Eps 3

..."Tersenyum lah seperti dahulu, saat kau berkata kalau aku adalah Kakak mu."...

...-Erlangga Mahesa Putra-...

...********...

Dahulu, Elang memiliki pribadi yang lembut dan penyayang, setiap hari selalu terukir senyuman manis dibibirnya. Bermain bersama Adiknya Alan yang kala itu masih bisa berlari dengan kedua kakinya.

Menikmati dunia luar bersama, tertawa bersama, bermain bersama, dan bahkan berbagi duka mereka bersama. Rasanya semesta hanya milik kedua kakak beradik itu saja. Tanpa Elang, Alan tidak akan bisa hidup, dan tanpa Alan, Elang tidak akan bisa hidup.

Sampai, sebuah tragedi terjadi, disaat Alan menginjak usia dua belas tahun tahun, dan Elang menginjak usia enam belas tahun.

...°•••Flash back•••°...

Pada saat itu, Alan yang gemar akan olahraga atletik lari jarak jauhnya dan bahkan berkali-kali meraih sebuah medali emas.

Alan yang sangat menikmati berlari di atas lintasan dengan kedua kaki sempurnanya. Ia merasa seperti burung bebas dan angin yang menjadi sahabat. Itulah yang Alan rasakan pada saat itu.

Tapi, disaat perlombaan lari jarak jauh tingkat nasional yang akan Alan ikuti dan siap untuk ia menangkan, hanya menjadi impian belaka.

"Alan bangun! Kamu mau lomba ayo bangun nanti telat!" waktu itu Elang tengah sibuk membangunkan Alan, ia takut kalau nanti adiknya akan terlambat mengikuti perlombaan.

"Ah iyah, Alan lupa," panik Alan langsung terbangun dari tidurnya, meloncat dari atas kasur bergegas menuju ke kamar mandi.

"Cepetan siap-siap, kakak tunggu kamu di depan!" ucap Elang.

...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...

Setelah selesai bersiap-siap, Alan segera bergegas berlari keluar dari dalam kamarnya dengan langkah terburu-buru.

"Alan, gak mau sarapan dulu?" tanya Bunda Alan.

"Gak usah Bun, Alan sudah telat, bye Bunda!" pamit Alan masih melanjutkan langkahnya menuju depan rumah, menghampiri Elang yang sudah siap dengan sepeda motornya.

"Ayo Dek cepet naik!" suruh Elang.

"Iyah Kak," angguk Alan.

"Kalian berdua hati-hati yah!" teriak Bunda yang posisinya berdiri di ambang pintu rumah, menghadap ke arah kedua putranya.

"Siap Bun," jawab kedua kakak beradik itu serempak.

/Brrmmm/ mesin pun menyala, Elang melesatkan kendaraan beroda dua itu, mengendarainya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Ayo Kak cepet Kak!" panik Alan yang berkali-kali melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, sial kurang sedikit lagi lombanya akan dimulai.

"Iyah sebentar sabar! Dikit lagi sampai kok!" balas Elang ikutan panik.

"Haduh lima belas menit lagi sudah mau dimulai nih!" batin Alan cemas, ia takut kalau dirinya akan terlambat mengikuti perlombaan.

"Ayo Kak ayo cepetan dikit, entar Alan telat!"

"Iyah Alan sebentar, kakak lagi fokus nyetir jangan diganggu!" balas Elang gelisah, disatu sisi Adiknya harus mengikuti perlombaan yang amat penting bagi hidupnya. Sedangkan disisi lain, Elang harus fokus dengan jalan yang berada di hadapannya sekarang, kalau ia menambah kecepatannya lagi ia takut nanti akan terjadi hal yang tidak mereka berdua inginkan.

Elang menghentikan kendaraannya di depan lampu merah.

"Ck pake lampu merah segala lagi," batin Elang mendecak.

"Aahh tinggal sepuluh menit lagi," cemas Alan semakin panik.

"Udah Ka terobos aja enggak apa-apa!" suruh Alan.

"Jangan Alan tunggu sebentar lagi yah!" jawab Elang menolak.

"Tapi Kak, Kakak mau Alan gak bisa ikut perlombaan! Kakak mau Alan kalah!"

"Kakak mau Alan kehilangan kesempatan buat jadi atlet terkenal!" Alan terus-menerus mendesak Elang, pikiran Elang semakin tertekan.

"Iyah!" jawab Elang membentak.

Akhirnya Elang mengabulkan apa yang Adiknya itu katakan, lampu masih merah tapi Elang langsung menancapkan gas.

Ia tahu ini resiko yang besar, tapi Elang rela melakukan ini semua hanya demi Adiknya.

//Tiinnnn// bunyi klakson truk dari arah berlawanan. //BRUAKKK// sebuah tabrakan terjadi dengan begitu cepat, Elang dan Alan terpental lumayan jauh dari sepeda motor mereka.

Seketika, semua orang langsung berlari mengerumuni tempat kejadian untuk melihat kondisi korban.

"Pak cepat panggil ambulans!"

"Iyah Bu iyah."

"Nak kamu gak kenapa-kenapa?" semua orang menanyakan tentang kondisi Elang, yang matanya masih setengah terbuka dengan posisi tengkurap. Elang tetap diam tidak menjawab, mata lelaki itu terus fokus memandang ke arah tubuh sang Adik.

"A-Alan," Rintih Elang pelan, samar-samar melihat keadaan Adiknya yang sudah tidak sadarkan diri, dengan lumuran darah di bagian kepalanya.

"Bangun Alan, kamu harus ikut lomba kan," sambung Elang mencoba merangkak ingin menghampiri Alan, lalu pandangan lelaki itu perlahan-lahan menghitam.

...********...

"A-aku dimana?" bingung Elang mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Dinding berwarna putih dengan aroma khas seperti obat, serta alat infus yang terpasang di tangannya.

"Elang!" panggil Bunda Elang sembari masuk ke dalam kamar pasien.

"Bun-Bunda?" balas Elang cukup terkejut, melihat kedatangan wanita tersebut.

"Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?" tanya Bunda Elang khawatir, nampak sangat jelas dari sorotan matanya yang sayu.

"Elang sudah baik-baik aja kok Bun, oh yah Bunda, Alan... Alan dimana Bun? Elang harus nganterin Alan ke perlombaan, aku harus pergi sekarang!" ujar Elang mencoba untuk duduk, ia berpikir bahwa dirinya masih harus mengantarkan Adiknya ke perlombaan.

"Tidak perlu Elang," lirih Bunda.

"Bun? Bunda kenapa? Alan... Alan gak kenapa-kenapa kan Bun? Alan harus ikut lomba kan?" tanya Elang bingung, seraya menatap mata sang Bunda yang sendu itu.

"Adikmu tidak akan mengikuti lomba itu Elang."

"Hah tapi... tapi kenapa?" kejut Elang semakin dibuat penasaran bercampur geram.

"Adikmu Alan tidak akan mengikuti lomba itu dari sekarang hingga selamanya, karna... hiks karna dia lumpuh Elang," balas Bunda menumpahkan tangis, tubuhnya langsung tertarik untuk memeluk putra sulungnya tersebut.

"Lu-lumpuh?" batin Elang tertegun.

Apakah akibat tabrakan itu membuat Alan kehilangan kedua kakinya?

"Enggak! Enggak Bun! Alan gak lumpuh Alan sehat! Alan sekarang harus ikut lomba! Alan sudah janji kalau dia bakalan menang!" ucap Elang merasa tidak terima, tanpa sadar bulir air mata mengalir keluar membasahi pipinya.

"Elang Elang sudah, sudah yah mungkin ini sudah menjadi takdir Adik kamu sayang," balas Bunda berusaha untuk menenangkannya.

"Ini semua salah aku Bun! Aku yang membuat Adik lumpuh, aku yang membuat dia tidak bisa mengikuti perlombaan lagi, aku yang biarin Adik tertabrak! Aku sudah buat Alan sengsara," tangis Elang menyalahkan dirinya sendiri. Ia berpikir sebagai seorang Kakak ia telah gagal untuk melindungi Adiknya. Sebagai seorang Kakak ia telah menghancurkan impian Adiknya.

Sedangkan di sisi lain, Bunda tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya diam dengan bulir air mata yang semakin mengalir deras, Ia merasa tak tega, melihat keadaan kedua putranya hancur diwaktu yang sama.

"Ini semua salah Elang Bun! Ini semua salah Elang!"

"Kakak!" terdengar suara yang begitu familiar.

Bunda dan Elang seketika menoleh ke arah sumber suara, terlihat Alan diambang pintu yang sudah duduk dikursi rodanya dengan sang Ayah berdiri di belakangnya.

"ALAN!" teriak Elang langsung turun dari atas tempat tidur pasien, berlari menuju sang Adik, dan menangis sembari memeluk tubuh Alan.

"Alan maafkan Kakak, Kakak sudah gagal, Kakak sudah menghancurkan impian kamu untuk menjadi seorang atlet terkenal."

"Enggak kak enggak, ini semua salah Alan, seharusnya Alan tidak memaksakan Kakak waktu itu," balas Alan mengelus-elus punggung Elang.

"Maaf, maafkan Kakak Alan, mulai sekarang Kakak berjanji akan melindungi kamu semampu yang aku bisa, Kakak tidak akan membiarkan siapapun melukai kamu, itu janji," batin Elang bersungguh-sungguh.

...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...

Sejak tragedi itu, Elang yang bersifat kasar dan tegas pun muncul. Sedangkan, Elang yang hangat dan murah senyum telah lenyap untuk selama-lamanya dari dalam dirinya.

"Sebagai seorang Kakak yang baik aku hanya ingin melindungimu, walaupun dengan cara yang kasar aku tidak peduli, yang terpenting kau aman bersamaku Alan."

Jangan pernah berpikir bahwa aku ini jahat, aku melakukan ini semua hanya karena rasa sayang.

..."Benci aku, silahkan! Tapi aku tidak akan pernah bisa, karna kau adalah Adikku Alan, Adikku yang paling kusayang."...

...-Erlangga Mahesa Putra-...

...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...

Terpopuler

Comments

@tik jishafa

@tik jishafa

krn rasa penyesalan yg teramat dalam Elang berubah..meskipun perubahan itu jg menyakiti adiknya Alan

2023-05-29

2

➳ᴹᴿ᭄𝐊𝐞𝐧💎

➳ᴹᴿ᭄𝐊𝐞𝐧💎

hiks Elang gua suka gaya lo

2023-05-19

0

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

semangat kak untuk novel barunya

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!