ANDAI AKU SEMPURNA
..."Andai aku sempurna, Tuhan."...
...-Alan Angkasa Putra-...
...********...
Atma Alan hancur, kala menyaksikan satu-persatu tubuh disiksa bahkan sampai meregang nyawa di hadapan bola matanya sendiri. Laki-laki itu menjerit tangis, pada seorang pria yang melakukan semua ini.
"KAKAK BERHENTI KAK!" suaranya parau, deraian air mata semakin meluncur deras membasahi pipinya. Tak banyak yang bisa Alan lakukan, selain berteriak tidak berdaya di atas kursi rodanya.
Sekali lagi... sekali lagi ia melakukannya.
...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...
//Tok tok tok// terdengar suara ketukan berasal dari pintu kamar.
"Tuan Alan, Tuan! Ayo bangun Tuan! Anda harus segera berangkat ke sekolah," panggil pelayan, membuat remaja laki-laki tampan berkulit putih dengan dua lesung pipi manis itu, perlahan membuka kedua matanya.
-Di dalam kamar Alan.
"Hoam," Alan perlahan membuka mata, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar yang masih setengah sadar, ia mencoba untuk duduk tetapi....
"Auchss," desis Alan merasakan sakit di bagian punggungnya.
"Ck sial, punggung gua masih sakit," batin Alan mendecak.
Alan kembali merebahkan tubuhnya pelan-pelan, ia kembali teringat akan kejadian kemarin yang menimpa dirinya.
Kemarin di sekolah, Alan di bully lagi oleh teman-temannya di kelas, ia didorong dari kursi roda hingga Alan terjelungap jatuh, sehingga membuat punggungnya memar kebiruan.
Alan berbeda dengan anak-anak yang lain, disaat mereka semua bisa berjalan dan berlari sesuka hati mereka, Alan hanya bisa duduk manis di atas kursi rodanya, meratapi kesedihan melihat kedua kakinya yang lumpuh itu.
"Gua gak bakal biarin Kak Elang tahu, tentang hal ini," gumam Alan ketakutan, seraya meremas erat selimut yang membalut separuh tubuhnya.
Mengapa si Kakak Elang tidak boleh sampai tahu?
Tentu saja, karna Alan sang Adik sudah mengerti apa yang akan Kakaknya itu lakukan.
Sudah banyak orang yang pernah merasakan kekejaman Elang sang Kakak, sedangkan Alan sang adik hanya bisa duduk diam di kursi rodanya, menangis dan berteriak berharap Elang bisa menghentikan semua perbuatannya.
Karna menurut sang Kakak Erlangga Mahesa Putra 'Elang', "tiada kata ampun untuk siapapun yang berani mengganggu Adiknya."
Mungkin Elang akan masih sedikit berbaik hati kepada seseorang yang berani mengganggu Alan, memberikan secuil harapan kepadanya walaupun masih dengan cara yang kasar.
Dengan menyeret atau menjambak orang tersebut ke hadapan Adiknya, memintanya untuk mengatakan kata 'maaf' dengan tulus, maka Elang akan melepaskan orang tersebut.
Tapi, bagaimana kalau orang itu tidak mau melakukannya dan malah memilih untuk memberontak?
Singkat, 'dor' biar pistol yang berbicara!
"Siaall!" ucap Alan kesal sambil mengacak-acak rambutnya, ia tak mau lagi ada seseorang yang menjadi korban, kekejaman Kakaknya hanya untuk melindungi dirinya.
Alan tahu bahwa Elang melakukan ini semua hanya semata-mata untuk melindungi dan menjaganya, tapi menurut dia caranya saja yang salah.
"Apa Alan sudah bangun?" tanya seorang lelaki berbadan proporsional berwajah tampan berkulit putih, dengan rahangnya yang tegas dan manik matanya yang tajam seperti namanya 'Elang'.
Elang yang sudah berbaju rapi, siap berangkat ke kantor, tapi masih menyisihkan waktunya untuk melihat keadaan si Adik apakah ia sudah bangun atau belum.
"Tu-Tuan Elang," seketika pelayan tersebut langsung menunduk, memberi hormat kepada tuannya.
"Sa-saya tidak tahu Tuan, sedari tadi saya mengetuk pintu dan memanggil nama Tuan Alan, ta-tapi masih tidak ada jawaban," sambungnya terbata-bata.
"Hm, pergilah, lanjutkan tugasmu!" titah Elang penuh penekanan.
"Ba-baik tuan," jawab pelayan tersebut ketakutan, mendengar suaranya saja sudah membuat wanita itu bergidik ngeri.
//Tok tok tok// suara ketukan pintu.
"Alan Alan Dek, kamu masih tidur?" panggil Elang dari luar kamar, sontak membuat Alan terkejut.
"Gawat," Alan yang panik saat mendengar suara Kakaknya itu, dia langsung pura-pura tertidur, memejamkan matanya rapat-rapat seraya memeluk guling.
"Gak ada jawaban," batin Elang lalu memutuskan untuk membuka pintu kamar Alan.
Elang mengambil langkah, memasuki kamar adiknya. Langkah tersebut semakin mendekat, hati Alan menjadi resah, detakan jantungnya semakin berdegup kencang, ia takut bagaimana kalau nanti Kakaknya mengetahui tentang luka memar di punggungnya ini, jawaban apa yang harus dia berikan?
"Alan!" panggil Elang lembut.
Elang sang kakak mungkin terlihat tegas dan kejam kepada semua orang, dari sorotan matanya saja sudah terlihat jelas.
Tapi, kalau Elang sudah dihadapkan dengan adiknya, maka kata tegas dan kejam itu seketika meleleh, berubah menjadi pribadi yang lebih lembut dan penyayang.
"Alan!" panggil Elang sekali lagi sambil menepuk pelan punggung Alan.
"Auchs," desis Alan pelan, namun masih sempat terdengar oleh Elang.
"Alan, kamu sakit?" tanya Elang curiga.
"Eng... enggak kok kak," jawab Alan terbata-bata, yang masih tak mau menoleh menatap wajah Elang.
"Alan tahan dikit kek, lo laki, cemen banget sih!" batin Alan mengomel.
"Beneran? Kamu gak bohongkan sama Kakak?" tanya Elang memastikan, menaikkan sebelah alisnya.
"Enggak kok Kak."
Tanpa aba-aba 'pak', dengan sengaja Elang menepuk sedikit keras punggung Alan.
"Aahhhh," teriak Alan kesakitan.
"Ck ah," decak Alan seraya mengelus-elus punggungnya yang terasa panas bercampur perih.
"Kenapa punggungmu?" tanya Elang dingin, nada suara Elang menjadi lebih menakutkan tak selembut tadi.
Tiba-tiba, atmosfer di kamar Alan berubah, aura mengerikan sangat terasa, kenapa Elang bisa tahu kalau dia sedang berbohong, padahal Alan sudah berusaha untuk menyembunyikannya.
"Eng... enggak apa-apa kok Kak," jawab Alan mencoba mengelak.
"Benarkah?" Elang tak pikir panjang, ia langsung membuka baju Alan dengan paksa, untuk melihat bagian punggungnya.
"Ja-jangan Kak!" ronta Alan sia-sia, karena tenaga sang Kakak lebih besar.
Elang mengerutkan keningnya, ia tampak sangat marah dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Siapa yang melakukan ini Alan?" tanya Elang penuh penekanan dengan sorotan matanya yang tajam, dari nadanya saja Alan sudah tahu bahwa saat ini Kakaknya pasti sedang marah besar.
"Eng... enggak ada kok Kak, aku gak sengaja jatuh dari kursi roda, ini semua salah aku sendiri kok," jawab Alan mencoba mencari alasan.
"Benarkah? Sekarang kau istirahat saja di rumah, aku akan meminta izin kepada gurumu di sekolah, sekalian mencari anak yang melakukan ini kepadamu," ucap Elang tegas, ia langsung bergegas pergi keluar dari kamar Alan.
"Kak jangan Kak, mereka gak salah!" teriak Alan keras mencoba untuk menghentikan kakaknya.
"Alan, siapapun yang berani mengganggu dirimu, maka mereka pantas untuk mendapatkan balasannya," Ucap Elang pelan namun tajam, lalu ditutup dengan bantingan pintu. //BRAKK//
"Sial Alan, sial!" kesal Alan memukul-mukul bantalnya.
Elang berjalan dengan langkah kaki cepat, keluar menuju mobil putih miliknya yang sudah disiapkan oleh sopir.
"Tuan Elang, hari ini anda ada rapat dengan-"
"Tunda dulu, saya masih ada urusan," potong Elang cepat kepada sekretarisnya yang bernama Ken itu.
"Tapi tuan, ini adalah rapat yang-"
Sekretaris Ken belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi langsung dibalas dengan tatapan tajam penuh peringatan oleh Elang.
"Ba-baik Tuan, saya tunda saya tunda," jawab asisten Ken mengangguk-anggukkan kepala.
"Hampir mati lo Ken!" batin Sekretaris Ken bernafas lega sambil menepuk-nepuk nakal mulutnya itu, setelah berhasil keluar dari situasi menyesakkan tadi.
Bila ada masalah yang menyangkut tentang Adiknya, Elang tidak akan memperhatikan hal yang lain sekalipun itu tentang pekerjaan.
...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚
..
2024-02-18
0
Rum Rigel
deskripsi novel bagus banget. covernya juga menarik xixix jdi pengen baca
2023-09-11
0
Rani_S
aku mampir ya thor
semangat buat karya baru yaa!😊
2023-06-05
0