Ini bukan kali
pertama Hanna ke toilet. Kamar mandi hanya ada satu di lantai dua dan satu di
lantai dasar. Ia minta ditemeni Hanna dari luar. Hanna berhenti di
depan kamar mandi lantai dua yang posisinya ada di tengah gedung sekolah. Hanna
melangkah dengan ragu ketika membuka pintu kamar mandi. Aura mistik sudah
terasa saat ia masuk.
Hanna
memperhatikan sejenak kamar mandi yang lampunya redup. Ia mendegut ludah seraya
ketakutan, namun ia sudah tidak dapat menahan lagi. Ia segera membuka pintu
toilet dan buang air kecil. Tak sengaja pembalut kewanitaanya jatuh ke dalam
toilet. Untung saja Hanna selalu membawa penggantinya. Setelah selesai buang
air, Hanna mengganti pembalutnya dengan yang baru. Kemudian ia buru-buru keluar
dari kamar mandi. Hanna heran dan bingung. Suasana sekolah berubah sangat hening. Hanna
celingukan. Gedung sekolah sedikit berubah.
Sedikit berkerut
kening Hanna memperhatikan koridor sekolah yang terlihat berbeda. Ia buru-buru
berjalan dan menuju ruangannya. Hanna terkejut ketika melihat ruangan kelasnya
kosong. Ia bingung. Sekolah belum usai kenapa sudah pada pulang? Pikirnya.
Hanna melirik arloji di tangan kirinya. Jam itu mati tepat dipukul sembilan
pagi.
“Keyla kemana
sih?” Hanna penasaran. “Anton juga nggak ada. Mereka pada kemana?” Gumamnya dalam hati.
Hanna segera ke
mejanya dan ingin mengambil tas sekolahnya, namun tas itu nggak ada.
“Aneh.” Pikirnya
lagi.
Hanna buru-buru
keluar dan melihat halaman depan. Nggak ada murid-murid yang lain di sana. Hanna
mulai panik, lalu tiba-tiba ada keributan di ruang guru. Hanna terkejut dan
menghampiri ruang guru yang letaknya tidak jauh dari ruangannya. Hanna
mendengarkan kegaduhan itu, lalu tiba-tiba tujuh orang pelajar keluar sambil
marah-marah. Hanna buru-buru berlalu dan bersembunyi.
Tujuh pelajar itu
kemudian menaiki anak tangga dengan tergesa. Hanna hanya memperhatikan mereka
dengan takut. Tak lama kemudian, ia mendengar tujuh pelajar itu berteriak dan
lompat dari atap lantai tiga. Hanna terbelalak dan ketakutan. Ia melihat tubuh
pelajar itu jatuh dan mengeluarkan darah. Hanna hampir menjerit, namun ia
menggigit bibirnya. Ia tidak tahu ia berada di mana saat ini.
Hanna ketakutan
ketika tujuh pelajar itu bangkit dengan kepala berlumuran darah. Ia berlari di
koridor mencari tempat berlindung. Ia masuk ke kamar mandi dan duduk sambil
menangis. Hanna berdoa semoga ia bisa kembali ke tempat asalnya. Tiba-tiba saja
pintu kamar mandi terbuka dan Hanna terkejut.
“Hanna...?” Anton
menemukan Hanna yang ketakutan.
Cepat Anton
menghampiri Hanna yang menangis sesenggukan.
“Kamu kenapa
disini?” tanyanya lagi.
“Aku takut, Ton...
Takutt...” Hanna terlihat bingung.
“Sudah. Ada aku
di sini. Kita ke ruangan yuk.” Ajak Anton seraya memapah Hanna.
Keyla yang melihat
keadaan Hanna jadi bingung.
“Hanna, kamu
dari mana aja? Dari tadi aku mencarimu.”
Hanna tidak
menjawab dan hanya menangis. Anton segera membawanya ke ruangan, lalu
mendudukkan Hanna di kursinya. Hanna masih shock dan banyak diam. Keyla
memberikan minuman botol ke Hanna agar ia bisa lebih tenang. Setelah tenang
Anton bertanya pelan.
“Hann...
sebenarnya ada apa?”
Hanna menarik
nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya.
“Aku nggak tahu,
Ton. Aku berada di tempat asing. Aku nggak menemukan kalian di ruangan ini.
Semuanya berbeda. Trus aku melihat tujuh pelajar melompat dari atap lantai
tiga. Mereka bunuh diri.”
Keyla bergidik.
“Hann... serem
banget sih. Kamu nggak mengarang cerita kan?”
“Enggak, Key. Aku melihat
dengan mata dan kepalaku sendiri.” Suara Hanna terdengar parau.
Keyla mengelus
lengannya yang mulai merinding.
“Ya sudah, kamu
tenangkan pikiran dulu, Han...” Ujar Anton kemudian.
Hanna mengangguk.
Anton dan Keyla masih menemani Hanna di kelas sampai bel berdentang tanda jam
terakhir dimulai.
Anton mendampingi
Hanna saat pulang sekolah. Keyla sudah pamit lebih dulu karena dijemput
papanya. Hanna masih terlihat shock dan murung. Sepertinya perhatian Anton
membuat Hanna menjadi nyaman.
“Aku antar sampai
ke rumah ya, Han?” Ucap cowok itu berbaik hati.
“Nggak usah, Ton.
Aku naik angkutan umum aja.”
“Aku kan bawa
motor.”
“Tapi kamu kan nggak
bawa helm. Nanti kalau ditilang polisi gimana?”
“Aku serahin aja
kamu ke pak polisi.” Kata Anton bercanda.
“Huh, kamu jahat
ah. Kok aku yang diserahin ke polisi? Motor kamu dong.” Kata Hanna sambil tertawa kecil. Sedikit manja sambil memukul Anton.
“Agar pak polisi
tahu kalau cewek yang aku bonceng tidak memakai helm.”
“Ughh...
Antoon...”
“Hahahaha...”
Hanna sewot dengan
manja.
“Polisi nggak
bakalan menyetop kita, Han. Kan lagi pulang sekolah. Gimana? Aku antar ya?”
Hanna tersenyum
dan mengangguk pelan. Mereka pun segera menuju parkiran motor. Dalam boncengan
Hanna senyum-senyum sendiri. Ia heran mengapa Anton sangat perhatian kepadanya.
Hanna sampai di
rumah dan langsung masuk ke kamarnya. Di dalam kamar ia terpaku sambil mengingat
wajah Anton, lalu ia tersenyum sendiri. Cowok itu telah menggoda hatinya. Hanna
sangat bahagia, namun tiba-tiba saja ia teringat dengan kejadian yang ia alami.
Kejadian itu seperti nyata, namun ia tidak tahu kapan hal itu terjadi.
Hanna tidak bisa
memejamkan matanya. Ia terlihat gelisah sambil menatap
langit-langit kamar. Pikirannya terusik lagi dengan cerita-cerita di
sekolahnya. Apalagi ia melihat sendiri penampakan sosok mengerikan itu. Dia
juga tidak tahu sebenarnya ada apa di sekolah itu.
Berkali-kali ia mencoba memejamkan mata namun
sosok-sosok lain muncul di benaknya. Hanna tercekat dan beranjak dari tempat
tidurnya. Kemudian ia keluar dari kamar dan menuju kamar neneknya. Hanna
mengetuk pintu kamar neneknya.
“Nek… Nenek….”
“Iya… sebentar…” Sahut sang nenek.
Tak lama pintu terbuka.
“Ada apa toh, Cu?”
Tanya sang Nenek dengan heran ketika melihat wajah Hanna memelas.
“Hanna takut, Nek… Hanna tidur sama nenek aja
ya?”
Sang nenek tersenyum dan terkekeh.
“Oalah, Cuu… Udah besar kok masih takut. Ya
udah ayo masuk…”
Hanna masuk ke kamar neneknya.
“Sebenarnya ada apa toh sampai kamu ketakutan
gitu?” tanya neneknya sebelum Hanna merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Hmm…. Tadi di sekolah Hanna melihat
penampakkan, Nek. Hanna takut. Hanna pindah sekolah aja ya, Nek…”
“Loh, kok pindah?”
“Habis sekolahnya serem. Pasti ada
penunggunya.”
“Semua bangunan itu pasti ada penunggunya.
Kalau kita tidak mengganggu pasti mereka juga tidak mengganggu kita.”
“Ugh, Nenek. Nenek nggak tahu sih…”
Nenek menghampiri Hanna yang sudah berbaring di
tempat tidur.
“Semua itu mahluk ciptaan Allah, Cu… Ya sudah,
kamu tidur sana. Besok bangun sholat subuh, biar kamu nggak diganggu mahluk
halus.”
Hanna diam saja sambil memejamkan matanya.
Dalam waktu singkat ia sudah tertidur pulas. Sang nenek hanya bisa
geleng-geleng kepala, lalu berbaring di samping Hanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments