"Bro broo!!!!!" panggil siswa laki-laki mengenakan seragam putih abu-abu berlari gelagapan masuk ke dalam kelasnya, bergegas menuju ke sudut ruangan yang sudah terdapat tiga anak laki-laki di sana.
Kedatangan anak tersebut, membuat beberapa pasang mata mengikuti ke mana tubuhnya itu pergi.
"Apaan? Tumben-tumbenan lo telat," tanya murid berambut ikal berkulit sawo matang bernama Aldo.
"Gawat, hosh... pokoknya gawat!!!" jawab Kemal ngos-ngosan, sembari menopang kedua tangannya pada lutut.
"Apanya yang gawat?" sahut laki-laki bermata sipit bernama Ardi.
"Gu-gua takut."
"Takut? Takut apa? Lu dateng-dateng bikin orang heboh aja, lihat noh pada diliatin anak-anak sekelas, artis dadakan yah Bun," celetuk Aldo.
Semua anak yang sadar akan sindiran dari Aldo, langsung kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.
"Kemarin kan, kita berempat habis bully si Alan sampai jatuh dari kursi rodanya, gua- gua takut kalau entar dia ngadu sama Kakaknya," bisik Kemal pelan, ia ketakutan sambil *******-***** jari jemarinya yang berkeringat.
"Yaelah Mal Mal, gitu aja lo takut, santai aja kali, cemen amat lo jadi cowok," ledek Ardi dengan sengaja menepuk keras pundak Kemal.
//Pak//
"Yah biasa aja dong, gak usah gini juga kali!" ujarnya kesal.
"Emang Kakaknya Alan kenapa? Bisa bikin lo ketakutan banget?" tanya Aldo penasaran.
"Kalian berdua gak denger berita dari kelas sebelah?"
"Gak tuh," balas Aldo dan Ardi bersamaan.
"Lo berdua kudet 'kurang update' banget sih jadi orang," ketus Kemal menonyor dahi kedua temannya.
"Yaahh kita berdua mah, bukan cowok tukang gosip kayak lo," timpal Ardi gamblang.
"Dasar lo!" umpat Kemal.
"Jadi gini, gua dapet kabar dari kelas sebelah. Katanya, ada dua anak yang habis bully si Alan. Nah, si dua anak ini yang satu hilang entah kemana dan tidak pernah kembali lagi, dan yang satunya lagi tiba-tiba pindah dari sekolah dengan alasan yang misterius, setelah Kakaknya si Alan datang ke kelas mereka," jelas Kemal panjang kali lebar.
"Emang Kakaknya Alan dateng ke kelas itu ngapain?" tanya Aldo.
"Gua gak tahu, mereka pada tutup mulut, jelasnya itu dua anak tiba-tiba ngilang begitu aja waktu Kakaknya Alan bawa mereka pergi."
"Terus?" tanya Hans pengok.
"Lu jadi orang telmi 'telat mikir' banget sih, kalau seumpama dua anak itu tiba-tiba menghilang dari sekolah, berarti kan si Kakaknya Alan habis ngapa-ngapain mereka," ujar Kemal geram.
"Serius lo?" sahut Aldo tak percaya.
"Yah serius lah, masa iyah hoax. Lo gak percaya sama gua?"
"Lu banyak bohong soalnya, makanya gua susah percaya," cerca Aldo pedas.
"Sialan lo, eh Bima mana?"
"Tuh, lagi ngorok dia," balas Hans sambil menunjuk ke arah anak laki-laki, tengah tidur di dua kursi yang disatukan sambil menutup wajahnya dengan lengan kanan.
"WOY BIMAAA!!!" teriak Kemal seraya menggebrak meja, membuat pria bernama Bima itu tersentak kaget.
"Ck biasa aja kali, telinga gua gak tuli," jawab Bima kesal sembari perlahan duduk "stres dipelihara," umpatnya.
"Eh lu udah denger soal-"
"Udah," potong Bima cepat, mengorek kedua telinganya yang masih berdengung itu.
"Gua udah denger semua cerita lo yang unfaedah tadi."
"Unfaedah lo bilang! Emang lo gak takut?"
"Buat apa gua takut, Adiknya aja lumpuh gitu, gimana Kakaknya coba, pasti cemen lah, udah dibuat santai aja, kakaknya si Alan pasti gak ada apa-apanya," balas Bima tersenyum remeh.
...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...
Mobil berwarna putih berhenti tepat di depan gerbang sekolah Alan, lelaki berwajah tampan memiliki manik mata tajam, berpakaian setelan jas keluar dari dalam mobil, yah siapa lagi kalau bukan Elang.
SMA Pandawa merupakan salah satu sekolah elit di kota tersebut, banyak anak berprestasi terlahir di sana.
Erlangga Mahesa Putra bukanlah seorang senior, tetapi ia sangat dihormati karena uang Elang banyak sekali membantu pembangunan SMA Pandawa, bahkan kepala sekolah pun takut kepada dirinya.
Elang berjalan memasuki gerbang sekolah didampingi dengan sekretarisnya Ken. Rahang wajah tegas dengan ekspresi dingin, pandangan Elang tidak menoleh ke arah lain, hanya lurus ke depan.
Banyak sekali pasang mata yang memperhatikan kedatangan mereka berdua. Mulai dari tatapan aneh, sampai terpesona.
"Eh itu siapa?" bisik siswi kepada temannya.
"Lo lupa yah? itu kan Kakaknya si Alan."
"Hah itu Kakaknya si Alan? Beda banget yah sama adiknya."
Para siswa-siswi terus memperhatikan dan membisikkan tentang kedatangan mereka berdua, banyak dari mereka yang merasa kagum akan ketampanan Elang, tapi ada juga beberapa dari mereka yang merasa ketakutan.
"Tuan, banyak pasang mata yang memperhatikan anda," ucap sekretaris Ken tertawa kecil.
"Diam Ken, fokus saja ke depan!" balas Elang risih.
"Ma-maaf Tuan."
"Huh, apa mulut mereka tidak mempunyai fungsi lain, selain untuk membicarakan orang?" batin Elang merasakan panas di telinganya.
...********...
-Ruang kepala sekolah.
"Pak, Pak Somad!!!" panggil Pak Bambang si wakil kepala sekolah, tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan kepala sekolah, dengan cucuran keringat yang membasahi pelipisnya.
Pak Somad yang sedang sibuk memakan nasi sambelan di dalam ruangannya pun tersentak kaget hingga tersedak.
"Ada apa sih, saya ini lagi makan!" kesal Pak Somad lalu meneguk segelas air putih yang terletak di atas meja.
"Ta-tapi Pak, ini kan masih belum waktunya istirahat?" ujar Pak Bambang.
"Istri saya bangun kesiangan, jadi saya belum sempat sarapan!" balas Pak Somad.
"Orang lagi makan diganggu. Gak tahu orang lagi laper apa?"
"Salah di rumah saya cuman ada nasi putih, gak ada lauk, ini lagi enak-enaknya makan malah di kagetin, untung saya gak jantungan," Gerutunya seperti anak kecil.
"Pak, Tuan Elang datang ke sekolah," ujar Pak Bambang dengan nada yang gemetar.
"APA!!!" kejut Pak Somad menggebrak meja.
"Iyah Pak, Tuan Elang datang ke sekolah didampingi sekretarisnya."
"Waduh, modyar aku!!!" panik Pak Somad menepuk jidat.
"Ono masalah opo maneh iki?" sambungnya berkacak pinggang.
Info: Modyar artinya mampus, onok masalah opo maneh iki artinya ada masalah apa lagi ini.
"Ya sudah, ayo cepat ke sana!"
"Ta-tapi, nasi sambelannya gimana pak?" tanya pak Bambang yang masih sempat membicarakan soal nasi sambelan exrta telur dadar.
"Kamu ini, heeehhhh, udah ayok!!!" tukas pak Somad terburu-buru keluar ruangy untuk menemui Elang.
...********...
Tepatnya di lorong kelas, Pak Bambang dan Pak Somad berlari terburu-buru untuk segera menemui Elang dan sekretaris Ken yang berencana untuk pergi ke kelas Alan.
"Tuan Elang, tunggu sebentar!!!" panggil Pak Somad seraya berlari.
"Tuan," Sekretaris Ken menepuk pelan pundak Elang, "Pak Somad memanggil anda."
Elang membalikkan tubuhnya, melihat ke arah dua orang pria berbadan gemuk si kepala sekolah, dan berbadan kurus si wakil kepala sekolah.
"Pak Somad, apa kabar?" ucap Elang membuka suara dengan nada sopan walau masih terdengar dingin, mau bagaimana lagi, itu memang sifatnya.
"Kabar saya baik Tuan Elang, oh yah Tuan ada perlu apa anda datang kemari? Kalau memang ada sesuatu yang penting kenapa tidak langsung menelpon saya saja?" tanya Pak Somad sambil mengatur napasnya.
Elang mengedipkan matanya kepada sekretarisnya Ken, memberikan kode untuk mengatakan apa yang ia inginkan.
"Ehem," deham sekretaris Ken sambil membenarkan kacamatanya, mencoba untuk terlihat cool.
"Permisi Pak Somad, kedatangan kami kemari untuk membicarakan soal masalah bully yang sekali lagi menimpa Adik atasan saya, Tuan Alan."
"Nak Alan? Ada apa lagi dengannya?" tanya Pak Somad.
"Pagi tadi, Tuan Elang menemukan luka memar di bagian punggungnya, diduga itu karena kasus bully disekolah ini," ucap Sekretaris Ken menjelaskan.
"Luka memar di punggung?" bingung Pak Somad.
"Pak Somad!" panggil Elang.
"I-Iyah Tuan?" balas Pak Somad terbata-bata.
"Kita berdua sudah pernah membicarakan soal ini sebelumnya, Adik saya Alan, ia memanglah tidak sempurna, tetapi ia juga pantas mendapatkan perlakuan yang sama seperti layaknya manusia normal," ujar Elang dengan nada serius.
"Apalagi tentang pertemanan, ia pantas mendapatkan teman dan bergaul dengan siapa saja."
"Ten... tentu saja Tuan Elang, nak Alan pantas untuk mendapatkan itu semua," sahut Pak Bambang.
"Jadi, kedatangan saya kemari demi mendapatkan keadilan untuk Adik saya, saya ingin mencari tahu, siapa yang melakukan ini kepadanya," ucapnya tegas.
"I-iyah Tuan, silahkan silahkan!" balas Pak pak Somad mempersilahkan, dan mendampinginya untuk masuk ke dalam kelas Alan.
...********...
..."Adikku Alan memanglah tidak sempurna. untuk itulah, aku Elang ditakdirkan berada di sisinya untuk melindungi dirinya, walau nyawa taruhan akan ku berikan."...
...-Erlangga Mahesa Putra-...
...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Author DE LILAH
woow ada elang bisa ngomong.. xixixi
2023-05-25
2
Author DE LILAH
minum dulu nak
2023-05-25
0