Babi Betanting Vol. 5 Sayembara Ranti
"Udah jangan banyak bicara ke mana-mana. sekarang bereskan saja tali dan bambu penggotongnya, bawa keluar. biarkan babi ini kita tahan dulu di sini, karena Mamang yakin babi ini tidak akan pergi ke mana-mana. sambil menunggu waktunya tiba, karena sekarang pekerjaan Mamang belum bisa dimulai." Ujar Pria tua yang bernama Sarpu
Jana dan Dadun dengan segera Mereka pun keluar sambil membawa tali dan bambu pikulan, begitupun dengan Mang sarpu yang terlihat mengikuti, kemudian menutup pintu kamar itu meninggalkan Ranti sendirian, membuatnya merasa sedih, merasa bingung, tapi ada sedikit kebahagiaan dan harapan, karena sebentar lagi dia akan ditolong untuk kembali berubah ke wujud aslinya.
Sedangkan Jana dan Dadun ketika mereka berada di dapur, mata mereka membulat sempurna karena melihat wajah Marni yang terlihat Cemong dipenuhi oleh gosong dari seeng Bahkan bukan hanya wajah tapi pergelangan tangannya pun terlihat sama, karena tadi dia dibantu oleh Mang sarpu yang baru saja memegang pantat seeng.
"Bi...! Kenapa wajahnya Cemong?" tanya Jana sambil terus menatap ke arah wajah Marni.
"Wajah siapa yang Cemong, Kalau ngomong itu jangan asal nguap....!" jawab Marni sambil mengusap wajahnya sehingga cemongnya semakin menyebar ke mana-mana.
"Sudah Ibu jangan diusap-usap seperti itu, nanti cemongnya menyebar. mungkin warna hitam itu dari tangan Bapak yang tadi memegang seeng," ujar mang Sarpu sambil menunjukkan tangannya yang terlihat menghitam dipenuhi oleh arang, membuat Jana dan Dadun terlihat menggulung senyum
Sedangkan orang yang ditertawai, Dia hanya bisa menekuk wajah, sampai terlihat bibirnya monyong ke depan bak pantat asuepan, dia sangat marah terhadap suaminya.
"Kurang ajar dasar suami kurang garam...! bukannya menolong malah menambah malu....!" gerutu Marni sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian keluar dari dapur menuju ke Pancuran Mungkin dia mau membersihkan wajahnya.
Sedangkan Mang sarpu, dia pun kembali memberikan nasihat sama Jana dan Dadun agar mereka tidak kembali melihat ke dalam kamar, jangankan melihat mengintip pun tidak diperbolehkan, karena kalau ada yang mengintip usahanya akan sia-sia.
Setelah mereka mengert, kedua Pemuda itu pun berpamitan, lalu pergi menuju ke rumah masing-masing, namun nanti ketika Lembayung senja keluar mereka akan kembali ke rumah Mang sarpu, ingin melihat hasil pekerjaan yang akan dilakukan oleh Mang sarpu.
Sedangkan Ranti dalam wujud babi ngepetnya, Dia terlihat menyandarkan kepala ke kaki depan yang di selonjorkan. air matanya terus mengalir tidak bisa ditahan, hatinya terus berdebar tidak jelas. di satu sisi Dia sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan ada orang yang menolong, ada orang yang bersedia membukakan baju jimat yang selama ini menyiksa dirinya. di satu sisi Ranti merasa bingung karena kalau dia sudah terbebas dari baju jimat dan kembali ke wujud aslinya, pasti Jana akan mendatangi orang tuanya yaitu Mbah Abun untuk melamar dirinya. karena dari awal dia bertemu dengan Jana dia mendengar seluruh pembicaraan orang yang menangkapnya.
Ucapan Jana terdengar sangat sombong, sangat percaya diri, kalau dia akan menikahi Ranti. sedangkan Ranti dia sudah berjanji dalam hati sanubarinya, bahwa dia akan setia bukan sama orang lain, tapi dia akan setia sama orang yang bernama Eman yang sudah jelas pengorbanannya tanpa ada embel-embel yang lain. karena Eman belum pernah mendengar tentang persayembaraan.
"Ya Allah, Ya Robbi, Kenapa hamba selalu dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit, hamba harus bagaimana. ada orang yang mau menolong tapi setelahnya harus menghadapi kesusahan, harus bagaimana menghadapinya. Bagaimana memutuskan atau menolak keinginan orang yang bernama Jana, karena saya sudah berjanji saya akan setia sama Kang Eman. Abah, ambu...! Kenapa kalian tidak cepat-cepat menolong Ranti, lihat anakmu yang sedang kesusahan siang malam tanpa henti, terus ditimpa dengan kesusahan, kesedihan, ke nelangsaan. tolong Ranti Abah, ambu...!" umpat hati Ranti dia menyebut-nyebut nama orang tuanya yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu.
Di luar kamar, Mang sarpu setelah mengantarkan kedua tamunya pulang dengan tatapan, dia pun menarik nafas dalam kemudian dia masuk kembali ke dapur, lalu duduk di atas tikar yang tinggal sebelah. dari arah pintu terlihat Marni yang baru selesai membersihkan wajah yang Cemong terkena mehong dari seeng. matanya terlihat memerah, raut wajahnya terlihat masam, seperti menahan amarah. di tangannya terlihat ada handuk mungkin habis digunakan untuk menyeka wajah.
"Kang Sarpu ini bagaimana Sih, kok kejadiannya seperti ini? buat apa Akang memasukkan babi ke dalam pendaringan, apa akang Masih normal, Apa sudah miring?" gerutu Barni sambil duduk di hadapan suaminya.
"Lah....! jangan cepat menyimpulkan, jangan cepat terbawa emosi ibu...! bapak bukan sedang mengigau atau bermimpi, bapak sekarang masih waras lahir batin, tidak miring, tidak linglung, karena masih tahu mana Selatan mana Utara. bapak masih hafal dengan rasa, Bapak tidak akan menjadi orang yang tamilung."
"Syukur kalau begitu...! tapi buat apa membawa babi ke dalam rumah?"
"Dengarkan Ibu! Bapak dimintai tolong oleh Jang Jana agar Bapak membukakan baju jimat yang di pakai oleh seorang gadis, dan yang perlu Ibu ketahui bahwa Gadis itu bukan gadis yang lain, tapi Gadis itu adalah anaknya Mbah Abun, sahabat dekat Akang yang dulu pernah ke sini, yang dulu pernah menolong Akang dari bahaya Pati. Nah, dari dasar itu Bapak sudah membulatkan tekad, menyatukan tujuan, bahwa bapak akan menolong Jang Jana dengan cara menyanggupi permintaannya. satu lagi yang harus Ibu tahu, kalau bapak berhasil membuka baju jimat, Bapak secara tidak langsung menolong tiga orang. pertama bapak bisa menolong Jang Jana yang langsung meminta pertolongan, yang kedua Bapak menolong Mbah Abun yang menjadi sahabat Akang, yang ketiga langsung menolong Ranti yang tidak lain adalah anaknya Mbah Abun. dan yang jelas Sekarang dia sedang menghadapi ujian yang begitu berat, Soalnya dia harus mengalami berubah wujud menjadi babi hutan. Nah begitulah maksud bapak," jelas Mang sarpu panjang lebar.
"Bentar, sebentar.....! Apa Bapak sudah yakin bahwa babi itu adalah babi ngepet, Awas nanti babinya babi jarah yang suka di buru oleh warga Kampung Ciaul," sanggah Marni yang terlihat penuh hati-hati.
"Lah Ibu, kalau hidup tuh jangan bodoh-bodoh amat. masa ibu lupa, kalau bapak sudah menghabiskan puluhan tahun mendalami ilmu perbabian, sudah sering makan asam manis dalam ilmu itu. masa iya bapak yang sudah menjadi Pakar tidak bisa membedakan mana Babi jadi-jadian mana Babi jarah."
"Iya....!" jawab Marni singkat.
"Iya apa Ibu?" tanya Mang sarpu sambil menatap ke arah istrinya.
"Iya Marni percaya, terus selanjutnya bagaimana?"
"Sekarang begini Ibu, kita jangan kepalang tanggung untuk membela, karena orang yang kita tolong bukan orang lain, orang yang kita tolong adalah orang yang sudah terasa baiknya sama kita. ingat sebelum kita menemukan jalan kehidupan yang sekarang kita jalani, Mbah Abun lah orang yang suka menolong kita baik dari segi materiil, moril, dia selalu Sigap membantu. Nah dari dasar itu sekarang ibu siapkan Sajen seperti biasa, seperti mau menyajen ketika malam Jumat, Tapi sekarang ditambah dengan pisang emas, jangan banyak-banyak Cukup dua biji saja!"
"Oh begitu, ya sudah itu masalah gampang, Karena sekarang juga bisa disiapkan."
"Syukur kalau begitu...! tapi, Bapak mau menitip pesan satu lagi sama ibu."
"Pesan apa Bapak?"
"Ibu harus ngasih makan babi. tapi makanannya jangan dikasih singkong mentah, jangan dikasih talas mentah, tapi kasih nasi pakai lauk pauk seadanya."
"Baik, baik."
Akhirnya Marni pun mengalah, dia menurut dengan apa yang diperintahkan oleh sang suami. sedangkan Mang sarpu dia pun pindah tempat duduk ke teras depan dengan menyandarkan tubuhnya ke kursi, di tangannya terlihat rokok putih yang menyala, asapnya mengepul memenuhi kepala. hidupnya tidak ada sedikitpun ketakutan, karena dia sangat yakin kalau babi yang ada di kamarnya tidak akan berani melarikan diri, paling juga babi itu akan tidur dengan lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments