Eps 2

-Kelas 11 A.

//Tok tok tok// suara ketukan pintu memecah keheningan dalam kelas, Bu guru yang sedang mengajar pun seketika menghentikan aktivitasnya.

"Silahkan pelajari buku paket kalian halaman 21 sampai 23! Saya mau membukakan pintu sebentar," suruh Ibu guru sambil menaruh spidol hitam itu di atas meja.

"Baik Bu," jawab serentak semua murid.

Bu guru berjalan menghampiri pintu kelas, lalu membukanya. "Selamat pagi Bu Cici!" salam Pak Somad kepada guru bahasa Indonesia dengan rambut sebahu yang sedang berdiri di hadapannya.

"Masya Allah gantengnya, pangeran tampan berkuda putihku datang, apakah ini yang dinamakan jodoh ya tuhan," batin Bu Cici terpesona melihat ketampanan Elang, pandangannya sama sekali tidak teralihkan, sehingga tak menghiraukan panggilan dari Pak Somad.

"Bu Cici!" panggil Pak Somad sekali lagi, kini dengan nada sedikit tinggi.

"Ah Iyah Pak?" jawab Bu Cici pengok.

"Haha, saya kira anda sudah tuli Bu, efek ngajar di kelas bar-bar yang suaranya nyaring ngalah-ngalahin toanya masjid," batin Pak Somad.

"Bu, perkenalkan ini Tuan Elang dan sekretarisnya Ken," ucap pak Somad memperkenalkan dua pria yang sedang berdiri di sampingnya.

"Owh, hallo Tuan Elang, sekretaris Ken," salam Bu Cici dengan senyum malu-malu kucing.

"Bu Cici, kedatangan saya kemari untuk meminta izin kepada anda, Adik saya Alan tidak dapat masuk karna sakit," sahut Elang membuka suara.

"Owh nak Alan, iyah-iyah, hehehe."

"Dan bukan itu saja, kedatangan kami kemari karna ada urusan kecil Bu, maaf jika mengganggu waktu mengajar anda sebentar," tambah sekretaris Ken.

"Mengganggu, tidaaak, sama sekali tidak, silahkan, silahkan masuk!" jawab Bu Cici mempersilahkan mereka berempat untuk masuk ke dalam kelas.

...********...

Disaat mereka semua sudah berada di dalam kelas, sontak para murid dibuat terkejut sekaligus bertanya-tanya. "Ada apa ini?" bisik siswa-siswi, kenapa ada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah datang ke dalam kelas mereka? Ditambah dengan dua orang asing itu.

"Hallo anak-anak semua, maaf Bapak sedikit mengganggu waktu belajar kalian. Perkenalkan ini Tuan Elang, Kakaknya teman kalian.... Alan," ucap Pak Somad membuat semua murid melongo tak percaya.

"Tu-tuh kan, apa gua bilang," gumam Kemal dengan nada gemetar.

"Itu Kakaknya si Alan?" ucap Aldo ternganga, dengan tatapan yang berbinar terkesima. "Keren!"

"Apa? Gak, tenang aja Bima, dia pasti gak ada apa-apanya," batin Bima menelan ludah. Nyali remaja itu seketika menjadi ciut setelah melihat siapa Elang sebenarnya.

"Maaf telah mengganggu waktu belajar kalian, saya ke sini hanya untuk mengetahui sesuatu. Adik saya Alan tidak dapat masuk karna sakit," Ucap Elang nampak dingin.

"Terdapat luka memar dipunggungnya, saya hanya ingin kalian mengaku, siapa yang melakukan ini kepada Adik saya?" sambung Elang, menekan kalimat terakhir.

Seisi kelas sunyi tiada suara, semua anak-anak diam menunduk, tidak ada yang berani berbicara, hingga satu anak berdiri dari tempat duduknya.

Anak lelaki bermata empat bernama Riza, anak yang mempunyai sebutan si culun di satu sekolah.

"Saya tahu siapa anaknya," ucap Riza.

Kemal menyolek pria yang duduk di depannya, bernama Hans. "Eh tuyul, lu bilang gak ada yang lihat kita waktu bully si Alan, lah tuh si culun tahu," bisik Kemal kesal.

"Yah gua gak tahu, kemarin waktu gua liatin aman kok," balas Hans lirih.

"Siapa?" tanya Elang.

"Ada empat anak. Namanya itu Hans, Aldo, Bima, dan Kemal, biasa disebut, preman Gans bar-bar," jawab Riza sembari menunjuk ke arah mereka berempat secara bergantian. Beberapa anak berusaha untuk menahan tawa, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Riza.

"Preman Gans bar-bar, puft ngelawak bang?" tawa para siswi pelan.

"Bengek lo culun!" umpat Aldo.

"Kenapa sebutan itu pake di omongin juga ya Allah, taruh mana nih muka gue," malu Hans menutupi wajahnya dengan buku tulis.

"Preman Gans bar-bar?" batin Elang tersenyum remeh.

Elang berjalan menghampiri mereka berempat, menghampiri preman Gans bar-bar yang sudah duduk menjadi satu di barisan belakang.

Elang memegang pundak Kemal, membuat remaja itu mematung dengan keringat dingin bercucuran.

"Preman Gans bar-bar yah, kalau begitu, buktikan apa kalian pantas disebut preman. Lawan saya, anggap saja saya seperti Alan, yang lemah dan tak berdaya," ucap Elang penuh penekanan.

"Ti-tidak tuan, ka-kami-"

"Kami terima, kami terima tantangan anda Tuan Elang," Bima memotong cepat perkataan Kemal, yang membuat ketiga temannya itu melotot terkejut akan apa yang Bima katakan.

"Bagus, empat lawan satu, mudah bukan," Elang menurunkan tangannya dari pundak Kemal, lalu berbalik badan.

Bima langsung memberi kode kepada Aldo cepat. Aldo menyadari kode itu, ia langsung melesatkan pukulannya. Tapi Elang dengan sigap menghentikan pukulan dari Aldo, dan meremas erat tangannya hingga membuat remaja tersebut mengerang kesakitan.

Ketiga anak lainnya langsung bergegas mengeroyok Elang, mengerahkan semua kekuatan mereka. Sedangkan anak-anak lainnya? Hanya bisa diam melihat santai perkelahian mereka. "Serasa nonton bioskop gratis," pikirnya.

/BUG BRAK BUG/ suara perkelahian tersebut memenuhi satu ruangan.

"Sekretaris Ken!" khawatir Pak Somad sembari menggenggam tangannya yang sudah berkeringat.

"Tenang Pak Somad, Tuan Elang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini," ucap sekretaris Ken.

Menurut sekretaris Ken, pemandangan seperti ini sudah biasa baginya, ia tak perlu mengkhawatirkan keadaan Tuannya. Karna pada akhirnya, Pasti Elanglah yang akan menang.

Benar saja, dalam waktu kurang dari sepuluh menit, keempat remaja itu sudah kalah.

"Ck, dasar sampah!" batin Elang jijik sembari mengancingkan kembali lengan bajunya.

"Kalian menyebut diri kalian preman?" ucap Elang tajam ke arah ke-empat remaja yang sudah terkapar tak berdaya, serta bekas biru yang Elang buat dengan pukulannya di wajah mereka. Sungguh seni yang indah.

Elang berjongkok dihadapan mereka berempat, menatap wajah mereka yang sudah penuh akan luka lebam itu.

"Sebutan preman Gans bar-bar sama sekali tidak cocok untuk kalian, tapi pengecut rendahan itulah yang pantas."

"Jika kalian memang preman di SMA Pandawa. Maka carilah lawan yang setara atau lebih kuat dari kalian, bukan anak yang lumpuh seperti Alan."

"Jangan mencari kelemahan orang lain demi terlihat sok jago di hadapan orang, cih, karna kalian saya jadi telat untuk menghadiri rapat," pungkas Elang dan kembali berdiri menegakkan tubuhnya.

"Sekretaris Ken, bawa mereka!" titah Elang kepada Sekretaris Ken.

"Baik tuan."

"Oh yah, ini juga sebagai peringatan untuk kalian semua, berani kalian menyakiti Alan, walaupun itu hanya sedikit saja, siap-siap nasib kalian akan berakhir seperti mereka," lirih Elang tajam membuat semua anak diam ketakutan.

...********...

"Tuan Alan!" panggil pelayan sembari mengetuk pintu coklat tersebut.

"Ada apa?" balas Alan dari dalam kamar yang sedang membaca majalah olahraga.

"Tuan Elang, menyuruh anda untuk datang menemuinya."

"Ba-baiklah," jawab Alan ragu, ia harus siap mental, tentang kejutan apa yang akan Kakaknya itu berikan.

Alan pergi keluar untuk menemui Kakaknya dengan menaiki kursi roda.

Sesampainya di depan pintu ruangan Elang. Dengan tangan yang gemetar Alan meraih gagang pintu dan membukanya. Alan merasa tak siap dengan pemandangan apa yang akan Kakaknya itu suguhkan dibalik benda persegi panjang itu.

"Ka-Kakak!" panggil Alan seraya membuka pintu. "APA!" batinnya terkejut bukan main.

Di dalam ruangan, Alan melihat Elang duduk sambil menaikkan kedua kakinya ke atas meja, dan keempat temannya dengan tangan yang diikat serta wajah yang penuh luka lebam.

Mata Elang melirik kedatangan Alan Adiknya.

"Kakak," lirih Alan.

"Alan mereka adalah-"

"Aku memaafkan mereka," potong Alan cepat dengan kepala menunduk.

Kenapa Alan? kenapa kau memaafkan mereka? Bukankah lebih bagus jika Kak Elang memukuli dan menghabisi mereka, mereka telah membully dirimu, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali mereka telah berbuat jahat kepadamu.

Kenapa? Bukankah lebih baik kejahatan dibalas dengan kejahatan juga.

"Apa kau yakin? Mereka telah berbuat jahat kepadamu, kata maaf itu mahal Alan, jangan kau sia-siakan hanya karena merasa kasihan melihat sampah seperti mereka," ucap Elang mengambil ancang-ancang untuk menendang salah satu wajah dari mereka.

"KAKAK!!!" teriakan Alan membuat kaki Elang berhenti seketika tepat diwajah Kemal, Kemal menelan ludah dengan keringat dingin mengucur deras.

ia melihat keseriusan Alan dari raut wajahnya, Elang tahu bahwa anak itu ingin dirinya melepaskan mereka.

"Haah baiklah," hela Elang seraya menurunkan kembali kaki kanannya.

Elang berjongkok dan membisikkan sesuatu ditelinga mereka. "Dengarkan aku baik-baik, mungkin nyawa kalian selamat untuk kali ini, jika saja Adikku tidak memintaku untuk melepaskan kalian. Maka sekarang pun, aku bisa menendang wajah kalian sampai hancur."

"I-iyah Tuan, kami- kami minta maaf," jawab Hans dan Aldo dengan nada ketakutan.

"Kakak, kubilang lepaskan mereka!" lirih Alan penuh penekanan.

"Oke, Ken bawa mereka pergi, kembalikan mereka ke rumahnya masing-masing," titah Elang kepada sekretaris Ken.

"Baik tuan."

"Terima kasih, terima kasih banyak Alan, kami janji.... kami janji gak bakalan bully lo lagi!" ujar Kemal sungguh.

"Sama-sama," balas Alan tersenyum kaku.

"Ck, walau dipaksapun gua juga gak bakalan ngemis maaf ke dia," batin Bima.

Sekretaris Ken membawa ke-empat remaja itu keluar ruangan, dibantu dengan bodyguard Elang yang lainnya. Hingga, di dalam sana hanya tersisa Elang dan Alan saja.

"Alan, kau harus lebih bisa mengendalikan sifat pemaaf mu itu, terkadang seseorang harus diberi pelajaran agar tidak berlaku semena-mena kepada kita."

"Dan mereka akan mengatakan kata janji, demi apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dunia ini keras Alan."

Elang berjalan beberapa langkah menghampiri Alan, ia berjongkok di hadapan Adiknya, lalu memegang telapak tangan Alan dengan penuh kehangatan.

"Itu sebabnya Kakakmu di sini, untuk melindungimu Adikku," ujar Elang seraya mengelus lembut kepala Alan.

"Kakak harus segera pergi untuk mendatangi rapat, tunggu aku, kita akan makan malam bersama," sambung Elang melemparkan senyum manis lalu pergi.

"Kakak, sebenarnya, aku merindukan dirimu yang dulu," batin Alan menangis, butiran bening itu tanpa sadar meluncur bebas begitu saja membasahi pipinya.

"Kakak Elang ku yang dulu."

...°•••|ANDAI AKU SEMPURNA|•••°...

Terpopuler

Comments

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

🤩🤩🤩🤩

2023-05-22

0

Riva Riva

Riva Riva

aku juga suka Elang

2023-05-21

0

➳ᴹᴿ᭄𝐊𝐞𝐧💎

➳ᴹᴿ᭄𝐊𝐞𝐧💎

ganteng kek aku kan Bu

2023-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!