Sinar matahari pagi dengan lembut membelai kulit bening Younha yang masih bergulat dengan selimut. Mata cantik itu perlahan terbuka, agak menyipit saat cahaya lurus langsung mengenai retinanya. Pagi benar benar sudah tiba, gorden panjang dibalik jendela kaca lebar itu telah terbuka memperlihatkan keindahan dunia dari balkon apartemen lantai lima yang ia tinggali.
Kedua mata Younha mengerjap kecil saat ia merasa sedikit pusing dan kurang sadar. Efek minum semalam membuatnya Overheng dan tertidur pulas.
"Aduh, pusing banget." Keluh Younha memegangi kepalanya. Perlahan ia menyibakkan selimut dan langsung terjengat saat mengingat bayinya. Semalam ia benar-benar pulas tanpa terusik sedikitpun.
Tungkainya mulai menapaki lantai putih marmer menuju boks bayi disamping ranjangnya hingga ia terbelalak saat sang putra tidak ada disana. Younha menyusun ingatan semalam, apakah Mas Jihoon masih disini?
Dengan langkah tergesa Younha memanggil Yeonjun disepanjang lorong menuju dapur sebab Yeonjun sudah tidak ada di kamarnya juga. Dan langkah Younha semakin mantap saat mencium aroma roti panggang juga suara kelontangan perkakas dapur yang beradu.
"Mama!!" Seru Yeonjun yang tengah asik bermain dengan adiknya di karpet ruang tengah sambil menonton kartun mingguan. Beberapa mainan juga berserakan disana. "Kami sudah mandi. Ayah yang memandikan karena mama lama bangunnya."
Tegas Yeonjun datar yang membuat Younha agak malu. Ia melirik jam dinding lalu melotot tak percaya. Sudah pukul setengah sembilan pagi dan Younha baru bangun, sungguh tidak terduga. Bagaimana bisa seorang wanita bangun kesiangan?
Younha melangkah lagi menuju ke dapur, seorang pria tampak sedang asik membuat susu bayi sambil bernyanyi ria dengan senyum tersungging di bibirnya. Hanya dengan kemeja sederhana yang lengannya dilipat sampai siku terlihat elegan dan kekinian. Jika orang tidak tahu pasti mengira pria itu masih lajang saking gaulnya.
"Senang sekali?" Younha ngambil air dingin dari kulkas.
Jihoon menoleh dan baru menyadari Younha disana. "Sudah bangun?" Celetuknya sambil mengaduk satu botol kecil susu bayi. "Aku kira kamu akan betah tidur sampai sore. Maka aku akan menculik anak-anak seharian." goda Jihoon terkekeh.
Younha berdecih. "Ih, sembarangan. Minta izin pun aku tidak mau anakku bersamamu kelamaan." Sanggahnya sedikit melirik Jihoon, Younha melihat tiga botol Soju telah dirapikan dari meja dapur dan saat itu juga ia mencoba mengingat peristiwa semalam. Mengingat perkataan apa saja yang ia lontarkan saat mabuk. Tiba-tiba Younha pening, semoga ia tidak melakukan hal aneh dan ingatan itu sampai saat Younha akan tertidur, kalimat itu mengiang di kepalanya.
"Sleep with me tonight."
Younha reflek memukuli kepalanya sendiri seolah frustasi. Jihoon yang sudah selesai pun ikut menoleh pada Younha. "Kamu ini kenapa?" Jihoon mengernyit. "Lebih baik kamu bergegas mandi dan bersiap, Yeonjun mengajak jalan jalan hari ini dan aku memang sudah berjanji 'kan?"
"Kenapa harus denganku?" Tanya Younha sambil mengikat rambut panjangnya. "Aku sibuk. Hari Minggu adalah waktuku untuk bersih-bersih rumah, jika kamu mau ajak mereka bermain tak apa. Tapi aku tetap tidak bisa."
Jihoon mendengus kasar. "Yeonjun yang mengajak. Jika tidak percaya tanya saja pada putramu. Tiga puluh menit, tidak lebih."
Younha berdecak, segera bersiap seperti apa yang pria itu katakan. Dalam hati ia agak bahagia, hal yang selalu ia nantikan yakni pergi bersama sebagai satu keluarga yang utuh. Hal yang belum pernah terjadi sejak putra keduanya lahir. Younha mengerjap, perlahan senyum indah itu terukir dari pantulan cermin rias dihadapannya.
"Sudah siap?" Tanya Jihoon dari ambang pintu kamar. "Yeonjun sudah lapar katanya. Kita sarapan diluar saja."
"O-Oh, ya." Younha tersentak kaget dan buru buru menutup pelembab bibir berwarnanya. Dia tidak tahu riasannya berlebihan atau tidak. Jihoon muncul tiba-tiba di pintu kamar setelah membuatkan susu Seojun. Dengan anggukkan seadaanya, Younha meraih tas kecilnya diatas ranjang lalu menyusul Jihoon diambang pintu.
"Kenapa masih berdiri disini?" Tegur Younha saat Jihoon malah asik bersandar di pintu itu sambil bersedekap.
"Hanya takjub, kamu masih sama seperti dulu. Tetap cantik." Jihoon berkata sambil bersmirk.
"Basi." Younha merotasikan mata, lalu melewati bahu mantan suaminya itu tanpa peduli.
...*****...
"Hati hati ya." Younha mengeratkan pengaman badan pada kedua putranya terutama si kecil Seojun saat mereka sedang naik komedi putar yang berbentuk kursi kecil. Setelah sarapan di salah satu restoran mewah di kota Seoul, mereka melanjutkan bermain di Lotte World seperti yang Yeonjun inginkan.
Hari ini Jihoon sengaja mengajak dua maid kepercayaannya untuk momong Yeonjun dan Seojun. Bukan tanpa alasan, pria itu sengaja agar bisa menikmati waktu bersama Younha walau wanita itu hanya cuek dan dingin kepadanya.
"Mau berkeliling?" Tawar Jihoon dengan nada meyakinkan. "Anak-anak sudah aman. Percuma jika kita hanya diam menunggu mereka bermain. Lagipula ini hari Minggu, bukankah kamu butuh refresh pikiran juga."
Younha agak menahan nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Aku makin banyak pikiran jika dekat denganmu. Ini tempat umum, bagaimana jika ada karyawan kantor yang juga datang kesini lalu memergoki kita jalan berdua?"
"Aku akan melindungimu."
"Melindungi apanya?" Younha mengernyit, agak menghakimi mantan suaminya itu. "Yang ada mereka mengira aku sebagai perebut kekasih orang. Apalagi kisah cintamu dengan Hyejin 'kan sangat populer di kantor."
Jihoon menghembuskan nafas kasar, hanya menanggapi omongan Younha dengan candaan pengalihan disepanjang jalan mengitari taman bermain itu. Mereka saling berbincang, terkadang Jihoon kegirangan seperti anak kecil dan sukses membuat Younha tersenyum balik. Mereka juga mencoba bermain wahana sederhana, seperti menembak kaleng, melempar bola, hingga busur panah mini.
Younha sangat antusias, ia beberapa kali berteriak menyemangati Jihoon seolah masalah antara mereka tidak pernah ada.
"Wah, aku tidak menyangka permainan itu sulit. Kukira mudah mudah saja." Tukas Younha sambil makan es krim saat mereka selesai bermain wahana dan mendapat satu boneka beruang yang kini dipeluk Younha.
"Benar 'kan. Aku memang hebat sejak awal." sahut Jihoon kepedean.
"Ih bukan hebat, hanya beruntung."
"Tetap saja aku hebat." Sanggah Jihoon mengangkat bahunya sombong. "Kamu tidak lihat bagaimana aku berhasil mengalahkan bapak tadi?"
Mendengar itu Younha tertawa. "Kamu harusnya lihat berapa usia pak tua tadi. Tangannya saja sudah keriput, mau dibandingkan dengan kekuatanmu yang masih muda. Apakah itu adil?"
"Adil menurutku. Kita sama-sama lelaki."
"Terserah kamu deh." Younha pasrah.
Jihoon ikut terkekeh, sedikit melirik wajah bening Younha yang tampak bahagia ikut membawa pria itu mengulas senyum puas. Tangan kekar itu perlahan mengusap sisa es krim di pucuk bibir Younha dan membuat wanita itu reflek menoleh.
Pandangan mereka terjalin lama, dan entah mengapa Younha sangat betah menatap mata indah itu seolah tidak bisa memutus benang tak nampak pada mereka. Jihoon juga tersenyum memindai setiap inci wajah Younha yang terlihat sangat cantik. Jujur pria itu masih mengagumi sang mantan istri.
"Oh, kita harus menjemput anak-anak." Sahut Younha mengalihkan, memutus tatapan itu lalu memulai langkah duluan.
...*****...
"Mereka sudah tertidur?" Kata Jihoon dari sofa ruang tengah saat Younha baru saja keluar dari kamar Yeonjun untuk menidurkannya.
"Ya, kamu juga harus segera pulang dan istirahat karena besok bekerja." Tukas Younha sambil membereskan mainan sang putra.
"Tidak bisakah kita bicara?"
Younha mendengus pelan, sedikit melirik Jihoon disofa. "Kamu kira sekarang aku sedang bicara dengan siapa?"
"Aku khawatir padamu." Sahut Jihoon random, namun bibirnya mengulas senyum.
"Khawatir untuk apa?"
"Semuanya yang berhubungan denganmu."
Younha mengernyit dan hanya tersenyum remeh. "Apakah kamu tidak berfikir jika semua rasa khawatir dan pedulimu itu sudah terlambat." Jelasnya dengan intonasi rendah. "Hubungan kita hanya sebagai orang tua Yeonjun dan Seojun."
"Hanya—" Jihoon menjeda kalimatnya beberapa detik. "—aku tidak bisa berbohong untuk tidak khawatir. Kita tidak sedekat dulu dan kamu jarang berada di dekatku. Aku hanya merasa kita mulai jauh."
Younha menghela nafas panjang, mulai duduk disamping sang mantan suami. "Jangan merasa seperti itu. Kamu ayahnya anak-anak Mas, aku tidak akan membatasimu dengan mereka karena kamu juga punya hak. Kapanpun kamu merindukan mereka aku akan selalu memberi izin agar mereka bisa bersamamu."
Ia menatap Jihoon lekat, seolah menyalurkan rasa hatinya bahwa ia juga ingin selalu dekat dengan pria itu tapi apa itu mungkin. Kini Jihoon sudah punya kekasih yang lebih dicintai daripada Younha dulu.
"Sebaiknya kamu segera pulang. Apa kamu tidak tahu rasanya diam-diam bersamaku seperti ini hanya akan menimbulkan salah faham bagi Hyejin." Younha mengingatkan. "Aku pernah ada diposisi ini dan kamu tahu rasanya? Sangat sakit Mas."
"Younha—"
"Cintai Hyejin dan jagalah perasaannya seperti dulu kamu berkata benar benar mencintainya." Pandangan mereka bertemu intens, sangat jelas dimata Jihoon bahwa Younha menahan tangis disana.
"Jangan lakukan kesalahan yang sama seperti dulu. Perlakukanlah Hyejin dengan baik, Mas. Berikan ia cinta setiap hari seperti kamu mencintainya dulu." Younha tersenyum getir. "Kalian saling mencintai sejak dulu."
Jihoon hanya terdiam mendengar perkataan Younha yang semuanya benar. Tidak berani menyanggah satu kata pun saat wanita itu mulai bangkit dan memulai satu langkah menuju kamar.
"Masihkan tersisa?" Jihoon berkata ragu "Adakah sedikit cinta untukku?"
"Tidak." Jawab Younha lugas. "Kita sudah masing-masing."
Ia melanjutkan langkah, menutup pintu kamarnya lalu bersandar sejenak sembari memegangi dadanya yang sesak. Dalam lubuk hati Younha berteriak bahwa masih ada, masih ada cinta untuk Jihoon dibenak Younha dan itu hal mustahil untuk diungkapkan.
Younha hanya berusaha menahan semuanya, mengubur dalam-dalam cinta yang telah berlalu dihidupnya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Budhesweet
Younha kok tegar bngt sih
2023-04-07
0
Feisya Caca
sebenarnya masih ada cinta yang tersisa, pasti jihoon ada rasa menyesal karena masa lalu.. tpi sudah terlanjur berpisah.. jangan sampai Younha masih terjebak dimasa lalu..
2023-03-16
2
Bertran Balqis
Nyesek bgt akhiran chap ini. Jihoon tuh gimana sih?😠
Wanita sebaik Younha malah ditinggalin, nyesel kan endingnya.😭
2023-03-16
1