu alis Younha menukik, tidak ingin mendengarkan alasan dari pria itu. Ia mulai melangkah memeriksa bungkusan plastik disofa ruang tamu kemudian membawanya ke dapur untuk diletakkan pada tempatnya. Buah buahan, susu Seojun, beberapa bumbu dapur dan tidak lupa vitamin penambah darah. Younha melihat tablet vitamin itu sejenak dan memandang si pria bergantian. Pria itu memang tidak pernah menanyakan kesehatannya namun ia selalu tahu apa yang Younha butuhkan.

Juga hal sesederhana ini yang membuatnya tidak bisa membenci suami yang telah meninggalkannya.

...*****...

Terpopuler

Comments

saltedeggloverr

saltedeggloverr

semangat kakk

2023-05-09

0

Sumi Ati

Sumi Ati

ceritanya bagus kak,,,saling bantu ya,,semangaaaat kak🥰🥰🥰🥰🥰

2023-05-09

0

Weng Candra

Weng Candra

bagus ceritanya, hebat penulis

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!